bab 05

1207 Kata
* * Atha mundur beberapa langkah hingga terpojok di sudut lift tersebut. Dia masih nervous bila melihat sosok itu. Keanu. Dia berharap Keanu nggak sampai melihatnya. Tapi terlambat, Keanu memang sudah melihatnya sejak tadi. "Nggak usah nervous gitu. Gimana tante Mel?" Keanu mencoba senetral mungkin. "Ya begitulah, semoga kondisinya tetap stabil. Nggak tau sampai kapan Mama cuci darah terus...dan nunggu donor ginjal," jawab Atha. "Sabar ya? Atau, ada yang perlu aku bantu?" "Ya..makanya aku cari kerja juga," "Oh... Oke, sebenernya lowongan ini buat sekretaris. Sekretarisku yang lama lagi cuti hamil." kata Keanu "Oh? Jadi... Dilan bilang aku ditempatkan di divisi lapangan. Ini aku baru mau ke HRD," sahut Atha. "Nggak usah, langsung aja ke ruanganku." "Oh, baik Pak." Atha masih agak kikuk. Ini memang pengalaman pertamanya bekerja sebagai sekretaris. Tapi kalo untuk menghadapi orang-orang, dia banyak belajar dari pengalaman. "Silahkan duduk," Nggak lama kemudian Dilan dan Pak Sihombing datang. Dilan melambaikan tangannya pada Atha dengan senyumnya selalu ramah. Sedang Atha hanya menganggukkan kepalanya ke arah mereka berdua yang baru datang. "Lan, posisi sektetaris itu, ya udah Atha aja. Melly transfer ke divisimu, barter aja. Siapkan surat-surat kerja buat mereka." "Baik Pak," sahut Pak Sihombing dan Dilan berbarengan. Lalu setelah itu mereka keluar. Keanu menunjukkan ruangan Atha yang berada di luar ruangan Keanu. Yang hanya dibatasi dinding kaca rayben tebal. Keanu dapat leluasa mandang Atha dari dalam. "Bisa langsung kerja kan, Tha? Sori ya, soalnya kantor benar-benar lagi sibuk." ujar Keanu. "Iya, Pak. Nggak apa-apa kok," Keanu menanggapinya dengan senyum. "Emh, ini sisa kerjaan Qorry. Di sini dia simpen file-filenya. Kalo ada yang mau kamu tanyain, boleh ke ruanganku atau kamu tanya Norman." Keanu mengotak-atik komputer sekretarisnya. "O..iya Pak. Normannya?" "Huh?" Keanu keliatannya nggak fokus "Normannya di mana?" "Oh, ya.. Sori, Atha...aku-" Keanu nampak bingung dengan menggaruk tengkuknya. "Maaf, kalo misal kehadiranku membuat nggak nyaman, aku nggak apa-apa di divisi lapangan." Atha benar-benar merasa Keanu seolah nggak nyaman dengan dirinya. "Maaf kalo yang kamu rasain kayak gitu. Emang sih tapi, emang kamu cocok di sini kok," ralat Keanu. Atha mengangguk patuh "Nanti aku panggilin Norman," Keanu kembali ke ruangannya dan melemparkan tubuhnya ke sofa. Hatinya galau nggak karuan. Kehadiran Atha berhasil mengacak-acak hatinya. >>> "Heh! Kenapa bisa lo yang jadi sekretarisnya Pak Keanu? Itu harusnya gue, tau?!" Atha menatap cewe yang nyelonong gitu aja pake mencak-mencak nggak karuan dan mendorongnya. "Apaan sih? Jelasin dulu dong baru gue konfirmasi," sahut Atha. "Alaahhh, gue tau lo ngincer posisi sekretaris itu kan? Tadinya gue yang di situ lalu kenapa jadi lo?" "Hei, jangan kekanakan gini deh. Gue emang bossnya apa? Soal gituan ya mana gue tau gue mo ditempatin dimana. Emang perusahaan gue? Lagian protesnya jangan ke gue dong. Aneh," kilah Atha. Orang-orang di kantin tentu aja senang liat tontonan gratis gitu. "Emang lo cabe ya!" tangan cewe itu hampir melayang ke pipi Atha. "Melly!" tangan itu dicekal Dilan. "Apa-apaan kamu?!" dengus Dilan marah. Dilan lalu menghentakkan tangan Melly dengan kasar. "Attitude kerja kamu jelek banget. Bisa kan dibicarain dengan baik-baik? Saya kecewa sama kamu, secara kamu adalah sekretaris saya. Tapi maaf, sepertinya saya nggak butuh sekretaris macam kamu. Silahkan keluar," kata Dilan. "Pilih kasih!" Melly berlalu tanpa menoleh lagi. Maya mengusap punggung Atha. "Hampir mati gue, May..." desis Atha. "Kamu nggak apa-apa, Tha?" tanya Dilan khawatir. Atha menggeleng,"Cuma kaget aja... Lan, kayaknya aku pindah aja deh. Daripada nanti banyak masalah. Lagian Pak Keanu kayak kurang nyaman dengan kehadiranku, " Dilan tersenyum maklum. "Ngapain pindah? Tanya Maya, lapangan tuh sibuk, iya nggak May?" "Huuh, Tha. Udah mending sama Pak Keanu aja, nanti juga nyaman kok. " sahut Maya. "Gue jadi nggak enak, May." "Selau aja Tha..." Lalu ada seorang cowo nyamperin meja mereka. Setahu Atha, itu Norman. Sekretaris pengganti Qorry sementara waktu. "File data per satu Februari baru aja kukirim," katanya sambil duduk di sebelah Atha. "Oh, o-oke." "Ada Pak Dilan juga," Norman mengangguk ke arah Dilan. "Atha teman kita berdua, Man." ucap Dilan. "Oh," "Maksi nggak ngajak-ngajak nih," Keanu langsung duduk di sebelah Dilan dan otomatis berhadapan dengan Atha. "Hei, bro!" sambut Dilan "Tumben Pak, maksi di kantin." sela Norman. "Sekali-kali nggak apa-apa kan?" "Iya sih Pak," Hampir semua pasang mata pengunjung kantin memperhatikan meja tersebut. Karena sang direktur ikut makan siang bersama di sana. Dan langsung saja mencuat masalah yang barusan terjadi antara Atha dan Melly. "Mereka merhatiin kita, emang ada apaan tadi?" bisik Keanu ingin tahu. "Nggak ada apa-apa, cuma salah paham aja kok." sahut Dilan. "Kamu... di sini?" seorang cewe berdiri nggak jauh dari meja yang ditempati Dilan cs. "Eh? Tari..., ada apa?" tanya Keanu, langsung berdiri. "Kok ada apa? Kita kan janji maksi bareng, Ke." jawab gadis itu manja. "O..iya. Lupa, ya udah mending kita maksi sini aja ya?" Tari mengangguk. Keanu menyilahkan Tari duduk di antara dirinya dan Atha. "Tha, nanti pulangnya kuantar ya?" tanya Norman tiba-tiba. Sontak Atha terbatuk-batuk. Dia segera menyeruput tehnya. "Atha pulang sama kita," sela Dilan. "Dia tinggal di rumah kontrakanku," imbuh Maya. "Ceweku kan juragan kontrakan, Man... hehehe." sela Dilan. "Makasih tawarannya Norman," sahut Atha. Wajah Keanu nampak memerah. Gimanapun mendengar ada cowo lain yang memberi atensi pada Atha, ada rasa nggak enak menyusup di hatinya. Gimanapun Atha dulu calon istrinya. "ATHALEA?!" Atha mendongak. Matanya membelalak begitu tahu sosok yang memanggilnya. "Caesar?" "Oh, jadi kalian kayak gini dibelakang gue? s**t!!" "Sar! Duduk, nanti kita bicara." kata Keanu. "Nggak perlu!" "Bukannya lo butuh klarifikasi? Duduk," "Ada apa Ke?" tanya Tari bingung. "Bukan apa-apa, nanti kamu pulang duluan aja ya?" jawab Keanu. Tari mengangguk. Dia melirik ke arah Atha yang menunduk, curiga. Kini, di ruangan direktur itu mereka berlima duduk dalam diam dengan pikirannya masing-masing. "Gue butuh penjelasan," tandas Caesar menatap gadis di depannya. "A-aku memang akan menjelaskannya. Tapi nggak sekarang, selain kondisi Mama belum stabil juga... karena menurutku lebih enak kalo kita kumpul semua. Jadi aku nggak perlu menjelaskan satu persatu," papar Atha. Caesar menyeringai. "Non, emang dulu kita mau nikahan massal? Setiap dari kita menginginkan penjelasan secara personal. Ini bukan tentang ngomongin pasar saham. Soal hati! Perasaan! Jadi nggak bisa kamu jelasin secara gamblang langsung ke kita berempat." sergah Caesar. "Ya, aku tau. Tapi maksudku karena di antara kalian ada yang sudah menikah atau punya calon. Aku nggak mau ada yang salah paham kelak," argumen Atha. "Pasangan kita mau salah paham atau nggak itu urusan kita, kamu nggak usah mikirin itu." "Tapi tetap akan berimbas ke aku Caesar." Caesar menggeleng,"Nggak. Pokoknya aku ingin klarifikasi personal." tandasnya. "Bang, tolong ngertiin kondisi Atha sekarang. Oke?" Dilan angkat bicara. Caesar menoleh ke arah Dilan. "Maksud Atha biar semua bisa langsung dapet penjelasan. Toh, masalahnya sama kan, kalian sama-sama ditinggalkan sesaat sebelum ijab kabul terjadi. Iya kan? Ya udah, cuma itu kan? Kalo ada yang mau ditanyakan yang bersifat lebih pribadi, lo tinggal ngomong ke Atha secara pribadi juga. Tapi itu nanti di sesi berikutnya. Begitu kan maksudmu Tha?" Atha mengangguk. "Lo bisa ngomong kayak gini karena lo nggak ngalamin Lan. Coba kalo lo yang di php-in Atha, gue jamin lo nggak bakal ngomong kayak gini." pungkas Caesar. "Oke, malam ini kita semua ketemu dan aku siap untuk klarifikasi. Semuanya." sela Atha. "Di rumah gue aja," imbuh Dilan. Semua menatap ke arah Dilan. "Kenapa? Keberatan? Gue kan tinggal sendiri. Emang maunya di mana? Anggap aja gue moderatornya," ujar Dilan. bersambung.... ••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN