bab 06

1028 Kata
__ Pov Caesar Gadis itu masih tertunduk gelisah. Aku nggak tega sebenarnya. Namun sungguh, aku penasaran banget kenapa dia sanggup meninggalkanku di hari bahagia kami .... Flashback Atha teman sekampus juga sekelasku. Dia kayak sekretaris pribadiku, karena aku nggak suka apa pun yang berkaitan dengan menulis. Aku mulai menikmati sejak saat MOS. Dia jadi bahan bullyan senior tapi dia tetap tegar. Dan aku membuatnya semakin pintar. Tiga bulan masa pdkt kurasa cukup. Lagi pula nggak ada masalah selama aku melajukan pendekatan tersebut, aman terkendali. Lalu aku menembaknya. Cintaku berbalas. Aku bahagia, tentu saja! Dia aktif di BEM juga. Sempurna sudah. Cantik dan supel, kenapa Athalea, karena dia pacarku. Hanya satu, kekurangannya. Dia nggak mau aku cium. Ya begitulah! Aku sebagai cowo emang nggak b******k-b******k amat, tapi pacaran tanpa kegiatan satu itu rasanya... aneh! "Kenapa sih Tha?" tanyaku. "Sar, pacaran itu harus ya ciuman?" e..eh dia malah balik nanya. "Yaaa... jadinya monoton aja. Orang lain juga melakukannya. Kenapa kita nggak?" selorohku. Atha mendelik, dia lalu membalik badan menatapku. Tiba-tiba dia mencium pipiku. "Udah kan? Nggak lebih," gelengnya. Aku kesal. Tapi mau gimana lagi, aku sayang sama Atha. Meskipun beberapa kali kadang-kadang datang godaan, aku tetap bergeming. Aku nggak mau berpaling. Aku cuma terpaku pada Athalea seorang. Suatu hari, aku terciduk Atha saat ada seorang cewe tengah bermain ke kostanku. "CAESARRR !! Sinting lo nih? Lo mau buntingin anak orang apa? Lo belum kerja udah berani-beraninya nidurin cewe! Kalo lo mo merit, bilang ke gue !!" teriak Atha sambil mengusir temen ceweku itu. "Lo mo ena-ena? Lo mo nikah sama gue nggak? Mentang-mentang gue nggak terima kasih cium, lalu lo nyari jalang seenak 'pala lo! Gimana kalo cewe tadi penyakitan, Sar? Geser tuh otak! Mo gue putusin ?!" Atha mukul-mukul dadaku. "Iya, iya .... maaafin aku sayang. Aku khilaf, abis cewe itu godain mulu sih. Nggak, kalo kamu belum siap merit, aku nggak apa-apa kok. Kita pacaran biasa aja ya? Asal kita nggak sampe putus, aku nggak mau ... " tukasku. Aku memeluknya. Dia manja banget kalo udah sendirian gini. Dia lebih tua beberapa bulan dariku. Biasanya sosok Atha saat di BEM, adalah sosok pemberani, lantang saat berdemo dan sangat persuasif. Tapi aku senang dia manja padaku kayak gitu. Serasa aku dicintai. Setahun setengah kami pacaran. Dan aku main gas aja, aku melamarnya. Bukan pingin ena-ena, cuma karena aku sayang banget sama Atha. Aku nggak mau kehilangan dia. Dia juga jadi incaran para senior. Ugh! Terkadang aku kesal. Matanya membulat saat kuajukan niat menikahinya. "Serius, Sar? Gercep banget," tanyanya. "Tentu saja, kalo nggak serius nggak bakal ngajak kamu nikah." jawabku. "Tapi... aku takut," tatapnya berubah sendu. "Takut apa? Takut malam pertama?" "Ih ... omes dasar!" Atha mencubit perutku. Aku terbahak sambil mengelak dari cubitan selanjutnya. * * Tiba di hari pernikahan ... Aku sudah duduk dengan gelisah di sebelah kedua orangtuaku. Kami memang nggak mengadakan pernikahan besar-besaran. Hanya mengundang beberapa teman dan kerabat. "Kok lama sih?" gumamku khawatir. "Jeng, Athanya kok nggak muncul-muncul ya?" tanya Mama ke Mamanya Atha, Tante Mel. Mamanya mungkin kuatir akhirnya masuk ke kamar Atha. "Nak Caesar ... Atha-" Aku belum nanya ada apa, Mamanya keburu pingsan. Kuambil kertas yang digenggam mamanya. Maafkan aku lagi, Ma ... Maafkan aku, Caesar. Aku nggak bisa melanjutkan pernikahan ini. Suatu hari nanti akan kujelaskan. Carilah penggantiku. Aku nggak akan kembali. Ternyata aku belum siap membalikkan kenyataan dan ketakutanku selama ini. Kamu cowo yang baik dan periang. Kamu akan mendapatkan yang lebih baik dariku. Terima kasih, Caesar atas cintamu selama ini. Atha Kuremas surat Atha. Kukepalkan tanganku menahan amarah. Kenapa, Tha? Kamu tinggal bilang kalo emang kamu belum siap! Aku nggak apa-apa, aku pasti menunggumu. Aku sayang kamu, Tha ... Flashend Sekarang gadis itu, yang pergi dan nggak menampakkan batang hidungnya selama 6 tahun ... Kini duduk tertunduk dan hanya memainkan ponselnya. Mati nyala, mati nyala. Aku duduk bersandar ke sofa. Di sebelahku duduk Bang Yan, dan Jody. Lalu Keanu pun baru datang setelah mengantarkan Tari. Dia mengirim minuman kaleng pada kami. Atha masih terpekur di tempat sambil ditemani Maya, setahuku sahabatnya Atha sejak SMA. "Jadi ... kemana aja kamu selama ini, Athalea?" aku jadi yang pertama bertanya. "A-aku di Kanada ... Kerja paruh waktu, melanjutkan kuliah S2-ku, belum rampung sih, masih ada dua tahun lagi." jawabnya dan mulai diangkat wajahnya yang layu itu. "Kenapa, Tha?" tanyaku lagi. "Aku minta maaf. Yaa ... walau aku tau, mungkin aku nggak termaafkan dan nggak pantes juga minta maaf," sahutnya mulai lancar. "Aku sama sekali nggak ada niat untuk kabur ninggalin kamu di acara pernikahan kita." suaranya pelan tapi masih bisa kudengar. "Lalu?" "Tenang dong Sar, selow. Yang penting Atha udah mau ngejelasin, oke?" sela Dilan. "Tenang aja, Tha ... Kita pasti dengerin kok. Dan coba buat ngerti," imbuh Yan. Atha tersenyum lalu mengangguk. Giliran Yan yang ngomong, Atha memberikan atensi. Sedang dari tadi aku nyerocos, nggak sedikit pun dia melirikku! "Semua ini ... ada yang berkaitan dengan Mama. Intinya aku malu kalo kalian tau yang sebenarnya tentang Mama ..." Atha menautkan kedua jemarinya. "Mama sejak aku SMP kawin-cerai mulu .. Cuma Papaku yang statusnya meninggal. Kupikir... Mama sepeninggal Papa nggak akan kembali ke kebiasaan lamanya. Ternyata ... Dan lahirlah Adam, adik tiriku." Atha meminum jus kaleng itu. Seperti ingin melonggarkan kerongkongannya yang tercekat. "Mama nggak berhenti sampai di situ, kembali Mama menceraikan ayah Adam dan membesarkannya sampai sekarang. Entah kenapa Mama seperti itu ..." "Aku jadi berpikir untuk apa menikah kalo hanya untuk saling melukai? Aku jadi takut untuk menikah. Aku nggak berani mempermainkan kalian, sungguh. Perasaan sakit, takut yang membuat kepalaku nggak berhenti berdenyut .... hiks..hiks ... Maaf ..maaf ... " Aku memandang tubuh Atha yang bergetar dalam tangisnya. Aku mau merengkuhnya tapi keduluan Bang Yan. Eh? "Sshhh, sudahlah ... Kamu udah banyak menangis, Atha. Kami sudah memaafkanmu," ucap Yan, terdengar sangat lembut. Heol! Kuputar mataku. Apa-apaan ini? Yan memeluk Atha ! Nggak takut kegrebek bini tercinta apa tuh makhluk? Wah... ternyata pada mau main belakang kalo gini caranya. Dan aku nggak rela ! Enak aja. Memangnya mereka saja yang boleh deketan, boleh masih sayang bahkan pengen balikan sama Atha? Ya, aku pun masih mencintainya. Bohong kalo bilang nggak. Atha serupa Dewi yang penuh pesona. bersambung ... ••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN