*
*
"...pagi yang cerah dan senyum dibibir merah.
Sejuta rasa bahagia tlah kau berikan....
Tiada lagi yang dapat kupersembahkan,
Hanyalah laguku ini sbagai ungkapan...cintaku..."
Atha tersenyum begitu lagu milik Chrisye itu dijadikannya ringtone ponselnya, bukan lagi lagu riuh tawa anak-anak.
Mungkin untuk gadis seusianya, mosok nggak melek kekinian? Ada banyak lagu yang lebih variatif dan kreatif dibanding lagu yang jadi ringtone ponselnya sekarang. Tapi Atha punya alasan sendiri tentang itu.
Map-map yang sudah siap dia kerjakan, tersusun rapi diatas mejanya. Norman sangat membantunya. Memilahkan file-file yang ia butuhkan , atau sekedar mentransfer data ke flashdisk-nya. Atau mengcopy-nya untuk keperluan rapat.
Waahhhh! Atha kagum sekali. Tapi dia juga merasa nggak enak harus terus bergantung pada kebaikan Norman. Toh, dia sendiri pun punya kerjaan kan?
Makanya setelah rapat siang ini Atha berencana ingin membicarakannya dengan Norman.
Atha bersiap-siap untuk rapat, segala makalah dan file yang sudah siap di flashdisk-nya. Diketuknya pintu ruangan Keanu.
"Ya, masuk."
Atha masuk dan dilihatnya Keanu bersama Tari. Dia cuma nggak habis pikir, nih cewe ngintil mulu sama bossnya. Kayak nggak tau orang tuh lagi sibuk, lagi apa...
"Pak, sebentar lagi rapat." kata Atha.
"Oh iya. Tha, ini tolong laptopnya bawain." Keanu memberikan laptopnya.
"Ya, Pak." Atha mengambilnya dan berlalu keluar.
Dia berpasan dengan Norman, dan tentu saja cowo itu membantu demi melihat Atha yang nampak agak kerepotan dengan bawaannya.
"Makasih," ucap Atha.
"Cuma gini aja kok. Harusnya pake troly ya? Kebayang nggak hehehe...."
Atha ikut tersenyum. Sekilas Keanu memandangnya.
Deg. Senyum itu....
Keanu berdehem, menyadari kegugupannya sendiri. Dia nggak sadar kalo dari tadi Tari memperhatikannya.
"Tari, emh...aku nggak bisa anter kamu. Nggak apa-apa?" Keanu menoleh ke arah Tari.
"Nggak apa, Mas. Oke, aku pergi dulu ya?"
Tari mengecup pipi Keanu.
"Eh?" saat itu Atha kembali karena ada yang ketinggalan dan dia melihat adegan itu.
Sreett! Ada yang nyelekit dihatinya. Atha buru-buru mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja. Dia memaki dirinya sendiri kenapa ponselnya mesti ketinggalan.
Tari pun berlalu. Sedang Keanu mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Atha.
"Tha, m-maaf...tadi--"
"Nggak apa, Pak. Saya yang harusnya minta maaf, saya kira Bapak sama Bu Tari udah keluar." tukas Atha.
"Ya, mana mungkin kamu cemburu? Aku ngarep apa sih?" gumam Keanu.
"Iya Pak? Apa?" Atha mendongak.
"Nggak..." Keanu menggeleng dan berjalan mendahului Atha.
Atha merengut, 'apaan sih? Nggak jelas gitu,'.
>>>
Rapat yang cukup alot menurut Atha. Mungkin karena kehadiran Big Boss, Reinhard disana. Ternyata sang Big Boss lebih bossy dan banyak protes yang nggak penting. Itu menurut Atha. Kemana-mana masih mending Keanu-lah. Baik, ramah, pengertian dan masih ganteng...
"Eh?" Atha menepuk-nepuk pipinya.
'Jangan pernah tertarik sama mantan, Athalea!!!!', pekik batinnya.
'Tapi dia mantan terindahku setelah Yan,' Atha nggak sadar menepuk-nepuk dadanya.
"Huft! Jantungku!"
"Kau punya penyakit jantung?"
Suara datar itu cukup membuat Atha terjengit dari lamunannya.
"A-apa?"
Laki-laki itu menatap Atha lalu menggelengkan kepalanya.
"Kamu sekretaris baru Keanu, kan?" tanyanya.
"Eoh?" Atha malah melongo, dia benar-benar nggak fokus.
Atha tampak mengingat-ingat profile laki-laki disampingnya kini.
"Aaa...- Ma-maaf, Pak." Atha membungkuk. Sungguh dia merasa bego sendiri saat Big Boss Reinhard bertanya padanya.

"Tsk, nggak salah kamu sekretarisnya Keanu? Saya belum liat kinerja kamu ya..." dia menoleh dan mengernyitkan alisnya ke arah Atha.
"Iya Pak,"
"Iya apanya?"
"A-anu..."
"Otak kamu pasti selambat siput, ck..."
Reinhard lalu masuk ke lift meninggalkan Atha yang terbengong.
"Hiiyy...bikin merinding aja," gumamnya.
"Kenapa Tha?" tanya Norman yang tiba-tiba sudah ada disampingnya.
"Wahh, kayak jin aja tiba-tiba nongol dimari...Pak," ucap Atha agak kaget.
"Ish, kok Pak sih, berasa tua. Mas kek atau enakan panggil nama aja deh. Kita seumuran kan?" kilah Norman.
"Ahaahaha, oya? Ya, pengen ngehargain senior aja..." sahut Atha.
Mereka tertawa. Keliatan banget kalo Norman tertarik pada Atha. Ini yang mau Atha luruskan sebelum Norman terlalu berharap.
"Mas, nanti kita maksi bareng ya? Ada yang mau aku omongin." kata Atha.
"Oya? Ok,"
Norman tampak senang, Atha akhirnya memenuhi ajakannya dari minggu lalu untuk maksi berdua.
*
Atha belum memulai apapun. Dia masih berpikir caranya ngomong yang enak dan nggak bakal nyakitin itu kayak gimana...
"Tha...--"
"Mas Norman,"
Norman tersenyum.
"Silahkan kamu duluan," katanya.

"Mas, mudah-mudahan ini cuma perasaanku aja. Mas menyukaiku?" tanya Atha tanpa ba bi bu.
Norman membulatkan matanya. Dia kaget Atha nanyain itu.
"I-iya..." jawab Norman agak kikuk.
"Maaf... Sebelum Mas terlampau jauh berharap, aku...untuk saat ini nggak mikirin hal itu dulu. Banyak hal yang harus kubereskan. Aku nganggep Mas Norman kakak, Masnya Atha. Maaf, sekali lagi..."
Hati Norman mencelos. Tapi gimana pun Norman bersikap gentle, dengan bersikap biasa lagi setelahnya, seolah nggak ada yang terjadi.
"Kalo boleh tau, ada masalah apa memangnya? Apa ada kaitannya dengan Pak Caesar yang datang waktu itu?" Norman menatap gadis didepannya.
Atha mengalihkan pandangannya.
"Caesar mantan tunanganku," aku Atha.
"Oh?" jelas Norman kaget.
Tapi cukup disitu aja, Atha buka mulut. Ini juga udah salah. Tapi niatnya emang nggak mau bohong. Apalagi Norman orang yang telah banyak membantunya dikantor.
"Jadi, aku belum siap untuk punya hubungan... Maaf," ucap Atha.
"Don't worry. Aku ngerti kok,"
Norman tersenyum. Atha juga. Dia merasa lega karena telah bicara jujur tentang perasaannya, jadi nggak ada lagi beban. Harusnya...
"Kalian berdua aja, kemana yang lain?" Keanu duduk disebelah Norman.
"Maksudnya?"
"Dilan, Maya?"
"Mungkin masih sibuk..." sahut Atha.
"Tha, maaf...Reinhard orangnya emang gitu," cetus Keanu.
"Huh?"
Keanu malah tersenyum.
"Tadi aku lihat kamu kayak ketakutan gitu sama Rein..."
"Auranya Big Boss kali Pak..." Atha lagi.
Norman menyipitkan matanya. Dia merasa janggal dengan sikap dua orang ini. Kayak bukan direktur dan sekretaris. Begitu akrab.
Atha dan Norman udah selesai makannya. Atha hendak beranjak tapi Keanu menahannya.
Bertambahlah rasa curiga Norman.
"Ada apa, Pak?" tanya Atha.
"Temani aku dulu," jawab Keanu.
"Eoh?" Atha heran tapi nggak urung di duduk juga.
Kini mereka berhadapan. Atha merasa jengah, karena beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Ini sungguh nggak nyaman.
"Setelah kamu pergi, aku terpuruk..." ucap Keanu.
Atha menghembuskan nafas. 'Kenapa mesti dibahas sekarang sih? Dikantin pula?', batin Atha.
"Maaf Pak, kita salah waktu dan tempat kalo untuk membahas hal pribadi. Permisi," Atha melenggang menjauh.
Dia nggak mau nanti ada gossip yang aneh-aneh lagi. Waktu ribut sama Melly pun lumayan ramai tuh... Apalagi sekarang, Keanu membahas masa lalu... Bisa gempar. Bisa-bisa dikatain pelakorlah, CLBK lah, bla..bla...
Baru beberapa langkah dari meja Keanu, ponsel Atha berdering.
"...pagi yang cerah dan senyum dibibir merah.
Sejuta rasa bahagia tlah kau berikan...."
Atha menatap layar ponselnya. Keanu. Klik. Atha mereject panggillan itu. Dan berlalu.
Berbeda dengan Keanu. Dia tertegun begitu mendengar ringtone ponsel Atha.
bersambung....
••••