bc

Unexpected

book_age12+
50
IKUTI
1K
BACA
age gap
drama
sweet
first love
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana jadinya kalau tiba-tiba kalian dipanggil mama ? Umur saja masih 21 tahun lagipula belum pernah pacaran. Pacar halu sih banyak.

Maya seorang gadis berusia 21 tahun yang belum kepikiran untuk pacaran apalagi menikah yang mempunyai cita-cita untuk berkeliling dunia dengan uang hasil keringatnya sendiri, tiba-tiba saja dipanggil mama ?

Cover : @pinterest

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
             “Oohh… nggak. Aku nggak mau” kukuhku             “Oh ayolah May, ini nggak seseram yang lo bayangin” bujuk Linda. Aku tetap menggelengkan kepalaku dan berjalan mundur menghindari Linda dan Rara yang memandangiku seperti macan yang dihadapannya sudah ada mangsa yang siap dimakan.              “Sumpah deh gue nggak bakalan nakut-nakutin lo ” bujuk Rara              “Aku nggak bakalan dibodohi dua kali sama kalian. Pasti kalian ingat sendiri bagaimana keadaan terakhir kali kita bertiga kesini”. Membayangkannya membuatku bergidik ngeri. Apakah kalian bisa bayangkan kalau kalian itu takut dengan hal-hal yang berbau hantu-hantuan dan kedua sahabat kalian memaksa masuk dan lari meninggalkan kalian diruang yang gelap ?? Apakah kalian bisa rasakan apa yang aku rasakan ??!!             “Ah lo nggak asyik. Kita berdua aja yang masuk dan lo tungguin kita disini dan jangan kemana-mana dan jangan makan tanpa gue dan Linda ya” kata Rara. Aku mengganggukkan kepalaku dan duduk dengan tenang sambil memainkan hpku.              “Mama”. Tiba-tiba saja terdengar suara seperti anak kecil. Aku menoleh kekanan dan kiri tapi tidak ada siapapun. Aku mulai bergidik ngeri dan melihat jam tapi kedua anak itu belum kembali juga. Apa sih enaknya main ditempat yang menyeramkan ? “Mama”. Aku menoleh kembali dan tidak ada anak kecil yang berada disekitarku. Yang ada hanya beberapa orang yang lagi pacaran. Ini semua gara-gara Linda dan Rara yang masuk kedalam tempat menyeramkan. Sebaiknya aku menunggu mereka ditempat ya…             “Argghhh !!” teriakku. Aku merasakan ada sesuatu yang memeluk kakiku. Dan ketika aku melihat kebawah aku melihat ada anak kecil yang sangat cantik yang sedang memeluk kakiku. Tapi anak kecil ini kakinya napakkan ? Aku mulai berjongkok agar tinggiku sejajar dengan anak tersebut sambil memperhatikan apakah kakinya napak atau tidak. Dan … kakinya napak dilantai. Aku menghela napas lega.             “Mama”. Anak kecil itu memelukku dengan dengan erat sedangkan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan selain membalas pelukan anak itu.              “Namanya siapa cantik ?” tanyaku sambil mengangkatnya untuk duduk dikursi sampingku. “Kiera” jawabnya sambil memeluk tanganku. Nama yang cantik untuk anak yang cantik, gumamku dalam hati.             “Mamanya mana ? Kok jalan sendirian ?” tanyaku.  Dan dengan telunjuk kecilnya dia menujuk diriku.              “Mama ?” Sontak saja aku menunjuk diriku sendiri. Dia lalu menganggukkan kepalanya dan jawabannya itu membuatku heran. Apa sebaiknya aku bawa anak ini kepusat informasi ? Sudah pasti orangtuanya sedang mencari anak ini. Sebelum itu aku harus menunggu kedua sahabatku yang sedang bersenang-senang berdua tanpa diriku ini.              “Astaga baru ditinggalin sebentar aja lo udah ngerjain pekerjaan lo” ucap Rara             “Pekerjaan apaan ?” tanyaku heran             “Culik anak oranglah”ujar Rara seenaknya.              Aku lalu menoyor kepala Rara. “Enak aja kalau ngomong. Dan sekarang ikut aku”. Aku menggamit tangan Rara dan membiarkan Linda yang memandangiku dengan tatapan penuh tanda tanya sambil menemani Kiera. “Kayaknya anak itu tersesat deh kita bawa aja ke pusat informasi. Pasti orangtuanya udah cari” sambungku.             “Lo beneran nggak culik anak orangkan ?” tanya Rara             “Ya nggaklah. Harus berapa kali aku bilang kalau aku nggak culik anak orang” ucapku jengkel.             Rara lalu mengacungkan tanda peace dan berjalan kembali menuju Linda dan Kiera. Kiera memelukku begitu aku duduk disampingnya.             “Dia nggak mau ngomong sama gue” kata Linda             “Namanya Kiera dan hanya itu yang aku tau . Kita langsung aja kepusat informasi” aku lalu menggamit tangan Kiera.             “Mama lapar” bisik Kiera namun dapat didengar oleh kami bertiga             “Ma-Mama ?” tanya Linda kaget tanpa bisa menutupi ekspresi kagetnya. Begitu juga dengan Rara yang sudah membuka mulutnya dengan lebar.             “Mau makan apa ?” tanyaku sambil mengalihkan perhatian Kiera. Kiera menunjuk kesalah satu stan makanan yang menjual sosis yang sebetulnya sudah sangat menggodaku sejak tadi.             “Gue masih nggak ngerti May. Kenapa anak ini manggil lo Mama ?” tanya Linda yang berjalan disampingku.             Aku menggelengkan kepalaku. “Aku juga nggak ngerti tiba-tiba aja Kiera ada didekat, memeluk kakiku dan memanggilku Mama. Aku juga sama kagetnya dengan kalian tapi yang harus kita lakuin sekarang adalah memberinya makan. Dan aku sekarang juga sangat lapar” bisikku.            “Tapi gue nggak kenyang kalau makan sosis doing” keluh Rara. Inilah Rara makan banyak tapi tidak gemuk-gemuk. Membuatku sangat iri kepadanya.            “Habis antar Kiera ketemu orangtuanya baru kita makan makanan yang berat”. selagi menunggu pesanan kami datang, Linda dan Rara berusaha mengajak Kiera untuk berbicara kepada mereka berdua tapi Kiera hanya diam dan memintaku untuk memangkunya.             “Lo beneran udah seperti mamanya Kiera May” ujar Linda ketika aku membersihkan saus tomat yang belepotan dimulut Kiera            “Kalau dipikir-pikir kalau aku jadi mama untuk anak secantik ini aku juga nggak bakalan menolak deh” gurauku            “Tapi gimana kalau bapaknya umurnya 40an tahun, beer belly udah gitu botak lagi ? Hiii” ucap Rara sambil bergidik ngeri. Membayangkannya membuatku bergidik ngeri juga.             “Aduh jangan sampai deh. Lagian kalian ngomong sembarangan deh. Cepetan habisin sosisnya terus kita bawa Kiera keorang tuanya”. Mereka berdua memberiku jempol dan melanjutkan memakan sosisnya.            “Kiera masih mau sosis ?” tanyaku. Dia menggelengkan kepalanya dan menyandarkan kepalanya didadaku. “Kiera ngantuk ?”. Dia menganggukan kepalanya dan tak berapa lama kemudian dia sudah tertidur.             “Lo kayaknya empuk banget deh May. Liat aja deh Kiera langsung tertidur dipangkuan lo mungkin berasa tidur ditempat tidur kali ya” ejek Linda. Ingin sekali aku mencubit Linda tapi takut kalau Kiera terbangun.             Setelah makan, kami berjalan menuju pusat informasi dan aku berhati-hati mengangkat Kiera agar tidak terbangun. Dia tertidur pulas dan apakah memang badanku empuk ya ?            “KIERA !!” pekik seseorang. Aku lalu berbalik menuju sumber suara tersebut dan mendapatkan dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki yang tampaknya sangat menyeramkan. Mereka bertiga seperti bodyguard , sangat menyeramkan dan itu membuatku terpaku ditempat.            “Oh Kiera” kata perempuan yang berpenampilan sangat… modis itu sambil mengambil Kiera dari gendonganku. Kiera yang tadinya tertidur terbangun dan menangis sambil melihat kekanan dan kekiri. Begitu melihatku dia langsung memintaku untuk menggendongnya.             “Mama jangan pergi”. Entah kenapa perkataan Kiera itu membuatku sangat sedih dan aku melihat kedua perempuan itu sangat terkejut.            “Kalian siapa ?” kata salah satu bodyguard dengan badan yang besar tersebut yang membuatku detak jantungku serasa berhenti sesaat dan aku bisa merasakan kedua temanku itu bersembunyi dibelakangku dengan takutnya.            “Tidak apa-apa Iman. Kamu dan anak buahmu reservasi di restoran tempat biasa kita makan. Saya dan Rahma akan menyusul kalian bertiga”. Ketiga bodyguard itu menganggukan kepala mereka-dengan kompak- dan meninggalkan kedua perempuan ini.            “Kiera dari mana aja sayang ? Oma dan mba Rahma nyariin dari tadi. Kalau Papa tau kalau Kiera hilang pasti Papa sedih deh” ujar perempuan modis yang ternyata adalah Oma dari Kiera.            “Maaf mbak kalau boleh tanya ketemu sama Kiera dimana ya ?” tanya mba Rahma            “Tadi ketemu didekat rumah hantu mba” ujarku pelan.            “Kiera lapar ? Yuk kita makan udon kesukaan Kiera” bujuk Oma Kiera. Namun Kiera menggelengkan kepalanya dan memalingkan wajahnya dari Omanya.             “Maaf bu tadi Kiera habis makan sosis mungkin Kiera sudah kenyang sekarang” ucapku takut-takut.           “Oh Kiera memang suka makan sosis. Dan daripada kita ngobrol ditengah jalan seperti ini lebih baik kita cari tempat yang lebih bagus untuk ngobrol-ngobrol” Oma Kiera lalu memimpin jalan sedangkan kami mengekor dibelakangnya.            “Mbak terima kasih ya. Kalau nggak ada mbak sekarang kami sangat panik tidak tau harus cari Kiera kemana” ujar Mbak Rahma sambil mengelus kepala Kiera            “Iya mbak sama-sama. Tadi kami sebenarnya mau ketempat informasi tapi Alhamdulillah kita ketemu duluan” jelasku            “Ketempat informasi ya …”. Mbak Rahma terdiam sesaat dan menoleh kekanan dan kekiri. Seperti sedang mencari seseorang atau seperti menghindari seseorang ?            “Kenapa mbak ?” tanyaku heran. Mbak Rahma menggelengkan kepala dan menggamit lenganku untuk berjalan lebih cepat dan itu membuatku kewalahan karena sedang menggendong Kiera. Sesampainya di restoran sushi aku melihat ketiga bodyguard mereka sedang menunggu dan disampingnya ada seorang laki-laki dan laki-laki itu memeluk Omanya Kiera dan membawa kami ketempat duduk yang sudah direservasi.            “Tante nggak bilang kalau mau datang kesini. Kevin mana ?” tanya laki-laki tersebut            “Kamu tau sendirikan kalau sahabat kamu itu sedang dimana sekarang ?” tanya Omanya Kiera kembali            “Iya juga sih”. Laki-laki itu lalu memandangi kami bertiga secara bergantian dan dia memandangiku lumayan lama. Bukannya aku kegeeran ya tapi mungkin karena dia melihat aku menggendong Kiera. “Halo Kiera nggak kangen sama om ?”. Kiera yang merasa namanya dipanggil berbalik kearah laki-laki tersebut dan hanya melihatnya sebentar lalu kembali memalingkan wajahnya.           “Oh iya kalian bertiga silahkan duduk” kata Omanya Kiera dan entah kenapa aku lalu duduk bersampingan dengan Omanya Kiera          “Kiera masih lapar nggak sayang ? Mau makan apa ? Nanti om Adnan akan bikinin makanan apapun yang Kiera mau”. Tapi hasilnya sama saja. Kiera menggelengkan kepala dan membuat sang Oma menghela napas pelan. “Ayo nak silahkan pesan makanannya. Jangan malu-malu soalnya makanan disini enak banget” sambung Omanya Kiera.        “May, kita beneran pesan makanan aja nih ? Gue nggak bawa uang lebih dan lo taukan atm gue disita sama bokap gue” bisik Rara        “Kita pesan aja nanti kalau kurang aku dan Linda yang bakalan bayarin makananmu tapi kamu juga jangan pesan makanan yang banyak-banyak ya nanti uangnya nggak cukup”. Rara lalu membisikkan perkataanku (mungkin) ke Linda yang kemudian kedua orang tersebut lalu memilih menu makanan.          Setelah memesan makanan, kami semua terdiam. Sangat canggung. Omanya Kiera mengelus-elus kepala Kiera sedangkan anak kecil ini sedang memainkan jilbabku.          “Nama kamu siapa sayang ?” tanya Omanya Kiera          “Nama saya Maya tante dan ini kedua teman saya Linda dan Rara” ucapku sambil memperkenalkan kedua temanku.         “Nama saya Dian dan kalian bisa panggil saya tante Dian”.         “Iya tante” ujar Rara singkat.          “Tadi ketemu sama Kiera dimana ya ? Karena kami berlima sampai kewalahan mencari Kiera kesana-kemari tapi nggak dapat-dapat”. Mata tante Dian tidak pernah lepas dari Kiera. Pasti beliau sangat sayang kepada cucunya. Tapi kenapa Kiera tidak mau digendong sama omanya sendiri ?          “Ketemu Kiera didekat rumah hantu tante”. Tante Dian meanggukkan kepalanya dan tepat pada saat itu pesanan kami datang satu persatu. Aku heran kenapa masakannya cepat sekali datang ? Pernah aku makan disini dengan kak Nia malah harus menunggu kira-kira 15 menit pesananku datang saking banyaknya pelanggan di restoran ini.         “Ayo dimakan jangan malu-malu dan tante yang akan bayarin sebagai tanda terima kasih”. Rara langsung saja makan dengan lahap tanpa mengkhawatirkan tentang pembayarannya. Aku juga langsung makan karena sosis yang tadi tidak terlalu mempan untuk menahan lapar.          “Aaaa”. Kiera membuka mulutnya sambil menunjuk udon yang kumakan.          “Kiera mau makan udon juga ? Ini Oma suapin”. Tante Dian menyendokkan kuah udonnya tapi Kiera menunjuk udon yang kumakan.         “Nggak pa pa tante biar saya yang suapin Kiera udonnya”. Aku menyendokkan kuah udon yang untungnya belum kutambahkan sambal. Kiera makan dengan sangat lahap dan itu membuatku sangat senang. Sepertinya inikah rasa senangnya seorang ibu melihat anaknya makan ? Wait !! Apa yang sedang kupikirkan ??         “Sudah lama sekali tante nggak melihat Kiera makan dengan lahap. Kalau bukan Papanya yang suapin pasti dia makannya sedikit sekali bahkan tante stress sendiri kalau melihat Kiera tidak makan”. Aku bisa melihat mata tante Dian berkaca-kaca. Ada apa sebenarnya dengan Kiera ?         “Aduh maaf ya tante jadi terharu begini. Namanya juga udah tua jadi gampang terharu” ucap tante Dian sambil menghapus air matanya dengan tisu. Bahkan bukan cuman tante Dian, Mbak Rahma dan juga pak Iman juga berkaca-kaca yang membuatku dan kedua temanku saling berpandangan.          Mungkin karena kekenyangan, Kiera kembali tertidur. Mbak Rahma lalu mengambil Kiera dari gendonganku yang entah kenapa membuatku sangat … sedih ?         “Tante berterima kasih sebesar-besarnya kepada kalian kalau bukan kalian yang menemukan Kiera tante nggak habis pikir apa yang akan terjadi sama cucu tante” ucap tante Dian dan memelukka kami satu per satu. “Dan Maya tante bisa minta no hp kamu ? Tapi kalau kamu keberatan tidak apa apa kok” sambung tante Dian.          “Iya nggak pa pa kok tante saya tidak keberatan”. Tante Dian menyimpan no hpku begitu pun denganku. Agar kalau tante Dian menelpon aku bisa langsung mengakatnya. Yah soalnya kalau no yang tidak aku kenal aku tidak mau mengangkatnya. Hahaha….      Tante Dian menawarkan kepada kami untuk diantar pulang tapi kami tolak dengan halus karena Linda membawa mobilnya. Kami berpamitan dengan mbak Rahma bahkan kepada ketiga bodyguard tante Dian yang mukanya sudah tidak sesangar sewaktu pertama kali kita bertemu. Aku memperhatikan Kiera yang sedang terlelap dan mencium pipinya. Kami bertiga berpamitan dan berjalan kembali menuju kearena permainan. 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.0K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.0K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.6K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.8K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook