bc

Stay With Me

book_age18+
3.6K
FOLLOW
32.4K
READ
revenge
love-triangle
sex
fated
second chance
CEO
drama
tragedy
bxg
affair
like
intro-logo
Blurb

Silahkan tap love dan follow dulu sebelum membaca, terima kasih ^_^

Mengandung unsur 21+, harap bijak sebelum mulai membaca

Tara pikir, cinta adalah perasaan abadi, namun ia lupa jika manusia bisa berubah dan meninggalkan rasa itu. Abimanyu telah dijadikannya sebagai pusat dunia, namun ia mengkhianti cinta suci Tara. Parahnya lagi, lelaki itu berselingkuh dengan rekan kerja Tara yang bernama Dania, wanita yang kerap terlihat polos dan tak berdosa.

Tara baru sadar, jika di sekitarnya begitu banyak manusia munafik. Ia memutuskan membalas dendam dengan cara turut menjadi sosok yang tak lagi bisa disentuh oleh lelaki itu.

Sanggupkah Tara membunuh hati dengan melawan dua insan yang pintar berakting itu? Haruskah ia bertahan di atas puing-puing cinta yang telah hancur atau menyerah pada pernikahan yang telah karam?

cover by @apgraphic_

chap-preview
Free preview
Prolog
Kita kerap membodohi diri sendiri dan mengatakan jika apa yang ada di hati adalah cinta hanya karna telah kehilangannya. Sesungguhnya, semua itu terjadi hanya karna hati yang merasa kesunyian saat kepergiannya. Tak perlu memaksakan hati, yang harus Tara lakukan adalah melepaskan. Merelakan apa yang terjadi dan berusaha menerima fakta, jika memang cinta telah lama mati atau memang sejak awal, tak pernah ada cinta? Tara menjadikan Abimanyu sebagai prioritasnya, namun sayangnya, lelaki itu tak pernah menjadikan Tara sebagai pilihannya. Mengapa Abimanyu tak pernah memilihnya? Padahal, ia begitu mencintai lelaki itu, seluruh hidupnya adalah tentang Abimanyu. Mereka telah melewati begitu banyak masa-masa indah bersama, namun kini semua yang mereka lewati bagaikan kenangan yang telah dicuri dari mereka, tak meninggalkan apa pun untuk dikenang. Tara tahu, melepaskan adalah hal yang sangat sulit, akan tetapi terus memaksa untuk bersama dengan lelaki yang tak memiliki cinta sebesar rasa yang ia miliki jauh lebih sulit. Dirinya terus tersakiti karna perasaan bertepuk sebelah tangan itu. “Kalau memang nggak ada lagi cinta, untuk apa kita mempertahankan rumah tangga ini? Kamu hanya akan membuatku ikut terombang-ambing di lautan.” “Maaf ... aku benar-benar mencintainya. Im so deeply in love with her, tapi perceraian bukan jalan keluar yang kuinginkan. Kamu tahu sendiri kalau kita nggak mungin bisa bercerai.” “Jadi ... apa yang kamu inginkan? Terus membawaku mengikuti permainanmu?” Lelaki itu menatap wanita di hadapannya serba salah. “Bisakah kamu menunggu sampai mama sembuh? Aku nggak mau membuat serangan jantungnya kembali kumat karna kabar perceraian kita. Kasih aku waktu.” Tara tersenyum miris. Lalu selama waktu menunggu itu, haruskah ia terus tersakiti? Ia pikir, dirinya bisa pura-pura melupakan cinta, berlagak baik-baik saja, akan tetapi hal itu sulit dilakukan. Ia tak bisa terus-terusan tegar, saat hatinya dihancurkan berkeping-keping. Ia tak mau melihat mata di mana tak ada lagi cinta untuknya. Apakah ia masih bisa bertahan? “Menurutmu, harus berapa lama lagi aku menunggu? Kamu punya kehidupanmu sendiri, begitupun juga dengan aku,” ucap wanita itu sembari memasang wajah datar. Terlalu sering disakiti, membuatnya sadar, jika memang inilah yang bisa ia lakukan. Berpura-pura. “Kau ... ada lelaki lain dalam hidupmu?” suara lelaki itu seakan tercekat. Ia tak pernah membayangkan istri yang begitu mencintai dan setia padanya telah berpaling. Dirinya yang terlalu sibuk dengan wanita lain hingga tak menyadari semua itu atau memang sejak awal, mereka hanyalah dua orang yang terpaksa untuk bersama? Wanita itu menyambar tas tangan yang diletakkannya di kursi samping dan tersenyum. “Seharusnya kamu nggak lagi memperdulikan tentangku, Mas. Aku sudah melapangkan hati untuk melepasmu dan aku mau kamu nggak ikut campur lagi dalam urusan pribadiku,” ucapnya tersenyum manis seraya berdiri, “aku permisi dulu,” lanjutnya. Lelaki itu mematung. Terkejut dan juga tak menyangka wanita yang dulu tak bisa lepas darinya, bisa mengatakan hal yang begitu menyesakkan. Memang dirinya adalah dalang dari semuanya. Ia yang mengkhianti cinta dan juga meninggalkan wanita itu dalam kesendirian, akan tetapi ia tak mau terus membohongi diri. Abimanyu yang yakin jika wanita itu sudah mengetahui tentang perselingkuhannya memberanikan diri untuk mengajak wanita itu bicara berdua, namun wanita itu selalu menghindar. Selalu mencari alasan untuk menjauh, namun anehnya setelah sebulan menghindar, wanita itu meminta Abimanyu menemuinya di restoran dekat kantornya. Ia ingin mendengar apa yang Abimanyu katakan. Dirinya sudah siap, akan tetapi mengapa sekarang Abimanyu menjadi tidak siap. Apa ini karna keegoisannya yang tak rela melihat cinta yang dulu begitu besar, seakan lenyap hanya dalam sekejap mata? Apa semua ini hanya karna harga diri lelakinya yang seakan dihancurkan dengan wanita itu yang berlagak seakan tak ada lagi cinta di antara mereka. Tara mempercepat langkah. Begitu merasa sudah jauh dari restoran yang mereka kunjungi tadi, kaki Tara mulai kehilangan tenaganya. Ia berjongok dan menenggelamkan wajahnya pada lutut, air mata yang sedari tadi ditahannya tumpah begitu saja. Pedih kian menjadi-jadi, menyiksa bathinnya yang tak lagi utuh. Berusaha melepas lelaki itu tak pernah terasa mudah. Berpura-pura tak mengetahui perselingkuhan lelaki itu pun teramat sulit ia lakukan. Semua luka dan sesak yang disimpanya dalam hati telah menjadi bom waktu yang bersiap untuk segera meledak. Dirinya adalah bom berjalan. Sebulan waktu yang dibutuhkannya untuk meratapi nasib malangnya. Tak dicintai dan tak lagi diinginkan. Wanita mana yang tak akan tersakiti saat tahu cinta lelaki yang begitu dipujanya telah terbagi. Begitupun dengan Tara. Enam bulan lalu ia mengetahui fakta di mana lelaki itu memiliki wanita lain di hatinya. Tuhan seakan menyayanginya dan menunjukkan hal yang seharusnya ia ketahui sejak lama. Berawal dari seorang sahabatnya, Eve melihat suaminya mengantar Dania yang tak lain adalah rekan kerjanya sendiri ke rumah. Eve yang rumahnya memang sekomplek dengan Dania tak sengaja melihat keduanya b******u di depan rumah. Entah ada angin apa, malam itu ia hendak berjalan-jalan mencari udara segar. Eve langsung mengabadikan apa yang dilihatnya dengan kamera ponsel, karna ia tahu, satu-satunya orang yang paling dipercayai Tara di dunia ini adalah suaminya seorang, Abimanyu. Dunia Tara hancur dalam sekejap. Sesungguhnya, Abimanyu telah menunjukkan banyak tanda-tanda, akan tetapi Tara menolak untuk percaya. Abimanyu yang mulai jarang pulang ke rumah, selalu lembur, dan tak bisa lepas dari alat komunikasi. Ia bahkan mengubah pin ponselnya, agar tak bisa dibuka oleh sembarangan orang. Harusnya, Tara tahu, jika sejak itu, Abimanyu tak lagi mencintainya. Harusnya ia percaya pada instingnya, bukan mengabaikannya. Sejak Abimanyu mengatakan ingin berbicara serius dengannya, Tara tahu, jika itulah saatnya. Waktu di mana ia harus melepaskan cinta yang begitu disukainya. Oleh karna itu, Tara selalu berusaha menghindar. Ia tak siap dan tak mau berpisah, meski hatinya hancur berkeping-keping, akan tetapi melihat sikap lelaki itu yang semakin mengabaikannya membuatnya sadar, tak ada gunanya terus-terusan bersikap keras kepala. Pada akhirnya, cintanya tak ‘kan pernah menang dari pertarungan itu. Lelaki itu pun tak lagi bisa merasakan apa yang ia rasakan. Tara menghapus air matanya dengan kasar. Dikeluarkannya ponsel dari dalam tas dan menghubungi Eve, sahabatnya. Pada dering pertama wanita itu menjawab panggilannya. “Eve .. aku hancur. Dia benar-benar mengatakan semuanya. Dia mengakui perselingkuhannya dengan Dania. Dia nggak lagi mencintaiku. Apa yang harus kulakukan, Eve? Hatiku sakit bukan main, sesak di d**a membuatku kesulitan bernapas. Rasa mau mati aja, Eve.” “Kamu di mana, Tara? Jangan mengatakan hal aneh. Lelaki itu nggak patut kau tangisi. Aku akan menjemputmu dan kita bicarakan semuanya.” “Aku udah mencobanya. Melepaskan dan berusaha tegar di depannya, namun hatiku tak bisa merasa sama kuatnya. Aku hancur. Dia bukan hanya menghancurkan pernikahan kami, tapi turut meremukkan hatiku. Apa yang kurang dariku, Eve .... apa yang ...” isak tangis Tara membuatnya tak lagi bisa melanjutkan perkataannya. Ia menangis tersedu-sedu, meraung kesakitan, dan Eve terus-terusan menenangkannya. Andai saja ia bisa meminta lelaki itu tetap tinggal di sisinya, akankah lelaki itu mengabulkan permintaannya? Andai ia memaksa terus berada di sisi Abimanyu walau tak dicintai, akankah mereka kembali bahagia? Seperti waktu itu, dimana hanya ada tawa di antara mereka. Oh ... andai waktu dapat diputar kembali.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PATAH

read
514.6K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
113.7K
bc

Everything

read
277.9K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.3K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook