bc

Hanya Untuk Ku

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
billionaire
family
HE
confident
heir/heiress
blue collar
drama
bxg
kicking
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Karenina Patricia Gunawan, wanita berusia 32 tahun yang memimpin sebuah perusahaan keluarganya yang bergerak di bidang keuangan dan pemilik sebuah bakery. Sekilas kehidupannya tampak sempurna, namun semuanya tidak pernah sama lagi setelah suaminya meninggal.Pramudya, seorang laki-laki berusia 36 tahun, pemilik agency yang menaungi artis-artis terkenal, kerap dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang tidak segan-segan memanfaatkan kekayaannya untuk pansos.Perkenalan keduanya membawa mereka merasakan hal baru dalam hidup masing-masing. Akankah semuanya berakhir indah? Atau harus merasakan badai dahulu baru dapat melihat indahnya pelangi?

chap-preview
Free preview
Karenina Patricia Gunawan
POV Nina Pagi ini aku membawa mobil menuju salah satu pemakaman mewah yang terletak di timur Jakarta. Tempatnya luas, tidak terasa seperti pemakaman pada umumnya yang terasa angker, atau sedikit horor. Cuaca hari ini cukup berangin, terasa sejuk, matahari sudah terlihat tapi masih malu-malu menampakkan dirinya. Setelah sampai tujuan, aku memarkirkan mobil dengan ke sisi kiri jalan. Berjalan kaki menuju tempat peristirahatan terakhirnya, seperti yang tertulis di batu nisan. Beloved husband and father, Erick Aiden Setiawan Aku memilih duduk di rerumputan disisi makam, untungnya aku membawa bangku pendek, terasa rumputnya sedikit basah. "Sayang, sudah setahun kita tidak bertemu ya. Aku kangen kamu. Anak-anak sehat sayang, mereka juga rindu Papinya, tapi hari ini aku ngga ajak mereka, karena Opa Oma sedang ajak mereka keluar kota." Sunyi. Ya memang aku hanya bermonolog sendiri. Tanpa terasa sekitar hampir satu jam sudah aku berada disana, cukup rasanya cerita aku hari ini untuknya. Suami ku meninggal setahun lalu karena sel kanker darah jenis langka, dan ganas. Agak terlambat diketahui, karena selama ini Erick hampir jarang sakit dan hanya muncul keluhan-keluhan ringan saja, jadi tidak dianggap serius. Tetapi ternyata sel kankernya sudah menyebar luas ke beberapa organ tubuhnya. ***1 tahun kemudian*** "Zen, tolong dong, minta yang biasa, 2 shot." "Okay." Aku duduk terdiam di salah 1 meja yang posisinya memang dekat dengan bar dan pintu keluar, niat ku memang hanya sebentar disini. Walaupun beberapa teman yang ku kenal di club itu bilang, jangan pulang dulu, tapi aku sudah merencanakan untuk pulang jam 10. "Hari ini ada yang nyanyi Zen?" "Ada, itu si Paul." "Paul yang mantan anak boyband itu?" "Iya.." Aku hanya mengangguk paham, dulu, memang sempat booming boyband Indonesia yang gayanya mirip-mirip aliran K-Pop, cukup terkenal saat itu, tapi sekarang mereka vakum. Aku memilih untuk melanjutkan menikmati hangatnya alkohol yang pelan tapi pasti terasa nyaman di tubuh ku. ** "Selamat malam penonton semuanya... Apa kabarnya kalian semua? Semoga baik semua ya? Atau adakah teman-teman yang sedang galau?" Semua penonton bersorak riuh menanggapi pertanyaan Paul. "Aku galau, tolong dipeluk dong!" Suara seorang wanita dengan lantang terdengar oleh kami semua di club. Penonton tertawa riuh mendengarnya. "Kita nyanyi bareng ya.." Suara piano mulai berdenting dan suasana club benar- benar menjadi galau dibuatnya, Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan Semua tak kan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti Pesona pria matang di panggung memang mumpuni, beberapa wanita yang aku perhatikan berpenampilan bak wanita kantor membawakan beberapa gelas minuman untuk Paul, dan jangan lupa, ada juga yang nyawer. Belum lagi yang mendekat ingin disalami. Ada-ada saja kelakuan. Sembari menyapa penonton, si pemilik suara sambil melihat ke arah disekelilingnya. Aku yang awalnya memutuskan hanya sebentar, malah menjadi penasaran dengan lagu-lagu yang akan dinyanyikan. Cukup lama aku betah terdiam disana sampai tengah malam. Aku memutuskan untuk pulang dan segera membayar bill minuman ku. Kembali ke apartemen setelah menikmati sedikit alkohol adalah hiburan yang paling baik. Setelah supir menurunkan ku di lobby apartemen, aku segera naik menuju unit ku. Bersih-bersih dan berganti baju, sekarang aku malah menatap langit-langit kamar, tidak ada apa-apa sih, hanya ternyata melakukan itu seru juga ya. Sambil menikmati heningnya kamar ku dan merasakan lelahnya bekerja perlahan mata ku terpejam. ** Hari ini aku sudah merencanakan untuk menghabiskan waktu ku berkutat dengan beberapa laporan dan meeting dengan beberapa staff toko roti ku di daerah Jatinegara. Memang masih baru, tapi aku bersyukur toko ini sudah mempunyai pembeli setia yang kebanyakan adalah orang-orang yang tumbuh besar dengan memori bahwa makanan jadul buatan oma atau nenek adalah yang terbaik. Konsep mengenai kenangan masa kecil itulah yang aku kembangkan disini, makanan yang masih dibuat secara tradisional menggunakan tangan manusia, tanpa pengawet dan hanya menggunakan bahan alami. Berjalan di tahun ke 3 ini, memang cukup banyak tantangan. Bisa bertahan dan berkembang pun sudah cukup baik buat toko ini. Mungkin nanti bisa memikirkan soal ekspansi, tapi sekarang fokus untuk tetap berjalan dulu. Erick yang dulu mendorong ku untuk memberanikan diri membuka toko ini. Waktu kami masih berpacaran aku memang menggunakan halaman rumah ku saat kuliah dulu untuk berjualan aneka jajan pasar dan beberapa makanan yang biasa dimakan saat sarapan. Cukup lama aku menjalankan usaha kuliner pagi tersebut, lokasi yang cukup strategis, rasa makanan yang enak dan higienitas yang selalu aku junjung tinggi membuat bisnis ku kala itu cukup banyak peminatnya. Lalu sejak menikah dan pindah rumah, aku berhenti berjualan. Selain karena pindah tempat tinggal, aku memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Mengurus anak dan suami ku. Anak kembar ku, Benjamin dan Christian lahir di tahun ke 2 pernikahan ku. Dan saat mereka sudah masuk TK, Erick membelikan 1 unit ruko 3 lantai untuk ku, dan mertua ku juga memberikan ku modal yang cukup besar untuk aku membuka sebuah bakery. Tidak mudah memang awalnya, sempat berasa dimasa-masa putus asa, merasa tidak menguasai banyak hal tapi Erick tidak pernah berhenti mendukung ku, dia bilang, "Kamu bukan tidak bisa, kamu hanya belum bisa. Ikut kursus aja lagi, ikut seminar manajerial bisnis, supaya wawasan kamu bertambah luas, ilmu kamu semakin banyak. Jangan patah arang duluan, kamu baru mulai, jatuh itu wajar, selalu coba untuk bangkit lagi, jalan lagi pelan sampai nanti kamu bisa berlari dengan kaki mu sendiri."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

30 Days to Freedom: Abandoned Luna is Secret Shadow King

read
313.3K
bc

Too Late for Regret

read
306.0K
bc

Just One Kiss, before divorcing me

read
1.7M
bc

Alpha's Regret: the Luna is Secret Heiress!

read
1.3M
bc

The Warrior's Broken Mate

read
143.7K
bc

The Lost Pack

read
425.5K
bc

Revenge, served in a black dress

read
151.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook