Prolog

130 Words
Genggaman pemuda itu semakin mengerat. Jemarinya bertaut pada sang gadis yang membisu. Berulang kali ia melirik gadisnya, berulang kali pula ia melirik jarum jam yang berdetik tak seirama dengan degup jantungnya. Sekali lagi napasnya berembus, membelai pipi sang pemimpi yang tergoda untuk bangun dan kembali. Tapi tak mampu. Ia tahu, semua akan kembali. Entah itu kembali dengan mereka yang mencintai atau kembali pada rumah sebenarnya. Ini akan menjadi malam yang panjang baginya. Menunggu sesuatu yang belum tentu kembali. Dengan lembut ia berbisik. Bila gadisnya ingin, ia tidak akan melarangnya. Namun, bila gadisnya belum siap, masih dan selalu ada sepasang tangan yang siap menyambutnya. Mesin itu menjawab. Kesunyian membuat kepastian. Laki-laki itu tersenyum pada gadisnya. Gadis yang sanggup mengubah hidupnya. Gadis yang lantas mengubah akhir cerita mereka menjadi… Adil baginya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD