Moan For Me

1209 Words
Isaac tersenyum miring, mengadah kepada Agatha. "Kau sudah sangat basah." Katanya. Sebelum Agatha bisa bereaksi, pria itu memainkan k******s Agatha. Refleks gadis itu merapatkan kedua pahanya, menghimpit tangan Isaac. Pria itu menatap tajam pada Agatha yang berusaha keras untuk tidak mendesah. Ia menarik tangan Agatha sehingga gadis itu jatuh tersungkur. Matanya bertemu dengan mata Isaac yang menggelap. Pria itu kelihatan tidak suka dengan kelakuannya yang refleks terus menolak. Isaac mengangkat tubuh Agatha dan menghempaskannya ke sofa. Ia memaksa kedua kaki gadis itu untuk melebar, memberikannya pemandangan milik Agatha yang sudah basah dan masih rapat. Pria itu tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya, tapi Agatha kembali refleks dan mendorong wajah pria itu menjauh dari miliknya. "Ka.. Kau mau apa, tuan?" Isaac kembali tersenyum miring. "Kau akan tahu," katanya selagi bergerak lalu membenamkan wajahnya ke daerah intim milik Agatha, mulai menjilatinya. Ia menggigit k******s, mengeluar masukkan lidahnya kedalam l**************n Agatha. Agatha menengadah ketika merasakan sensasi aneh muncul dari bawah sana. Ia menahan desahan sekaligus ekspresi wajahnya supaya tidak menampakkan kalau ia menikmatinya. Lidah pria itu terasa semakin liar bermain dengan v****a Agatha, berputar dan menjilat. Gadis itu mulai merasakan rasa panas dan perih di bawah sana, diirngi dengan rasa nikmat dan geli. "Ahh.. Ahn.. mmh.." Isaac tersenyum, akhirnya desahan itu keluar juga. Ia menyudahi aktivitasnya dan mulai membuka resleting celananya. Ia sudah tidak sabar untuk merasakan liang senggama Agatha yang mungkin akan meremukkan miliknya saking sempitnya. Ia mencium setiap inci tubuh Agatha selagi menuntun miliknya kehadapan milik Agatha. Pria itu berhenti di wajah Agatha, mengamati setiap inci wajah gadis itu. Waktu seperti terhenti setiap kali Agatha menatap mata pria itu. "Bolehkah?" Tanya Isaac sambil menggesek-gesekkan juniornya ke milik Agatha. Gadis itu ingin menangis frustasi sekarang. Menyesal sudah menandatangani surat tadi. Surat terkutuk tadi. Isaac masih menunggu jawaban Agatha sambil terus menggesek-gesekkan kepala juniornya kearah milik Agatha. Tapi pria itu sepertinya menanyakan pertanyaan retorika karena ia segera menghujam miliknya kasar, masuk kedalam milik Agatha. Agatha mengejan menahan sakit yang dirasakannya itu. Isaac melihat wajah gadis itu. Ia tidak bisa mengeluarkannya. Setidaknya tidak sekarang. Ia harus menyelesaikannya. Apalagi melihat Agatha yang mengejan, membiarkan kedua payudaranya mencuat. Isaac semakin penasaran wajah apalagi yang bisa diperlihatkan Agatha. "Sakitnya cuma sebentar. Kau akan menyukainya." Kata pria itu sambil mencium pipi Agatha dengan lembut. Pria itu mulai menggerakkan pinggulnya. Maju mundur dengan tempo yang dipercepat bertahap. Isaac mulai merasakan kenikmatan yang tertunda tadi. Seperti perkiraannya, liang Agatha sangat sempit. Agatha pun mulai merasakan kenikmatan yang tidak ia kenal itu. Isaac terus menghunjam milik Agatha di tempat yang membuat Agatha semakin menggelinjang. Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya, supaya tidak ada desahan menjijikan yang keluar dari tempat itu. Ia tidak ingin kedengaran menikmati permainan Isaac. Isaac menoleh kepada Agatha yang menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia berhenti sebentar dan menggenggam tangan yang menutup mulut Agatha. "Mendesahlah untukku." Katanya. Agatha menelan ludahnya tapi kembali membuka mulutnya ketika Isaac menghentak miliknya keras di tempat yang membuat Agatha keenakan. Gadis itu mengejan sekali lagi dan kali ini desahan tak sengaja keluar dari mulutnya. Isaac tersenyum mendengar desahan indah Agatha. Bukan senyum licik yang terukir di wajahnya yang ditundukkannya sekarang, supaya Agatha tidak melihat ekspresinya yang memerah. "Ahn.. Mmh.. ah ah ah.." Agatha semakin meracau ketika Isaac mempercepat gerakan pinggulnya. "Desahkan namaku." Pinta Isaac, kembali mengadah ke wajah Agatha. "Kumohon." Isaac menghentak semakin dalam di v****a Agatha, "Ohh.. mmh.. Ahn.. I..saac AHN..." desah Agatha. Isaac mengadah kembali terpukau dengan Agatha. Sial, dia bisa membuatku gila, racaunya di dalam batin. "Ahn.. Aku.. ah ah.. Aku akanhh..-" Isaac semakin mempercepat gerakannya ketika melihat Agtha kelihatan bersiap-siap untuk sesuatu yang besar. Ia akan mencapai puncaknya. Isaac kemudian menghentakkan milik keras dan merasakan sesuatu pun keluar dari miliknya. Mereka sama-sama mendapatkan puncaknya. Perlu beberapa waktu supaya sisa sensasi pencapaiannya hilang dari Isaac. Pria itu melepaskan juniornya dari milik Agatha dan melihat cairan spermanya ikut meleber keluar dari milik Agatha. Ia keluar banyak. Gadis itu masih dalam posisi mengangkang. Meski Isaac sudah mengluarkan miliknya. Gadis itu sedang menahan perih. Ia menahannya dalam diam, tapi Isaac sadar sepenuhnya dengan apa yang baru saja ia lakukan. Sekali agi libido Isaac naik. Karena melihat posisi Agatha yang sensual; mengangkang, dua kakinya masih terbuka lebar dan kedua tangannya memijit daerah di sekitar vaginanya. Isaac menarik tubuh Agatha dan memposisikannya supaya menungging di hadapannya. Pria itu kembali mencium setiap sudut tubuh Agatha. Bahkan menciumnya saja bisa membuat Isaac segera kembali menginginkan lebih. Agatha melihat kebelakang, kearah milik Isaac yang digesek-gesekkan ke miliknya. Ia sama sekali tidak bersuara. Karena tidak berani dan karena tidak punya tenaga juga. Isaac menatap Agatha yang kelihatan ngeri melihat junior Isaac yang membesar. Pria itu menangkup bibir Agatha dan menciumnya dengan kasar. Lebih. Ia ingin lebih. Pria itu memaksa masuk kedalam mulut Agatha dan menelusuri setiap inci mulut gadis itu. Dibawah sana ia kembali menghentak masuk kedalam milik Agatha. Gadis itu memekik tertahan. Dengan posisi itu, ia bisa merasakan semua dinding vaginanya tergesek kearah milik Isaac. Kali ini Isaac akan bermain seakan Agatha hanyalah p*****r-p*****r lainnya. Yang sering ia temui di klub malam langganannya. Gadis itu menganga dan memejamkan matanya ketika Isaac menghentakkan sekali lagi miliknya dengan keras. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, merasakan miliknya berkedut hebat. Lalu dengan hentakan ketiga, Agatha memekik, mengejan, merasakan klimaksnya yang kedua kali. "AHHN..!" "Kau baru saja sampai?" Tanya Isaac kaget. Agatha masih menganga menahan sensasinya yang belum kunjung habis. "s**t, baby. Aren't you a w***e?" Isaac terkekeh, kagum pada dirinya sendiri yang bisa segera membuat seorang gadis mencapai puncaknya dengan tiga kali hentakan. Isaac kembali menghentakkan miliknya, tidak menunggu Agatha selesai dengan sensasinya. Gadis itu mendesah tak karuan karena merasakan gesekan sekaligus klimaksnya. Isaac menatap wajah Agatha yang tertekan ke sofa ketika pria itu itu menarik kedua tangannya supaya tubuh Agatha tidak tersentak jauh setiap kali ia menghujam miliknya dalam. "AH! AH! AHN! I..saac." sebut Agatha. "Ya?" Tanya Isaac. "Memohonlah." Katanya kepada gadis itu. "Aku akan memberikannya padamu." Agatha menatap wajah Isaac sambil terus meracau. Tolong bunuh aku. "Tolong.. setubuhi aku lebih keras." Isaac tersenyum dan memasukkan dua jarinya kedalam mulut Agatha yang sudah kehilangan akal sehatnya. Gadis itu merasakan klimaksnya kembali datang. Ia sampai begitu cepat sejak c*m pertamanya tadi. Isaac belum pernah merasakan sensasi ini sebelumnya. Ia bisa gila kalau tidak segera menyudahi ini. Milik Agatha seakan terus mengisapnya semakin dalam. "Sial!" Pekik Isaac ketika merasakan klimaksnya datang, lebih cepat dari perkiraannya. Ia mengangkat tubuh Agatha sambil terus menghujam miliknya dibawah. Pria itu memilin putin p******a Agatha ketika tangan satunya lagi memutar-mutar k******s Agatha dibawah. Gadis itu mendesah habis-habisan ketika merasakan tangan Isaac dibawah sana. "Tung.. Nngh Isaac.. Janganhh ahh!" Pria itu menghentakkan keras miliknya ketika mencapai klimaksnya lalu segera menjatuhkan kepalanya di pundak Agatha, ia tersengal-sengal. Ia menoleh kepada Agatha yang masih menengadah, merasakan sensasi klimaksnya. Pria itu terkekeh kecil melihat wajah sensual gadis itu dan menghentakkan sekali lagi miliknya kedalam Agatha, untuk melihat reaksi Agatha. Gadis itu memekik tertahan dan mencoba dengan baik untuk menahan tubuhnya untuk tidak ambruk ke tubuh pria itu. "Shit." Desis Isaac kembali membenamkan wajahnya di pundak Agatha. Kedua tangannya berhenti menopang tubuhnya dan memeluk tubuh Agatha supaya tubuh gadis itu tidak ambruk jatuh ke lantai marmer. "Shit." Katanya lagi lalu mencium pipi Agatha berkali-kali lalu kembali membenamkan wajahnya di pundak Agatha. *** Jangan lupa vote-nya ya!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD