BAGIAN 8

2153 Words
Zayd berjalan tegak seraya menguap sesekali karena semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Cukup banyak pekerjaannya yang menyita waktunya bahkan waktu istirahatnya. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh Alphanya namun harus digantikan oleh dirinya karena semenjak menemukan pasangannya, sang Alpha lebih sering menghabiskan waktunya dengan pasangannya. Hasilnya dia sebagai Beta yang harus menggantikan mengerjakan tugas sang Alpha. Jika saja Alpha Zoro bukan sahabat baiknya sejak kecil, pasti sudah dia tolak mentah-mentah mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukanlah tugasnya.  Mendesah lelah sejenak sebelum membuka daun pintu yang kini berdiri kokoh di hadapannya. Dia ingin menghilangkan penat yang akan didapatkannya begitu membuka pintu dan berada di dalam ruangan di balik pintu ini. Ruangan ini merupakan ruangan kerja Alpha, dimana di dalamnya bertumpuk banyak laporan-laporan yang berkaitan dengan pack yang harus diperiksanya sebentar lagi.  “Sialan, kalau saja kau bukan sahabatku sudah ku seret kau keluar dari kamarmu itu. Kenapa harus aku yang jadi repot mengerjakan tugas-tugasmu? Dasar Alpha sialan!” teriaknya masih dalam posisinya berdiri di depan daun pintu. Menghembuskan napas untuk mengatur ritme detak jantungnya yang tiba-tiba menggila karena menahan emosinya, akhirnya dia pun membuka daun pintu dengan enggan.  Betapa terkejutnya dia melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya begitu masuk ke dalam ruangan. Dia tertegun dengan mulutnya yang sedikit terbuka ketika mendapati sang Alpha yang baru saja dimakinya kini sedang duduk manis di kursi kebesarannya. “Hm, aku baru tahu kalau seorang Beta bisa sesuka hati menghina Alphanya. Jangan-jangan kau sering menghinaku di belakangku selama ini.” ucap Zoro dengan suara datarnya namun tetap saja membuat keringat sebiji jagung bercucuran dari pelipis Zayd. “K-kau ada di sini. Tumben, biasanya kau bersama pasanganmu di kamar kalian. Bahkan ini masih sangat pagi. Ini sebuah keajaiban.” sahutnya mengalihkan pembicaraan. “Aku hanya membutuhkan waktu saja untuk bersama istriku karena jika aku sudah sibuk dengan tugas-tugasku maka aku akan jarang menghabiskan waktu dengannya. Memangnya salah jika aku meminta libur sejenak setelah aku baru saja melangsungkan pernikahanku?” “Iya, tidak salah kok, seandainya kau tidak libur selama hampir satu bulan penuh sih tidak masalah.” timpal Zayd sarkastik, membuat Zoro mencuramkan kedua alisnya tampak kesal mendengarnya. “Sudahlah. Lalu, bagaimana kabar Luna kita itu? Dia sudah tidak marah padamu, kan?” Zayd kembali bertanya seraya mendudukan dirinya di kursi tepat bersebrangan dengan Zoro, hanya meja yang memisahkan mereka berdua saat ini. “Dia masih syok karena kejadian di Red Water pack tapi aku bisa mengatasinya. Jadi sekarang aku sudah siap mengambil alih pekerjaanku lagi.” Zayd mengembuskan napas lega mendengarnya, artinya sekarang dia tidak perlu lagi menyelesaikan tugasnya sampai larut malam karena jujur saja tugasnya sebagai Beta saja sudah cukup banyak, ditambah harus mengerjakan tugas Alpha juga? Untunglah dia tidak mati kelelahan karena kebanyakan bekerja.  “Untunglah sepertinya kekhawatiranmu tidak terjadi, tidak ada serangan dari pihak Red Water Pack setelah insiden tempo hari.” Zoro mengedikan bahu tampak acuh dan tak peduli dengan ucapan Betanya. Saat ini dia lebih tertarik membaca beberapa laporan yang berserakan di mejanya dari pada membicarakan tentang Red Water Pack yang selalu membangkitkan emosi di dalam hatinya jika mengingat kejadian yang terjadi di sana.  “Aku heran denganmu, apa sebegitu cintanya kau pada pasanganmu sampai kau mengorbankan banyak hal demi dirinya?” Zoro mengalihkan tatapannya dari laporan yang sedang dibacanya, kini dia tengah menatap Zayd tajam dengan dahinya yang berkerut tampak bingung.  “Memangnya kau sendiri tidak mencintai pasanganmu? Kupikir karena kau pun sudah menemukan pasanganmu bahkan lebih dulu dari aku. Kau akan memahami perasaanku.” sahutnya. “Ya, aku memang mencintai pasanganku. Dia sangat penting untukku. Tapi sikapku padanya tidak berlebihan sepertimu. Maksudku kau sampai mencampakan wanita yang sudah kau pacari selama 8 tahun demi dirinya. Rasanya mustahil kau tidak memiliki perasaan pada Zenith setelah menjalin hubungan cukup lama dengannya. Pasti ada juga cinta untuknya di dalam hatimu kan? Tapi seluruh cinta untuk Zenith seolah menguap begitu saja setelah seorang Yuren masuk ke dalam hidupmu.” Zoro terdiam tampak tak peduli meski sang beta sudah menjelaskan maksud perkataannya tadi.  “Kau juga sampai memutus hubungan persahabatanmu dengan Eros yang sudah terjalin sejak bertahun-tahun lalu, bukan hanya itu... kau juga memutus hubungan kerja sama pack kita dengan packnya. Bahkan kau tidak segan-segan menghukum kawananmu yang tidak menghormati pasanganmu. Aku hanya terkejut kau sampai rela melakukan semua itu hanya demi seorang Yuren.” Tatapan Zoro semakin tajam ke arah Zayd seolah tengah menyiratkan ketidaksukaannya karena Zayd secara tidak langsung mengutarakan keberatannya akan sikap Zoro yang terlalu peduli pada Yuren.  “Dia itu mate yang sudah ditakdirkan oleh Moon Goddes untukku, tentu aku harus mempedulikannya.” jawab Zoro akhirnya menyahut setelah sejak tadi hanya diam mendengarkan. “Ya, itu memang benar. Tapi, memangnya kau tidak khawatir? Walau bagaimana pun dia itu manusia, berbeda dengan bangsa kita yang setia, manusia itu mudah tergoda dan berkhianat. Apa kau lupa kejadian yang menimpa leluhurmu di masa lalu?” “Aku percaya pada Yuren, aku tidak pernah mencurigainya sedikit pun. Aku yakin tidak mungkin aku bernasib sama seperti leluhurku. Lagi pula ku rasa tidak semua manusia itu seperti pasangan nenek moyangku. Pasti ada juga manusia yang bisa setia seperti kita, dan Yuren adalah salah satunya.” Zoro berucap penuh keyakinan, tak ada kecurigaan dan tidak ada keraguan dari tatapan matanya. Zayd pun menyadari hal itu meski dia khawatir karena Alphanya itu terlalu berlebihan mempercayai Yuren.  “Tapi tetap saja kau harus waspada. Ya, meskipun aku tahu seorang pria yang tegas dan cerdas pun akan berubah menjadi pria bodoh dan ceroboh jika sedang jatuh cinta.”ujar Zayd seraya tertawa terbahak-bahak di dalam ruangan. Bahkan suara tawanya mungkin terdengar sampai ke seisi markas mereka yang bisa dikatakan sangat luas itu.  “Ck... diamlah, kau berisik sekali.” umpat Zoro. Dia kesal sekali karena Betanya menartawakannya hingga terlihat begitu puas bahkan sudut-sudut matanya sampai mengeluarkan air mata. “Asal kau tahu, Yuren itu berbeda.” Zayd berdeham dan menghentikan tawa lantangnya. Dia menatap penuh minat ke arah Zoro terutama ketika dia menyadari Zoro sedang memasang raut serius di wajahnya.  “Iya, dia berbeda karena dia itu manusia, kan?” “Tidak, maksudku dia berbeda dengan para Shewolf.” “Tentu saja berbeda, dia kan manusia bukan Shewolf.” tambah Zayd dan kembali tertawa karena menurutnya Zoro benar-benar jadi bodoh dan tidak peka semenjak menemukan pasangannya.  “Bukan itu maksudku, i***t! Meski manusia tetap saja dia itu wanita, kan? Maksudku dia berbeda dengan wanita lainnya. Dia sama sekali tidak tertarik padaku.” Zayd masih terus tertawa, namun akhirnya dia hanya diam termenung ketika berhasil mencerna kata-kata Zoro barusan. Beberapa detik kemudian, dia pun terbelalak tak percaya.  “Haah? Benarkah? Ini keajaiban, dia tidak tertarik padamu padahal kan kau ini tampan, gagah, kuat, berwibawa dan berkuasa. Kau bahkan diperebutkan oleh para Shewolf. Waah... pantas saja kau sampai memujanya, jangan katakan kau merasa tertantang untuk menaklukannya?” tanya Zayd histeris yang dibalas Zoro dengan senyuman teramat tipis.  “Ya, sebenarnya memang begitu. Meski sepertinya aku tetaplah kalah taruhan.” sahutnya seraya menghela napas panjang. Mendapati sang Alpha berekspresi aneh yang menurut Zayd nyaris tak pernah diperlihatkan oleh Alphanya, Zayd pun semakin tertarik melanjutkan perbincangan mereka ini. Mereka bahkan melupakan laporan yang sudah menumpuk di atas meja yang seharusnya mereka periksa.  “Taruhan? Taruhan apa maksudmu? Apa kau sedang berekspresi menyerah sekarang? 25 tahun aku bersamamu, baru sekarang aku melihat kau bertekuk lutut mengaku kekalahanmu. Jadi orang yang bisa membuatmu bertekuk lutut begini adalah seorang manusia bernama Yuren. Sepertinya aku mulai mengagumi Lunaku itu.” “Hanya taruhan konyol yang kubuat bersama Yuren.” jawab Zoro seadanya namun senyuman tersungging di bibirnya ketika mengingat dirinya dan sang istri membuat sebuah taruhan bodoh.  “Haah? Jadi kau mulai bermain rahasia-rahasiaan padaku sekarang?” Zayd merajuk karena dia masih berharap Zoro menceritakan taruhan apa yang membuatnya mengakui kekalahannya tadi. Namun perbincangan mereka terhenti ketika seseorang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu dulu.  “Apa pintu itu kehilangan fungsinya hingga bisa diterobos siapa saja tanpa perlu mengetuknya dulu?” ucap Zoro sarkastik, tapi diabaikan sepenuhnya oleh si pelaku yang rupanya adalah Gammanya, Arthur.  “Maaf Alpha, tapi ada masalah besar.” sahut Arthur dengan napasnya yang masih terengah-engah pertanda dia sudah berlarian tadi sewaktu hendak memasuki ruangan kerja Alphanya.  “Masalah apa maksudmu?” Zayd menyahut sedangkan Zoro hanya mengerutkan dahinya heran sekaligus menantikan sang Gamma melanjutkan ucapannya.  “Kita diserang. Aku sudah mengumpulkan banyak warrior tapi ku rasa kalian berdua juga harus bergabung karena jumlah pasukan musuh cukup banyak.” jelasnya yang sukses membuat Zayd terenyak hingga tanpa sadar berdiri dari duduknya. Sedangkan sang Alpha sendiri masih tetap duduk dengan tenang di kursinya tak terlihat kepanikan sedikit pun tersirat di wajah tampannya.  “Memangnya pack mana yang dengan bodohnya berani menyerang kita? Jangan katakan mereka dari Red Water Pack?” tanya Zoro tegas. “Mereka sekumpulan Rogue.” “Rogue? Berani juga mereka menyerang pack kita. Siapa pemimpin mereka?” Kali ini Zayd yang melontarkan pertanyaan, kentara sekali dia sedang menahan amarahnya saat ini. “Pemimpinnya bernama Cezar. Mereka sebentar lagi tiba di perbatasan.” “Tunggu, bukankah kau pernah melawannya dulu? Kupikir kau sudah menghabisinya?” Zoro memicingkan matanya menyadari Zayd tengah berbicara padanya dengan nada menyalahkan, seolah penyerangan ini terjadi karena kesalahannya di masa lalu yang tidak membunuh Cezar.  “Aku sudah melukainya cukup parah. Kupikir dia akan kapok, tak kusangka dia malah mengumpulkan banyak pasukan Rogue.” jawab Zoro apa adanya. “Haah... inilah kecerobohanmu. Kau selalu begitu, tidak pernah serius menghabisi lawanmu. Seharusnya kau langsung membunuh tiap lawanmu agar kelak mereka tidak menjadi ancaman untuk kita. Kuharap kejadian ini bisa kau jadikan pelajaran berharga agar kau tidak setengah-setengah ketika berkelahi dengan lawanmu.” ujar Zayd marah. “Iya, serahkan masalah Cezar ini padaku, kali ini aku akan benar-benar menghabisinya.” “Ya, memang seharusnya begitu. Kau harus bertanggungjawab karena kesalahanmu di masa lalu, pack kita yang kena imbasnya. Huuh... merepotkan!” gerutu Zayd kentara sekali emosinya tengah meluap-luap saat ini.  “Hei, sejak kapan seorang Beta bisa bebas memarahi Alphanya?” tanya Zoro disaat dia sadar posisinya lebih tinggi dari Zayd. “Aku tidak berbicara sebagai seorang Beta pada Alphanya tapi sebagai sahabat yang menyadarkan sahabat bodohnya.” sanggahnya tak mau kalah. “Yaah, terserahlah. Lebih baik kita segera pergi ke perbatasan dan menyambut tamu tak diundang itu.” kata terakhir yang dikatakan Zoro sebelum dia beranjak bangun dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan ruangan kerjanya. Zayd dan Arthur mengekorinya dari belakang.  “Dengar, pastikan kalian menjaga tempat ini sebaik mungkin. Jika terjadi sesuatu pada istriku maka kalian akan ku eksekusi dengan tanganku sendiri, kalian mengerti?” titah Zoro pada kedua pengawal yang berjaga di gerbang markasnya sesaat sebelum dia pergi ke perbatasan. “Baik Alpha, kami mengerti.” sahut kedua pengawal itu tampak ketakutan. “Lihat, Alpha kita ini. Packnya sedang diserang tapi dia masih saja lebih mementingkan mate nya padahal jelas-jelas markas ini dijaga dengan ketat. Harusnya kan packnya yang dia khawatirkan bukan istrinya yang jelas-jelas berada di tempat yang aman?” sindir Zayd. Arthur tersenyum tipis mendengarnya sedangkan Zoro memilih untuk mengabaikan sindiran sahabatnya dan memilih melakukan shift berubah ke wujud serigalanya. Tanpa menunggu Beta dan Gammanya, dia pun berlari kencang menuju perbatasan.  Setibanya di perbatasan, dia kembali melakukan shift ke wujud manusianya. Dilihatnya para warriornya sudah berbaris dengan rapi lengkap dengan pakaian tempur mereka.  Suasana di sana masih hening belum terlihat kawanan Rogue yang bermunculan. Namun, suasana hening itu tak berlangsung lama ketika satu demi satu kawanan Rogue itu akhirnya muncul. Jumlah mereka terus bertambah hingga berbaris rapi dengan jumlah yang fantastis. “Woow, banyak juga jumlah mereka.” ujar Zoro dengan seringaian yang menghiasi wajahnya. Dia tak terlihat gentar melihat banyaknya kawanan Rogue yang harus dilawannya dan para warrior-nya, sebaliknya dia terlihat begitu senang. “Ini menakjubkan, setelah sekian lama akhirnya kita mendapatkan serangan juga dari pack lain, ya walaupun kawanan Rogue itu tidak bisa dikatakan sebuah pack.” tambahnya. “Aku heran denganmu, kau terlihat senang pack kita diserang?” tanya Zayd seraya memutar bola matanya jengah. “Terkadang penyerangan seperti ini dibutuhkan, karena terlalu lama hidup damai akan membuat kita menjadi lemah.” jawab Zoro enteng sukses membuat urat-urat marah bermunculan di kening Zayd.  “Hei, ingatkan aku kalau dia itu Alpha kita. Seandainya dia bukan Alpha kita sudah kuhajar dia!!” teriak Zayd berapi-api yang diabaikan sepenuhnya oleh Zoro, pasalnya Alpha itu tengah berjalan menghampiri para warrior-nya.  “Kau sudah sangat lama bersamanya tapi kau masih saja belum mengerti maksudnya. Lihat lah... dia hanya sedang berusaha membangkitkan semangat dari para warrior-nya. Apa kau tidak sadar mereka sedang ketakutan saat ini?” ucap Arthur yang tampaknya lebih peka dibandingkan Zayd. Beta dan Gamma itu pun menatap intens ke arah Zoro yang sedang membangkitkan semangat juang para warrior-nya saat ini.  “Aku tahu kalian sudah lama tidak terlibat dalam pertarungan seperti ini. Dilihat dari kejauhan, kawanan Rogue itu memang terlihat buas dan menyeramkan. Tapi percayalah, kalian lebih kuat dari mereka. Kalian menghabiskan waktu untuk berlatih setiap hari, jadi inilah saatnya kalian tunjukan hasil latihan kalian. Saatnya kalian menunjukan kekuatan kalian yang sesungguhnya. Kita lawan mereka, habisi mereka demi pack ini. Kalian mengerti?!!” ucap Zoro seraya berteriak di akhir ucapannya. “MENGERTI ALPHA !!” sahut para warrior serempak.  “Ketika kalian mulai kewalahan, ketakutan dan nyaris kehilangan semangat juang kalian. Ingatlah... Alpha kalian ini selalu berdiri di depan kalian untuk bertarung bersama kalian. Jadi, jangan pernah berpikir kalian hanya bertarung sendirian.” tambahnya, dia menghela napas sejenak sebelum tatapannya tertuju ke arah depan, ke arah kawanan para Rogue dalam wujud serigala mereka yang tengah menyeringai.  “Ingatlah, perjuangan ini demi pack kita.” ucap Zoro sebelum dia melompat dan melakukan shift menjadi wujud serigalanya. Seorang diri dia berlari menghampiri kawanan Rogue.  “Inilah alasanku bangga memiliki Alpha sepertinya.” sahut Zayd seraya tersenyum. Lalu dia pun melakukan shift ke wujud serigalanya dan berlari menyusul Zoro, begitu pun dengan Arthur.  Tak lama kemudian seluruh Warrior pun melakukan tindakan yang sama seperti ketiga pemimpin mereka. Mereka sudah berubah ke wujud serigala mereka dan siap menghadapi musuh mereka di depan sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD