Kali ini, mengikuti saran ustadz Hasan. Pierre berdiri di depan rumah ayahnya. Selama ini, Pierre bukannya tidak tau di mana rumah sang ayah. Tapi karena sambutan para kakak tirinya terlalu 'baik'. Pierre terpaksa mengabaikan orangtua satu-satunya, padahal beliau sedang sakit. Hanya malam ini, Pierre kembali rindu pulang. Bertemu dengan sosok keluarga yang bisa membuat ia merasa tidak sendirian di dunia ini. Sayang ... Harapan dia harus pupus, dari awal menginjakkan kaki. "Ada apa ke mari?" Calista, kakak keduanya bertanya ketus. Menatap Pierre seolah jijik. "Aku mau bertemu ayah ... ." Ucapan Pierre diabaikan. Tidak diminta masuk lebih dulu, seolah ia sedang mengunjungi kandang singa yang siap menerkamnya kapan pun. "Siapa yang kamu sebut ayah, dia bukan ayahmu. Dia ayah kami."

