bc

Karena Aku Adalah Suamimu

book_age4+
5.8K
FOLLOW
28.1K
READ
second chance
others
drama
sweet
serious
male lead
realistic earth
poor to rich
like
intro-logo
Blurb

Estu dituduh telah menghilangkan dokumen penting Perusahaan dan sang presdir akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Estu yang hanya seorang office boy di tempatnya bekerja, tentu sangat takut dengan ancaman itu. Dia memohon agar sang presdir tidak melakukan itu karena selain dia tidak tahu menahu tentang dokumen itu, dia adalah tulang punggung keluarga. Sang presdir setuju untuk mengampuninya, tapi dengan satu syarat, Estu mau menikah dengan putri sulungnya.

chap-preview
Free preview
Sebuah Syarat
“Es, dipanggil Pak Atmoko.” Estu yang kebetulan memang sedang membuat kopi untuk Atmoko menoleh pada sumber suara. Di pintu sudah berdiri Angga -sekretaris Atmoko- dengan wajah tegang, hal yang tidak seperti biasanya ditampakkan oleh pria itu. “Ya, pak. Saya dipanggil Pak Atmoko?” Estu bertanya balik untuk memastikan. Angga mengangguk. “Iya, secepatnya ya, sudah ditunggu.” Angga hendak berbalik ketika Estu kembali berkata sembari mengacungkan gelas kopi. “Kopinya yang sedang ditunggu, pak?” Angga menggeleng. “Bukan, ada masalah serius. Tapi ya sekalian saja kamu bawa kopi Pak Atmo.” Mendengar kata ‘serius’, Estu terdiam sejenak dengan kening sedikit mengerut. Entah mengapa hatinya mendadak jadi tidak enak. Tapi tidak urung Estu melengkungkan senyum di bibirnya yang tipis. “Iya, pak. Saya segera menyusul ke sana. Kopinya tinggal diberi air panas saja.” “Oke.” Kali ini Angga berbalik dan melangkah meninggalkan pantry. Senyum Estu memudar begitu Angga meninggalkan pantry. Dia lalu menyeduh dua gelas keramik yang sudah diberi kopi dan gula dengan air panas. Kata Atmoko dan siapa pun, kopi buatan Estu number one, lebih nikmat dari buatan kedai kopi mana pun. Itu berkat ilmu membuat kopi yang di ajarkan oleh ibunya. Dulu ibu Estu mempunyai kedai kopi kecil sebelum akhirnya terpaksa harus dijual untuk mengobati ayahnya yang kemudian meninggal. Saat itu dia masih berusia 17 tahun dan duduk di kelas sebelas SMA. Itu sebabnya, dia tidak bisa melanjutkan ke bangku kuliah karena tidak mempunyai biaya meskipun sebenarnya dia tergolong anak yang pintar. Sejak itu, Estu bekerja apa saja untuk membantu ibunya mencari uang. Dia pernah menjadi pedagang air minum mineral di terminal, jualan serbet asongan di pasar tradisional, jadi kuli bangunan, tukang parkir, hingga akhirnya bekerja di perusahaan ini sebagai office boy. Dan tahun ini adalah tahun ke lima dia bekerja di perusahaan ini. Cukup betah karena gajinya pasti dan Atmoko baik kepadanya. Bahkan dia menjadi satu-satunya office boy yang disayangi oleh Atmoko. Setelah dua gelas kopi dia seduh, Estu membawa kopi-kopi itu ke ruangan presiden direktur. Sebelum membuka pintu ruangan tersebut, dia menaruh satu gelas kopi di atas meja Angga. Dan satunya dia bawa ke ruangan yang menjadi tujuannya yang kebetulan pintunya terbuka. Namun, Estu langsung meneguk salivanya begitu mendapati orang-orang menatapnya dengan tatapan menuduh, padahal saat ini dia belum tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. “Pak ini kopinya,” ucap Estu sembari meletakkan gelas kopi ke meja Atmoko. Selanjutnya dia berdiri di dekat pintu masuk, menunggu masalah apa yang hendak disampaikan oleh Atmoko. Di ruangan ini, ada orang lain selain Atmoko, Angga, dan dirinya. Yaitu Direktur perusahaan ini yang tidak lain adalah adik Atmoko sendiri, yaitu Gilang. Atmoko menatap Estu tajam, membuat pria berumur 27 tahun itu menundukkan wajahnya karena takut. “Kamu tau kenapa kamu dipanggil ke sini?” Atmoko mulai bertanya. Lembut tapi terdengar sangat tegas dan membuat jantung Estu mulai berdegup tidak karuan. “Maaf pak, saya tidak tau,” jawab Estu tanpa mengangkat wajahnya dan menatapi ujung sepatunya yang sudah bolong. Akhir-akhir ini kedua adiknya membutuhkan biaya yang besar jadi dia mengeyampingkan kebutuhannya terlebih dahulu. “Itu karena ada dokumen yang hilang di ruangan ini. Dokumen itu sangat penting dan tidak ada filenya. Sedangkan yang bebas masuk ke ruangan ini hanyalah aku, Angga, dan kamu. Angga tidak mungkin melakukannya karena seharian kemarin dia bersamaku dan pagi ini dia juga berangkat ke sini bersamaku. Jadi satu-satunya orang yang kami curigai adalah kamu, Estu.” Bagai tersambar petir Estu mendengar itu. Kini tubuhnya mulai gemetar. Awalnya hanya kakinya saja, lama-lama merambat naik. Wajahnya yang sebenarnya tampan hanya saja kurang perawatan, langsung pucat pasi. Ini perusahaan besar. Dia sudah membayangkan betapa mengerikannya menjadi tersangka hilangnya dokumen penting itu. “A-aku tidak tau apa-apa, pak. Sungguh. Dokumen atau hanya sebatang bolpoint pun, aku tidak pernah mengambilnya. Bapak pasti tau bahwa aku akan membuang secarik kecil kertas pun atas izin bapak ataupun Pak Angga. Jadi bukan aku yang mengambil dokumen itu. Lagian, untuk apa aku mengambilnya? Bagi bapak itu memang dokumen yang sangat penting, tapi bagi seorang OB, itu hanya tumpukan kertas yang tidak berarti.” Atmoko angguk-angguk sebagai ekspresi bahwa dia menerima penyangkalan Estu. “Ya, aku pun berpikir begitu. Tapi selama kamu tidak bisa membuktikan kalau dirimu tidak bersalah, aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja Estu. Sudah aku jelaskan di awal kalau yang memegang kunci ruangan ini hanya aku, kamu, dan Angga.” "Tapi pak... " "Aku akan membawa kasus ini ke jalur hukum,__" sela Atmoko tak membiarkan Estu meneruskan kalimatnya. Membuat Estu kian mengigil ketakutan. Bisa dibayangkan bagaimana jika dirinya benar-benar di penjara, ibu dan adik-adiknya terlantar. Dan keluarganya akan malu karena dicap keluarga pencuri. Padahal di malam hari dia menjelma menjadi guru ngaji di mushola. Apa kata dunia ada guru mengaji yang mencuri? Tidak, dia tidak mau itu terjadi. "_ terkecuali kamu mau menerima persyaratan dariku," sambung Atmoko dengan tatapan penuh selidik. Wajahnya tampak serius tak menerima kompromi. Namun itu adalah sebuah harapan bagi Estu. Dan Estu tidak akan menyia-nyiakannya. Sesulit apapun, dia akan coba penuhi asal tidak di penjara sehingga dia tetap bisa mengurus ibu dan adik-adiknya serta nama keluarganya tetap baik. "Iya pak, aku akan menerima syarat itu," balas Estu dengan mata berbinar-binar. Hatinya sedikit merasa lega karena ternyata masih ada jalan lain. "Apa syaratnya, pak?" Atmoko menghela nafas panjang, menyandarkan pinggulnya di tepian meja kebesarannya, dan bersedekap. "Syaratnya adalah... Kamu menikahi putri sulungku." Untuk yang kesekian kali Estu terkejut. Dia pikir dia bakal tidak diberi gaji selama beberapa bulan atau syarat berat lainnya. Tapi ternyata... Oh tunggu. Ini tidak segampang apa yang terbersit di benaknya barusan. Dia pernah melihat putri sulung Atmoko beberapa kali. Cantik, seperti para finalis Miss kecantikan dunia. Namun imej buruk dari putri sulung Atmokolah yang membuat syarat ini berat. Putri sulung Atmoko itu terkenal liar dan terjerumus pada pergaulan bebas. Bisa jadi ini adalah jebakan baginya untuk menutupi kehamilan yang disebabkan oleh pergaulan bebas putri sulung Atmoko tersebut. s**l. Meskipun jika memang begitu adanya, dia tetap harus mengiyakan karena dia tidak berdaya untuk menghadapi kuasa Atmoko. Sepertinya impiannya untuk memiliki istri yang sholehah dan bisa membantunya merawat ibunya di hari tua bakal kandas. "Bagaimana Estu? Kamu masih bersemangat untuk menerima syarat itu? Atau akan menyangkal bahwa kamu bukan orang yang menghilangkan dokumen itu?" Estu memejamkan kedua matanya sejenak sembari melafadzkan basmalah dalam hati. Berat sekali untuk mengatakannya, tapi dia tidak punya pilihan. "Baik pak. Saya terima syarat itu." Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
81.1K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.2K
bc

Sang Pewaris

read
53.1K
bc

Dilamar Janda

read
319.3K
bc

JANUARI

read
37.2K
bc

Terjerat Cinta Mahasiswa Abadi

read
2.6M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook