Tiga

1006 Words
Di dalam mobil, Starla duduk di kursi samping kemudi dengan memangku putranya. Tentu saja dirinya mendapatkan bantuan dari suaminya yang selalu memikirkan dirinya lebih dari siapapun. "Mau makan apa? Seafood?" Tanya Gibran yang langsung saja membuat Starla menggelengkan kepalanya pelan. Gibran yang melihatnya tentu saja langsung menaikkan sebelah alisnya karena tidak percaya. Istrinya itu penggemar seafood jadi sangat aneh jika menolak tawarannya tentang seafood. "Aku rindu bubur ayam dekat rumah kita yang dulu, tapi ini udah siang." Jawab Starla yang langsung saja membuat Gibran tersenyum saat mendengarnya. "Nanti nginep aja di sana, pagi-pagi kita baru makan bubur ayamnya." Jawab Gibran yang langsung saja membuat Starla tersenyum lebar saat mendengarnya. Starla sangat suka dengan suaminya yang sangat peka itu. Lagipula jika di pikir-pikir suaminya memang selalu peka saat bersamanya. "Setuju, aku sudah lama sekali ingin ke rumah lama. Tapi suka nggak enak kalau ninggalin rumah sekarang. Apalagi kakek nenek udah nggak ada dan mama papa sendirian." Jawab Starla sedikit murung. Gibran pun hanya tersenyum dan memilih fokus pada jalanan. Gibran tahu istrinya memang sangat peduli dengan keluarga besarnya. Jika Gibran ingat-ingat lagi, istrinya memang tidak pernah mengecewakan keluarganya kecuali dengan menyembunyikan penyakitnya itu. "Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Gibran pelan. Terkadang, ada saatnya juga Gibran merasa tidak sabar dan ingin mendengar jika istrinya mencintai dirinya. Memang tidak masalah jika istrinya tetap ada disekitarnya, tapi Gibran juga merasa ingin rakus beberapa kali. "Seperti apa?" Tanya Starla seraya menoleh ke arah suaminya. "Mencintaiku mungkin?" Tanya Gibran yang langsung saja membuat Starla tertawa saat mendengarnya. "Sepertinya tidak." Jawab Starla dengan senyum-senyum sendiri. Gibran yang melihatnya tentu saja merasa gemas. Istrinya itu terus saja mengatakan tidak meskipun dirinya sudah memancing seperti itu. Setelah perjalanan yang cukup lama, Gibran pun memarkirkan mobilnya di sebuah rumah makan yang cukup terkenal dan juga cukup sering ia datangi bersama istrinya. Gibran ingat sekali kalau istrinya suka dengan masakan yang disediakan di rumah makan ini, ada juga beberapa menu makanan yang ia sukai, untuk itu Gibran lebih memilih makan di tempat itu sebelum nantinya akan pulang ke rumahnya yang sudah lama ia tinggalkan. Ibra yang sudah bangun sedari tadi terlihat antusias sekali untuk turun. Seperti biasa, Gibran turun lebih awal dan membukakan pintu untuk istrinya dan mengambil alih putranya lebih dulu. "Ibra mau makan apa?" Tanya Gibran pada putranya yang saat ini ada di dalam gendongannya. "Jangan belikan yang aneh-aneh untuk Gibran, anak kecil masih rawan." Kata Starla mengingatkan suaminya. Gibran pun mengangguk. Ketiganya masuk ke dalam dan memesan tempat yang tidak banyak dijangkau orang-orang. Gibran cukup terkenal di kotanya, untuk itu Gibran memesan tempat khusus agar istrinya dan juga putranya bisa menikmatinya makanannya dengan tenang. Pelayan yang sudah akrab dengan wajah Gibran dan Starla pun langsung mengantarkan ke tempat di mana khusus untuk orang yang memesannya. Gibran memangku putranya dengan penuh kasih sayang. Starla yang melihatnya tentu saja tersenyum senang. Akhir-akhir ini suaminya sangat sibuk hingga jarang berkumpul dengan dirinya dan juga putranya. "Selama aku pergi Ibra nggak rewel kan?" Tanya Gibran pada istrinya. "Kalaupun rewel juga ada mama, memangnya kamu sedang mengkhawatirkan siapa? Aku saja tidak pernah dibiarkan untuk bermain lama dengan Ibra." Jawab Starla mengingatkan suaminya perihal putranya yang selalu dikuasai oleh mamanya. "Lebih bagus gitu, jadi kamu tidak lelah juga. Kamu harus banyak-banyak istirahat, dan sekarang Ibra dalam masa pertumbuhan yang tengah aktif, jadi kamu bisa saja lelah kalau terus mengikuti dia." Jawab Gibran yang bahkan mendukung mamanya. Starla yang mendengarnya pun hanya memanyunkan bibirnya ke depan karena merasa argumennya sia-sia. Starla tahu, semua itu untuk kebaikannya tapi bagaimanapun juga dirinya merasa sangat kesal karena tidak dekat dengan putranya. Bahkan putranya pun lebih cepat memanggil kakek nenek daripada ayah bunda, dan itu benar-benar membuat dirinya iri bukan main. "Kamu selalu dukung mama." Cibir Starla pelan. Gibran langsung saja tertawa saat mendengarnya. Bisa-bisanya istrinya mengatakan hal itu padanya saat ini. Makanan datang sesuai pesanan. Starla yang melihat menu kesukaannya tentu saja langsung semangat. Mengabaikan suaminya yang entah bicara apa tadi. Gibran yang melihatnya tentu saja senang. Jujur saja, Gibran suka melihat istrinya makan banyak. Untuk itu, Gibran akan selalu memesan makanan kesukaan istrinya agar istrinya bisa makan banyak hingga puas. "Makan dulu, biar Ibra sama aku." Kata Gibran pada istrinya. Starla pun mengangguk dan mulai makan seperti biasa. "Ibra makan ya," kata Gibran mengambil sedikit nasi untuk menyuapi putranya. Selama makan, suara Gibran yang terus terdengar karena membujuk putranya untuk makan. Starla sendiri tentu saja ikut senang saat mendengarnya. Gibran tidak pernah bersikap dingin pada orang-orang terdekatnya, suaminya selalu hangat dan juga ramah. Tak jarang suaminya terus memberikan banyak hal untuk orang-orang yang ia percayai dengan penuh. Seperti contohnya dirinya dan mama Tasya, semua orang di rumah pun dapat hadiah dari Gibran setiap tahunnya. "Kok makan dikit?" Tanya Gibran saat melihat istrinya sudah meletakkan sendok dan garpunya. "Aku ikut olah raga, jadi kalau aku makan banyak akan sia-sia." Jawab Starla dengan jujur. "Jangan olah raga lagi, kamu kelihatan cantik dengan pipi berisi." Balas Gibran melarang istrinya untuk ikut olah raga. Starla yang mendengarnya tentu saja langsung melotot, jelas-jelas dirinya ikut olah raga untuk menjaga tubuhnya, tapi bisa-bisanya suaminya malah melarangnya seperti itu. "Perutku besar mas, nggak cantik kalau pakai baju ketat." Keluh Starla seraya memegangi perutnya yang sedikit menonjol itu. Gibran yang mendengarnya tentu saja langsung melihat ke arah perut istrinya dan menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak kelihatan. Jadi jangan olah raga lagi. Lebih baik kamu gendut dengan tubuh sehat daripada diet- diet seperti itu." Balas Gibran dengan tegas. Jika sudah seperti itu tentu saja Starla tidak bisa bicara lagi. Suaminya memang susah untuk dilawan, mengingat jika laki-laki itu adalah seorang pemimpin dari perusahaan yang cukup terkenal. Negosiasinya pun terkenal sangat bagus dan juga sedikit susah untuk ditembus orang-orang luar dan juga beberapa pembisnis baru. Starla yang pada dasarnya suka makan banyak tentu saja kembali memakan seafood dan juga yang lainnya. Meninggalkan nasi yang masih ada banyak di bakul. Diam-diam Gibran tersenyum tipis saat melihatnya. Sekeras apapun istrinya, dia tidak pernah melawan saat berdebat dengannya. Lagi pula Gibran bersikap seperti ini juga untuk kebaikan istrinya dan istrinya pasti juga tahu itu. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD