Take off

1485 Words
Perth International Airport, Runway 5 - May 2021 [05:00 PM] “Perth International Airport information, X-ray 0-2-0-0 ILS Zullu Runway 3-4 left approach and ILS Zullu Runway 3-4 right approach. Landing Runway 3-4 left and 3-4 right, departure runway flue 4 and 3-4 right departure. Frequency 1 to 6 decimal 0 from runway 0 flue 1 to decimal 8 from runway ..." ".... 3-4 right simultaneous parallel ILS approach to runway 3 for left and right are in progress, wind 0-5-0 degrees 3 knots visibility 25 kilometers few 2000 ft cumulus broken height unknown, temperature 16 dew point 6 QNH 3018 Inches advise you have information X-ray.” Claude dan Baskara mendengarkan secara seksama flight information yang baru saja di berikan oleh Aerodome Control Service kepada mereka. “Everything clear?” tanya Claude sekali lagi, dia menoleh ke arah Baskara dan Algis Hestamma– Engineering on board yang duduk di kursi belakang. Sebenarnya keberadaan Algis tidak terlalu di perlukan dalam short flight kali ini namun karena sekalian 'numpang pulang' ke Indonesia Algis harus ikutan in charge agar tidak makan gaji buta. “Clear, kita sudah mengecek hampir tujuh kali Claude," sarkasme Algis membuat Baskara tertawa sedangkan Claude mendengus. Algis sepertinya masih kesal karena cutinya diganggu, ia kesal karena sebenarnya Claude dan Algis tidak memiliki jadwal on board hari ini namun karena Oleander– first officer yang harusnya menerbangkan pesawat ini bersama Baskara mendadak sakit Claude yang kebetulan sedang stay di Perth harus menggantikannya lantaran tidak ada pilot The Wisaka Airlines selain Claude yang available di sana. Sedangkan Algis sendiri pria itu mendapat panggilan mendadak dari Head office di Jakarta untuk mengawasi training Engineering padahal sudah jelas pria itu cuti. Algis itu sama saja dengan Baskara, mereka itu satu sekolah satu angkatan dan sialnya mereka itu sebenarnya tiga sekawan yang kebetulan memiliki jadwal on board yang sama dan jangan lupakan empat bar yang tersemat di pundak mereka masing-masing. Satu pesawat dengan tiga jabatan captain sebenarnya sounds wow dan tidak biasa. “Indonesia TWA 756 good evening, go ahead,” suara dari radio komunikasi yang berasal dari ATC memberikan mereka pertanda kalau mereka dapat melakukan prosedur Take off. Baskara menatap Claude dengan senyum lebar, kebiasaan yang selalu ia lakukan sebelum take off. “Let’s fly bro.” “Let’s fly.” Dan Claude mengangguk memulai prosedur start checklist, jujur saja Claude sedikit gugup karena keberadaan Annelyn di pesawat yang sama dengannya. Dia ingin memberikan yang terbaik hingga kakaknya bangga dan mengakuinya– mendapatkan pengakuan dari Annelyn adalah the highest value yang ingin Claude capai saat ini. “TWA Indonusia 756 stand 142 information X-ray request push and start.” Claude mulai berbicara dengan ATC sedangkan Baskara memberikan sign oke kepada Ground crew dan mereka membalas dengan sign yang sama berarti semua Ground equipment sudah disconnected dan mereka bisa memulai prosedur pushback. “TWA Indonusia 756 pushback approved runway 05 face east QNH 3015.” “Engine Start.” “Engine start Claude.” Baskara bersiap melakukan prosedur setelah mengenakan seatbelt. Dan begitu semua tuas mesin dalam posisi positive, mereka kembali berbicara dengan ATC mengkonfirmasi kembali. “Roger Cleared for pushback and start runway 05, 3015 confirm?" “Affirm QNH 3015.” “Roger 3015 Cleared push and start facing east runway 05, TWA Indonusia 756.” “Okay we can start pushback and start.” Lalu pesawat mulai berjalan mundur karena dorongan dari tow bar menuju runway. “TWA Indonusia 756 revised taxi via papa 3 and holding point Lima 3.” “Taxi via papa 3 holding poin lima 3 TWA Indonusia 756.” Baskara mengulangi kembali dan menjalankan prosedur before taxi checklist. Claude di sampingnya memastikan kembali beberapa panel dalam posisi light off sebelum meminta taxi clearances. “TWA Indonusia 756 Runway 34L via lima 3 Taxi straight hotel.” ”Cross runway 34L lima 3 and then hotel TWA Indonusia 756.” “TWA Indonusia 756 you are number one, United Airlines 875 on your left is waiting Claude.” Claude mengerutkan keningnya ketika menyadari suara perempuan dari air traffic controller terdengar familiar di ingatannya apalagi saat suara perempuan itu melengking lembut. Baskara ikut tersenyum melihat kerutan di dahi Claude ini bukan pertama kalinya mereka mendapatkan welcoming yang berlebihan seperti ini dan semua itu terjadi karena ternyata beberapa ATC adalah perempuan yang ‘sudah menginap dengan Claude’ “Roger number one TWA Indonusia 756 routing after taxiway hotel.” “TWA Indonusia 756 affirm taxi straight hotel and confirm continue via whiskey TWA Indonesia 756.” “Roger TWA Indonusia 756 go ahead straight.” “TWA Indonusia 756 now contact ground 118.2 bye bye Claude.” “Ground 118.2 TWA Indonusia 756 Good bye.” Dan Claude semakin yakin perempuan dari ATC itu adalah wanita teman tidurnya tadi malam. Baskara memasukan digit angka frequency pada radio dengan senyum tertahan. Dan Claude yang merasa terejek mengumpat dalam hati. “Tower TWA Indonusia 756 taxying on papa and continue to lima TWA Indonusia 756 Perth tower hold short runway 34L traffic 5 miles final.” Pesawat yang di kemudikan Claude berjalan pelan ke runway, setalah mendapatkan take off Clearence dari tower. “Gugup Claude?" Baskara melirik sekilas sahabatnya itu, dan yang dilirik menggeleng dengan kesal. “Nope.” “TWA Indonusia 756 taxi via Romeo route 5, contact tower 118.2.” “Tower, TWA Indonusia 756 taxying to Romeo and then route 2.” “TWA Indonusia 756 taxi via Sierra holding point Delta 1 wait runway 5 after Emirates Airlines.” “Taxi via Sierra holding point Delta 1 wait runway 5 waiting, Indonusia 756.” “Flight attendant take off position.” Umum Baskara kepada flight attendant mereka, agar semua crew dalam posisi siap take off. “TWA Indonusia 756 turn right heading 120, wind 030 at 6 runway clear.” “Runway 5 clear to take off?” “After airborne right turn heading 120, runway 05 clear to take off TWA Indonusia 756.” Pesawat berbelok di ujung runway 6 bersiap untuk take off, “Cleared for take off.” “Check.” “Take of config ok.” “TO-TO.” “Set thrust.” Baskara memegang yoke sedangkan Claude mendorong tuas disampingnya membuat pesawat perlahan bergerak maju secara perlahan. “Thrust set.” “Ready?" “Yeap.” “80 knots.” “Check.” Pesawat mereka mulai melaju kencang di runway, terus menambah kecepatan. “100 knots.” “Check.” “V1.” “Rotate.” “Positive rate.” Moncong pesawat mulai naik secara perlahan dan mereka dalam posisi mendaki, beberapa kali terdapat turbulence kecil. “Gears up.” “Gears up.” “LNAV.” “Check.” “Speed mode.” Suara dentingan satu kali terdengar disusul suara beep berulang dari monitor. “Vclimbe 160.” “Check.” “Done check.” “TWA Indonusia 756 Contact departure 126.0 good day.” “Departure 126.0 TWA Indonusia 756 Good day.” “Perth Departure, TWA Indonusia 756 passing 2000 feet and turning right heading 120." Saat Baskara fokus untuk mengendalikan pesawat, Claude yang berkomunikasi dengan Approach Controller dan memonitor semua Instrument panel yang ada. “TWA Indonusia 756 Departure radar contact right heading 150 vector to learmonth maintain flight level 180.” “Turn right heading 150 and climb flight level 180, Indonusia-756.” “TWA Indonusia 756 turn right heading 210.” “TWA Indonusia 756 resume navigation direct to learmonth climb by SID 250 180.” “Direct to learmonth TWA Indonusia 756 and climb flight level 180.” “TWA Indonusia 756 comply with restrictions.” “Good Day Perth Area control, TWA Indonusia 756 tracking to learmonth climbing flight level 180.” Claude melihat panel sembari berkomunikasi dengan Area Control Service memberitahukan bahwa pesawat mereka berhasil mendaki di ketinggian 18000 feet dan terus naik sesuai flight planning mereka –36000 feet. “I have you on radar, TWA Indonusia 756 to Perth Control climb maintain flight level 360.” “Clear climb flight level 360 TWA Indonusia 756.” “TWA Indonusia 756 contact Area Control Service 128.0 bye bye.” “Contact Area Control Service at 128.0 bye bye.” “Succes 360FL, landing lights off, fasten seatbelt off.” “Autopilot engage, everything green, check, set and everything under control.” Mereka menghela nafas lega begitu pesawat mereka berhasil climb out dan berada di ketinggian jelajah. Walaupun sudah melakukan berkali-kali take off dan landing mereka tetap saja gugup –as you know take off dan landing adalah saat-saat yang paling crusial. “Ladies and gentlemen, we are currently passing 36000 feet. For those passenger sitting on the right hand side of aircraft, is a very beautiful day today and you should have a good view of sunset. I hope you enjoy the view like we do. Thank you for your attention.” Kata Baskara dengan suara yang ceria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD