Salah Sangka

1608 Words
Setelah merasa tidurnya sudah benar-benar cukup Hawa membuka mata, merenggangkan otot-otot yang kaku, dia tidak tahu kenapa tubuhnya terasa remuk semua. Pertama kali yang dilihat adalah langit-langit kamar biru di padu dengan awan buatan seolah memandang langit sungguhan. Hawa mengucek mata penasaran mungkin saja sekarang sedang bermimpi, matanya menelusuri seluruh ruangan. Benar, dia tidak sedang bermimpi sekarang semuanya terasa nyata. Kamar tempat tidurnya benar-benar luas, ranjang King size super besar lampu kristal ada dimana-mana. Hawa bergegas bangun memegang semua barang-barang disini merasa takjub. Mungkinkah dia benar-benar di mansion sekarang? Pertanyaannya mungkin tak terjawab jika Hawa tak mengeceknya sendiri, dia menghampiri jendela dan membuka tirainya, cahaya matahari panas mengenainya membuat Hawa memicingkan mata. Pertama kali dia lihat adalah tembok menjulang tinggi serta taman begitu luas dan indah. Hawa membuka pintu dan kaget melihat Maid di depannya membungkuk melihatnya. "Dimana Adam?" Hawa berbicara dalam bahasa inggris sedikit khawatir terhadap Adam karena tak di temukan di dalam kamar. "Tuan ada di meja kerjanya nyonya," jawab Maid itu sopan. Sejak kapan Hawa menjadi nyonya di rumah ini. Dia rasa ini keliru. Adam benar-benar jutawan bahkan punya meja kerja sendiri. "Oh, ya, jangan panggil aku nyonya. Panggil saja Hawa." Dia merasa aneh dipanggil seperti itu. Maid itu menggeleng "kami akan di hukum jika memanggil nama anda langsung apalagi anda adalah kekasih tuan Adam wanita pertama yang dibawanya ke mansion." "Terserah kau saja. Aku tidak ingin kau mendapat masalah. Aku ingin mandi sekarang," kata Hawa lemah. "Baik, saya akan menyiapkan perlengkapan anda untuk berendam di bathtub." jawaban Maid membuatnya mengerutkan dahi. Apa-apaan ini kenapa dia seperti putri di istana semua yang ia butuhkan dayang mempersiapkannya. Kepala Hawa terasa pecah sekarang memikirkan kejadian semua ini. Hawa menutup mata saat berendam di beri aroma mawar yang sangat wangi. Begitu aromanya tercium merelaksasi seluruh otot-ototnya. Kamar mandinya juga sangat luas dan indah. Setelah berendam cukup lama Hawa keluar dengan balutan handuk putih, mungkin dia sudah gila sekarang tidak menyangka menjadi ratu disini. Hawa segera ke walk in closet mencari pakaian Adam yang cocok, karena ruangan ini pasti miliknya dengan di desain interior warna abu-abu yang maskulin. Saat ia membuka lemari itu Hawa ternganga kenapa baju wanita memenuhi lemari ini padahal Adam tidak pernah membawa wanita ke mansionnya. Ia meraih dress soft blue selutut, ini baju ukuran miliknya karena begitu pas di tubuh Hawa. Astaga, sejak kapan Adam menyimpannya. Adam bukan orang sembarangan. Ya, Lelaki itu berdarah campuran Amerika dan Indonesia. Papanya Asli orang Amerika dan Ibunya orang Indonesia. Mereka belum lama tinggal di Indonesia, Papanya terkenal dengan kekayaannya yang menggila, takkan habis hingga 7 turunan. Semua perusahan tahu betul bagaimana kekuatan perusahan Pak Charles, tak ada yang berani bermain-main dengannya, dia termasuk orang yang di takuti di semua perusahaan besar. Orang lain menyebut mereka Big Daddy gelar itu berarti melambangkan kekuatan perusahaan yang terkenal dan seorang ayah yang begitu setia mencintai istrinya. Ketampanannya begitu terkenal sehingga menurunkan kepada anak tunggalnya. Adam Derulo. Yah, nama itu begitu populer di kalangan remaja yang dinilai sangat tampan bak dewa yunani, rahang yang kokoh, mata biru yang terang, hidung yang tinggi, alis yang tebal serta bibir tipis membentuk seperti gunung merapi membuat kaum hawa manapun ingin meneteskan air liurnya. Ketampanannya adalah anugrah sang ilahi, tapi di balik kesempurnaan itu dia memiliki kekurangan. Adam memiliki sifat yang sangat dingin dan kejam dengan orang lain selain dari keluarganya. Setelah berhias dengan rapi Hawa keluar kamar diikuti Maid yang mengajaknya berkeliling di mansion seperti istana, belum semuanya dia telusuri, kakinya sudah ingin patah berjalan. Jadi, dia putuskan mencari Adam di meja kerjanya dan lain kali saja berkeliling lagi, setelah sampai disana Hawa menarik napas dalam-dalam dan membuka pintu melongokkan kepalanya ingin mengintip. "Kau sudah bangun? Kemarilah!" Hawa cengengesan berjalan ke arahnya yang bersandar di meja serta melipat tangannya ke dadaa. Mata biru mengkilat menatapnya seolah tidak percaya melihat penampilan Hawa yang feminim, riasan tipis di padu hanya pelembab bibir dan mengikat separuh rambutnya kebelakang. Adam mendekatkan wajahnya, ia memejamkan mata menghirup aroma tubuh Hawa, lalu memeluknya sekilas. Jantung Hawa yang awalnya biasa-biasa saja sekarang ingin melompat melihat perlakuan Adam. "Apa yang kau lakukan? Kita terlalu dekat, kau harus mundur!" Hawa gegelapan dan salah tingkah. "aku ingin bertanya sesuatu padamu." tambahnya lagi setelah Adam menjauhkan wajahnya. "Katakanlah," "Apa kau tidak tidak pernah pacaran sehingga bertingkah seperti ini?" tanyanya penasaran melihat raut mukanya berubah. "Aku memang tak pernah pacaran tapi yang kulakukan sekarang apa bisa disebut pacaran?" Hawa nyaris gila saat Adam menarik pinggangnya ke arahnya mencium dengan lembut dan tidak menuntut. Hawa diam saja tak membalasnya, matanya terbelalak apa yang lelaki ini lakukan. Mengapa mengambil ciuman pertamanya. Ia melepas bibir Hawa lalu tertawa "tampaknya aku mengambil ciuman pertamamu, kau pernah berpacaran tapi tak pernah berciuman." Adam merasa dirinya sangat lucu buktinya ia tahu Hawa tak pernah disentuh oleh siapapun. Pipinya mungkin kemerahan seperti udang rebus menahan malu. Hawa memberinya pertanyaan konyol dan membuat dirinya sangat malu. Kenapa ia begitu bodoh mempertanyakan hal itu? Adam adalah lelaki dewasa, tidak mungkin ia tidak tahu berciuman apalagi melakukan lebih dari itu. Hawa mundur menutup semua area sensitifnya dengan tangan takut Adam melakukan hal yang lebih jauh lagi. Seharusnya dia waspada sejak awal. "Kau benar-benar sangat lucu, aku tidak mungkin menidurimu tanpa persetujuanmu. Dasar gadis aneh!" Mendorong jidat Hawa dengan jari telunjuknya, Adam tertawa lagi melihat ekspresinya tampak ketakutan. "Bisa saja kau melakukannya, aku takkan membiarkanmu dekat-dekat denganku lagi." Hawa memandang heran masih tidak percaya. "Percaya padaku! Aku takkan melakukan hal lebih dari itu." Adam melihat matanya serius mengatakan itu dan Hawa percaya. "Atau kau ingin melakukannya sekarang." Adam menarik tangan Hawa untuk menciumnya. "Dasar pria gila!" Hawa menyentak tangannya dan lari ketakutan, mencoba menetralistis degupan jantung yang ingin meledak sejak tadi. Suara tawanya masih terdengar dari balik pintu, Hawa menyentuh bibirnya kenapa Adam merebutnya. Seseorang duduk berdua di kursi Pantry dapur. Ada vas bunga cantik di atas meja dapur. Terlihat juru masak memotong sayuran dengan lincah dan aku ingin membantu memasak makanan kesukaan Adam. "Bisakah aku membantu kalian?" tanya Hawa penuh harap. Jujur saja, ia takjub dengan dekorasi dapur di mansion ini. "Maafkan kami nyonya, anda tidak boleh membantu kami. Jika Tuan muda marah nyawa kami taruhannya." Hawa melihat mereka ketakutan, jika Adam marah kenapa nyawanya menjadi taruhan, seharusnya mereka mengatakan pekerjaan mereka menjadi taruhannya. Aku tidak yakin Adam sekejam itu. "Hawa, kita akan pergi ke suatu tempat yang pasti kau akan suka," ajak lelaki itu yang sudah mengenakan pakaian rapi. Hawa memutar bola matanya terkejut lelaki itu tiba-tiba saja di depannya. Baru saja Hawa ingin menolak ajakannya, ia sudah mendapati sorot mata birunya tajam, tahu aku akan menolak ajakannya. "ini bukan permintaan tapi perintah, dan aku tidak suka penolakan." "Baiklah," kata Hawa akhirnya yang malas berdebat apalagi di tonton banyak orang di mansion ini. Langkahnya yang panjang menuju mobil membuat Hawa bersusah payah mengikutinya. Lelaki cuek dan tak punya perasaan, bodohnya ia selalu menuruti perintahnya. Perjalanan merek hanya 15 menit dan tiba di kota yang benar-benar membuat Hawa menganga gedung tinggi ada dimana-mana dan satu gedung paling tinggi menarik perhatian dengan lampunya begitu indah. "Gedung itu adalah The Empire State Building, salah satu bangunan paling terkenal di dunia. Kita akan kesana dan melihat sunset." Adam memegang tangannya lembut membuat sekujur tubuh Hawa merinding. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Adam bersikap baik padanya sekarang. Hawa menoleh ke arahnya dan tersenyum memandangi gedung itu. Entah apa yang ada dipikirannya. Sesampai disana hal pertama yang Hawa temui ketika memasuki Empire State Building adalah lobi desain art deco otentik yang meliputi mural langit-langit di 24-karat emas dan aluminium daun. Di dinding ada gambar ikon dari gedung dengan cahaya yang mengalir dari tiang nya. Adam membeli tiket untuk naik gedung itu, matanya tidak berhenti memandangi gedung ini yang menurutnya menakjubkan. "Indah sekali disini aku bisa melihat semua gedung di atas ketinggian dan laut disana." Hawa melepas genggaman tangan Adam, nyaris saja Hawa ingin berteriak. Ia merasa sangat bahagia, bahkan lupa jika pernah menangis kemarin. Adam menghampirinya mulai menjelaskan seluk beluk gedung itu, Hawa mendengarnya berceloteh bahwa The Empire State Building pada umumnya menjadi ikon budaya Amerika Serikat. Gedung ini dirancang dengan gaya Art Deco dan dijuluki sebagai salah satu Tujuh keajaiban dunia modern oleh Amerika Society of civil engineers. Gedung itu bangunan tertinggi di dunia selama 40 tahun ketika dibangun pada tahun 1931. Ketinggian 1.454 kaki termasuk penangkal petir. Hawa ternganga menurutnya, Adam adalah lelaki cerdas dan berkharisma kuat. Siapapun wanita itu akan jatuh cinta dengan Adam, teman kecil Hawa benar-benar menarik perhatian. "Lihat sunset itu! Ini adalah momen sangat langka yang bisa kau saksikan. Aku tahu kau sangat tertarik dengan kota New York." Adam menunjuk matahari yang sudah semakin hilang di ufuk barat. Hawa mengerutkan dahi, "kau selalu saja mencuri informasi pribadiku," "Hahaha, aku sudah mengatakannya bahwa aku tahu segalanya tentangmu." Tawanya terdengar renyah membuat Hawa tersenyum. Tapi satu hal yang tidak di ketahui rahasianya bersama Leni dan Nina batin Hawa. Ia sangat menyembunyikan rahasia itu sangat rapi takkan di biarkan orang lain tahu apalagi mengasihaninya. "Atau kau menyembunyikan sesuatu?" tanyanya tiba-tiba membuat Hawa membeku. Ia merasa gugup ingin menjawab pertanyaan spontan Adam. "Te-tentu saja tidak. Kau sudah tahu segalanya, Kan? Apalagi yang bisa kusembunyikan," Sargahnya membuang muka melihat pemandangan indah di depan. Lama terdim air mata Hawa menetes mengingat kejadian kemarin di rumah Nina. Hati Hawa masih sangat memikirkan semua yang menimpanya. "Jangan buang air matamu untuk pria b******k seperti Damian. Seharusnya kau tidak menerimanya sejak awal," tebak Adam menghapus air matanya yang berderai. "Bagaimana kau tahu?" "Aku sudah bilang aku tahu segalanya. Mari kita pulang, ini terakhir kali kau menangisi Damian. " Pelukannya sangat erat lalu mencium puncak kepala Hawa. Ia merasa tenang sekarang setidaknya hari ini dia sangat bahagia bersama teman kecilnya. Adam tidak seburuk yang Hawa kira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD