Klub malam

1375 Words
Hawa melirik dirinya di dalam cermin mengenakan blouze putih dan celana pendek, terlihat agak santai dengan rambut yang di urai kedepan. Adam ingin membawanya ke klub untuk menyelesaikan masalah disana. Adam pemilik salah satu klub malam ternama di New York. Boom Boom Room berada di lantai 18 dari Standard Hotel di New York, klub itu adalah miliknya yang dibuka beberapa tahun yang lalu. Klub milik Adam memang favorit para model, desainer dan selebritas. "Pakai jaket ini! Apa kau mau jadi santapan lelaki didalam jika berpakaian seksi begini," setelah tiba disana dia berbisik memakaikan mantel coklat menutupi sebagaian area tubuh Hawa. Gadis itu tidak mengerti dengan Adam yang begitu posesif, ia merasa pakaiannya tidak terlalu terbuka ia hanya mengenakan blouze putih berlengan dan celana pendek sedikit di atas lutut. Semua orang masuk ke klub berpakaian seksi kenapa ia tidak boleh. Hawa hanya menghela nafas menuruti perintah Adam. "Di dalam sana banyak model dan selebriti yang mengenalku. Aku harap kau tidak cemburu." Adam merangkul Hawa sambil berjalan. Mendengar hal itu Hawa berhenti sejenak memandangi Adam yang menahan senyum ingin mengetahui responnya. "Untuk apa aku cemburu? Bahkan ketika seorang gadis menciummu aku tak peduli," bantah gadis itu tidak mau menjatuhkan harga dirinya. "Kita lihat saja nanti, aku akan buktikan bahwa aku populer di kalangan wanita." Adam terkekeh memasuki klub yang di jaga ketat oleh dua orang di depan pintu masuk. Mereka membungkukkan badan seolah sangat mengenal Adam. Di bagian dalam klub Hawa melihat desain Lush dari gabungan kayu gelap dan kursi yang disepuh dengan sofa retro putih. Hawa terbatuk-batuk menghirup asap rokok dimana-mana, matanya tidak berhenti mengamati ruang yang di penuhi lelaki dan wanita sibuk dengan aktivitasnya, bahkan ia melihat sepasang kekasih sedang berciuman intim disana. Para lelaki hidung belang yang duduk di sofa ditemani gadis-gadis cantik menuangkan minuman alkohol bahkan mereka tak marah di sentuh area sensitifnya. Hawa merasa mual melihat penampakan di klub yang menurutnya terlalu berlebihan. Hawa gemetar memegang erat lengan Adam antisipasi agar tak ada yang mengganggunya. Hawa mengarahkan pandangan ke area bar utama melihat siapa selebriti yang datang. Dan Hawa melihat selebriti yang dikenalnya di dunia maya, selebriti itu jauh lebih cantik dari yang di TV, dan Adam menghampirinya. "Long time no see, aku merindukanmu, Adam." selebriti itu beranjak dari kursinya ingin memeluk Adam sekilas lalu mencium pipinya tapi lelaki itu menghindar dan hanya tersenyum sinis. "Sayangnya aku tidak merindukanmu, Elena," jawab Adam spontan memasang wajah datarnya. Nyaris saja Hawa ingin tertawa di tempatnya melihat Elena bungkam mendengar jawaban Adam yang dingin. "Kau selalu saja begini bersikap mahal. Pria di luar sana menggilaiku dan kau tidak pernah melirikku sekalipun. Aku siap memberikan apapun termasuk tubuhku karena aku suka pria sepertimu." mata Elena berkaca-kaca mengungkapkan isi hatinya tanpa mempedulikan Hawa disisi Adam. "Aku tidak tertarik dengan jal*ng sepertimu. Apa tidak ada pria lain yang mau menidurimu lagi sehingga kau menawariku?" Adam terkekeh memandang remeh selebriti yang sangat terkenal. "Kau menghinaku!" teriak Elena menahan amarah. "Waktumu sudah habis mengobrol denganku. Selamat bersenang-senang ditempatku Elena," ucap Adam akhirnya meninggalkan Elena yang sudah dipermalukan. Hawa mengikuti Adam merasa merinding melihat sikapnya yang tak punya perasaan. Mereka berhenti di Bar duduk di pantry untuk memesan minuman. "Hello, Daniel! Apa ada masalah disini." "Tidak ada, Tuan. Hanya saja musuh anda Nicholas tadi mabuk dan membuat kekacauan untung saja semuanya sudah di atasi." lelaki itu tampak meracik dua minuman alkohol vodka bermerek Smirnoff dan cranberry untuk Adam. Lelaki itu langsung meneguknya dan meminta dua gelas lagi. "Tenang saja, aku akan memberi pelajaran pada Nicholas. Daniel jaga wanitaku aku akan mencari Nicholas." lelaki itu meninggalkannya di bar. Hawa merasa tempat ini merupakan pilihan yang tepat untuk menghabiskan malam saat berada di New York dengan pemandangan skyline kota yang cantik. "Apa anda ingin minum? Disini tersedia semua minuman mulai dari sampanye, vodka, wine, bir, dan masih banyak lagi." Daniel menunjukkan botol minuman yang di maksud di rak belakangnya. "Aku tidak minum alkohol Daniel. Aku hanya ingin soft drink. By the way, Aku belum memperkenalkan namaku sejak tadi. Namaku Hawa," jawabku mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Panggil saja Daniel." mengulurkan tangannya lalu cekatan membuat minuman. "anda adalah wanita paling beruntung bisa bersama Tuan Adam. Dia lelaki yang di puja banyak wanita di kota ini tapi tuan Adam tak pernah mau berkencan dengan siapapun." tambahnya lagi. "Aku hanya teman semasa kecilnya, Daniel. Aku bukan kekasihnya." jelas Hawa meneguk minumannya yang terasa pahit mengingat posisinya. Jujur saja, Hawa tadi merasa cemburu melihat yang berani ingin mencium pipi Adam. "Aku rasa anda punya tempat sendiri di hati Tuan Adam. Aku melihat tatapan matanya berbeda saat melihat anda." tatapan matanya terlihat serius meyakinkan Hawa bahwa gadis itu begitu istimewa. Hawa hanya tersenyum kecut menanggapi komentar Daniel. Tiba-tiba seorang pria mabuk duduk disamping Hawa ingin memesan minuman. "Beri aku minuman lagi!" pinta lelaki itu dengan suara berat terlihat oleng menyandarkan kepalanya di meja bar. Hawa merasa risih dekat dengan lelaki itu bergegas ingin pindah. "Hei, cantik! Mau tidur denganku?" lelaki itu memegang tangan Hawa mencegahnya pergi. "Kau pikir aku B!tch yang mau tidur denganmu," teriak Hawa menghempaskan tangan lelaki itu. "Maaf Tuan Nicholas, anda tidak boleh mengganggu gadis ini karena dia milik tuan Adam. Sejak tadi tuan Adam mencari anda." Bela Daniel mengingat perintah Adam untuk melindungi Hawa yang tampak ketakutan. "Oh, rupanya Adam sudah datang. Baguslah, kalau mencariku. Aku tidak sabar memberinya pelajaran. Tapi, sebelum itu aku ingin menikmati wanitanya terlebih dahulu." Nicholas yang mabuk berat mulai bertingkah kurang ajar menyentuh paha Hawa. "Dasar b******k aku tidak sudi di sentuh olehmu," teriak gadis itu menendang kursi yang di duduki Nicholas hingga terjungkal kebelakang. Nicholas memegangi kepalanya yang sakit. "Jangan sok suci! Berapa bayaran Adam untuk menidurimu? Aku bisa membayarmu lebih mahal." Nicholas bangkit siap meledakkan amarahnya. Mendengar hal itu hati Hawa terkoyak, matanya tampak berkaca-kaca tidak menyangka ada yang menghina dirinya di samakan dengan uang. "aku bukan jal*ng b******k!" tangannya melayang mendarat di pipi Nicholas. "Kau menamparku, Hah!" memegangi pipinya yang sakit bersiap memukul Hawa. Tapi, tangannya di cegah oleh Adam. Bugh...Bugh... "Kau tidak berhak menyentuh wanitaku." Adam memukuli Nicholas membabi buta hingga lelaki itu kewalahan menahan amukan Adam. "Sejak kapan kau punya simpanan wanita? Kau itu seorang Gay. Aku pikir kau tidak bisa menyukai wanita," jawab Nicholas tertawa terbahak-bahak. Hidungnya sudah mengeluarkan darah, semua orang hanya melihat ke arah mereka. Daniel memegang Adam menghentikan pukulan itu, Nicholas sudah tak perdaya, bisa saja lelaki itu mati. "Beraninya kau menertawaiku." Adam menarik kerah Nicholas dan menghajarnya lagi tanpa ampun. Ia mengembil pistol miliknya yang tersembunyi di sakunya. "Dia milikku! Pistol ini bisa saja meledak di kepalamu, Nicholas. Ku peringatkan kau, jangan menyentuh wanitaku dan jangan masuk ke klub ini lagi," sorot mata Adam tampak menakutkan mengarahkan pistol itu di kepala Nicholas yang bungkam lalu turun ke kakinya menembakkan sebutir peluru di sana. Adam tersenyum sinis melihat Nicholas babak belur, memegangi kakinya yang sakit. Hawa ketakutan melihat kejadian itu. Apa Adam semengerikan ini? Kenapa Adam berkata aku adalah miliknya? Batin Hawa. "Bawa dia pergi sebelum aku kehabisan kesabaran!" perintah Adam kepada bodyguard nya menyeret Nicholas keluar. Semua orang tidak heran, karena hal itu bukan pertama kali terjadi. Hawa menangis langsung memeluk Adam. "Aku benar-benar takut. Tega sekali kau meninggalkanku disini," suaranya tampak parau karena menangis. Adam merasa iba mengelus rambut Hawa mencoba menenangkannya. "Maafkan aku. Ayo kita pulang sekarang!" Beberapa menit kemudian mereka tiba di mansion, ia menggendong Hawa masuk kedalam karena sudah tertidur. Para maid mengikutinya, Adam dengan hati-hati membaringkan Hawa lalu menyelimutinya. Ia sedikit khawatir meninggalkan gadis itu, ia beryukur Hawa tidak kenapa-kenapa. Karena jika sesuatu terjadi padanya entah apa yang harus dikatakan Adam pada Bu Bianka. Adam merasa ceroboh tidak bisa menjaganya dengan baik. Rasa bersalah itu semakin memuncak mendorong Adam untuk mencium puncak kepala Hawa yang terlelap. Ia terus meminta maaf sekalipun tak didengar oleh gadis itu. Semua kenangan sewaktu mereka kecil terulang di kepala Adam. Mereka sangat lucu berkejaran kesana kemari hingga kecelakaan itu menimpanya. Adam akan tidur di samping Hawa menemani gadis itu yang terlelap. Ia mandi dan mengganti bajunya dengan piyama hitam lalu naik ke tempat tidur, Adam menarik selimut sampai ke dadanya memutar badannya menatap Hawa. "Sangat cantik saat tertidur," gumamnya pelan. Adam memegang dadanya yang mulai berdetak takkaruan beberapa detik kemudian ia masuk ke alam mimpi. Hari ini terlalu lelah mungkin besok ia bisa bersantai di kolam renang untuk menghilangkan penatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD