Episode 2

1272 Words
Gabriel kembali ke kamarnya, dia menghempaskan tubuhnya di tempat tidur. Walaupun Gabriel membenci Renatta karena Renatta sudah menghkhianati cintanya, akan tetapi Gabriel merasa sakit saat mengatakan hal buruk tentang Renatta. Gabriel merasa dia sudah sangat jahat karena mengatakan hal yang sudah menyakiti mantan kekasihnya itu. Kata-kata Gabriel tadi mungkin tidak sebanding dengan apa yang sudah Renatta lakukan padanya, apa yang Renatta lakukan padanya bahkan lebih jahat. Renatta tega menghancurkan kepercayaannya, mengkhianati cintanya yang begitu besar. Renatta adalah perempuan pertama yang membuat Gabriel jatuh cinta. Dan Renatta juga perempuan pertama yang membuat Gabriel sakit luar biasa. Entah Gabriel bisa memaafkan Renatta atau tidak. Gabriel lalu mengambil kunci motornya, dan memakai jaket kulitnya. Revan yang mendengar suara motor Gabriel berbunyi lantas melihat Gabriel dari balkon kamarnya. Revan menghela nafas, Gabriel pasti pergi ke club malam. Renata mendekatinya, "Mas, aku mendengar suara motor tadi, apa itu Gabriel?" Revan mengangguk, "Iya. Anak itu pasti pergi ke club malam seperti biasa." "Seperti biasa? Apa itu berarti Gabriel sering pergi kesana?" "Selama 2 tahun ini Gabriel tidak pernah lagi pergi ke club malam, tapi aku tidak tau kenapa akhir-akhir ini Gabriel kembali seperti dulu. Sering pulang malam dan berakhir mabuk. Aku sudah menegurnya, tapi Gabriel tidak pernah mendengarkanku." Selama 2 tahun itu artinya saat Gabriel masih menjalani hubungan dengan Renatta. Apa mungkin Gabriel sekarang sering mabuk karena dia tau Renatta akan menikah dengan ayahnya? Pikir Renatta. "Ayo, kita masuk ke kamar. Sudah larut malam, udaranya sudah mulai dingin." Renatta mengangguk, Revan lalu kembali ke kamarnya lebih dulu. Sedangkan Renatta masih terdiam di atas balkon, dia mengkhawatirkan Gabriel. Gabriel seperti itu mungkin karena dia. Gabriel pasti sangat hancur sampai melampiaskan kemarahannya pada minuman keras. Disisi lain... Gabriel baru sampai di club malam, teman-temannya yang juga berada disana menyapanya. "Gab, lo kesini?" Tanya Samuel. Gabriel duduk di sofa bersama dengan teman-temannya, "Hm." "Gue tau kenapa Gabriel datang kesini. Ini kan malam pertama bokap dan nyokap barunya, mungkin Gabriel nggak mau ganggu mereka. Iya kan?" Ucap Daniel menggoda Gabriel. "Emangnya lo pada nggak tau? Nyokap barunya Gabriel itu mantan pacarnya Gabriel. Gabriel pasti sakit hati, makanya dia mutusin datang kesini." Ucap Kenzi. Dia adalah satu teman Gabriel yang lebih dekat dengan Gabriel, dan hanya dia yang tau kalau Renatta adalah mantan kekasih Gabriel. "Wih, jadi ibu tiri Gabriel itu mantan pacar Gabriel? Nggak nyangka gue." Ucap Samuel. Gabriel sama sekali tidak marah dengan teman-temannya yang mencoba menggodanya karena itu adalah benar. "Gab, gue tau apa yang lo rasain sekarang, karena nasib lo itu sama kayak nasib gue. Bedanya mantan pacar gue nikah sama temen gue sendiri." Ucap Daniel seraya melirik seorang laki-laki yang tidak jauh darinya. Laki-laki itu, adalah temannya yang sudah merebut pacarnya. "Tapi lo bersyukur Gab, walaupun gitu lo masih bisa deket sama Renatta, deket banget malah. Setiap hari lo bisa ketemu sama dia, beda waktu lo pacaran sama dia kan, lo pasti jarang ketemu karena Renatta sibuk." Samuel lalu melanjutkan, "Gue tau lo masih cinta sama Renatta, justru ini kesempatan lo buat lebih deket sama dia. Bokap lo kan nggak tau kalo Renatta itu mantan lo Gab. Lo bisa menjalin hubungan dibelakang bokap lo." Kenzi langsung menjitak kepala Samuel "Maksud lo apa ngomong gitu? Lo itu bener-bener setan ya!" "Tapi gue setuju juga sih sama Samuel." Kenzi menepuk bahu Gabriel, "Jangan lakuin itu Gab. Gue tau Renatta bukan cewek kek gitu, kalo lo ngelakuin itu, sama aja lo nyakitin semua orang, termasuk diri lo sendiri woy." "Renatta yang gue kenal udah berubah Ken. Dulu gue emang cinta sama dia, tapi sekarang gue mulai benci sama dia. Dan lo tau? Gue bahkan berfikir buat balas dendam sama dia." "Apa lo yakin? Lo banyak berubah karena Renatta, lo cinta banget sama dia. Dan setelah itu lo mau balas dendam sama dia? Gue rasa itu nggak akan mudah Gab." Entahlah, Gabriel merasa sangat sakit, itu sebabnya Gabriel ingin Renatta juga merasakan sakit yang saat ini Gabriel rasakan. Tapi apa mungkin Gabriel bisa menyakiti perempuan yang sangat dia cintai walaupun perempuan itu juga sudah menyakiti hatinya? ****** Tengah malam, Renatta terbangun saat mendengar suara motor. Gabriel sudah pulang? Renatta turun dari tempat tidur untuk memastikan kalau Gabriel memang sudah pulang. Renatta menuruni anak tangga, di ruang tamu Renatta melihat Gabriel masuk ke dalam rumah. Gabriel berjalan sempoyongan karena terlalu mabuk, untung di jalan Gabriel tidak kenapa-kenapa. Saat Gabriel akan jatuh, Renatta lebih dulu menahan lengannya, "Gabriel, kamu mabuk?" "Bukan urusan lo!" "Ayo, aku bantu." "Nggak usah ikut campur, gue bisa sendiri." Gabriel menghempaskan tangan Renatta yang hendak membantunya. Renatta membiarkan Gabriel berjalan sendiri namun Gabriel terjatuh. "Gabriel!" Renatta lalu mencoba membantu Gabriel berdiri, tapi Gabriel kembali menghempaskan tangannya. Gabriel lalu berdiri, Renatta yang melihat Gabriel kesusahan langsung memapah tubuhnya, "Gue udah bilang kan, nggak usah ganggu gue Renatta!" Renatta tidak peduli jika Gabriel memarahinya sekalipun membencinya, Renatta tetap membantu Gabriel berjalan ke kamar. Kali ini Gabriel tidak melawannya, dia justru menatap wajah Renatta yang sangat dekat. Gabriel yang setengah sadar berkata, "Kenapa Renatta? Kenapa lo hianatin cinta gue hah?! Kenapa lo lebih milih bokap gue daripada gue?!" Renatta tidak menghiraukannya, Renatta lalu membuka pintu kamar Gabriel, lalu masuk ke dalam. Renatta menghempaskan tubuh Gabriel ke tempat tidur. Renatta lalu membenarkan posisi tidur Gabriel, setelah itu dia melepaskan jaket dan sepatu Gabriel. Terakhir, Renatta menyelimuti tubuh Gabriel. Saat Renatta hendak pergi, Gabriel justru menarik tangannya, membuat Renatta terkejut karena jatuh di atas tubuh Gabriel. Renatta bahkan bisa mencium aroma alkohol dari mulut Gabriel. Gabriel menatap Renatta samar, "Renatta, kenapa lo ngelakuin ini sama gue? Selama kita bersama, apa lo sama sekali nggak cinta sama gue?" Renatta menggeleng, air matanya seketika jatuh. Renatta bahkan sangat mencintai Gabriel. "Gue nggak tau kenapa lo mau nikah sama bokap gue. Apa bener karena lo pengen harta bokap gue? Atau lo sengaja balas dendam buat nyakitin hati gue karena dulu gue pernah nyakitin lo?" Renatta menggeleng lagi, dia sama sekali tidak pernah berpikir hal kotor seperti itu apalagi untuk balas dendam, Renatta tidak mungkin melakukannya. "Gabriel, aku minta maaf." Hanya minta maaf yang bisa Renatta katakan. Gabriel mencekal kedua lengan Renatta,"Kenapa Renatta?! Kenapa lo selalu minta maaf?! Kenapa lo nggak pernah ngejelasin semuanya hah?! Apa minta maaf lo itu bisa ngembaliin hubungan kita seperti dulu lagi?!" "Gue masih cinta sama lo, gue cinta sama lo Renatta! Jangan pernah tinggalin gue!" Gabriel menarik tengkuk Renatta, lalu mencium bibirnya. Renatta diam saja, dia merasa sangat nyaman. Saat Gabriel menciumnya, Renatta seakan merasakan kelembutan Gabriel padanya dulu. Namun tiba-tiba Renatta ingat kalau apa yang mereka lakukan itu salah, Renatta langsung memberontak, dia berusaha melepaskan ciuman Gabriel. "Gabriel, lepash---" Gabriel lalu melepaskan ciumannya, Renatta langsung menampar pipinya. Renatta bangun dari atas tubuh Gabriel, "Apa-apaan kamu Gabriel? Kenapa kamu ngelakuin ini hah? Ingat Gabriel! Aku bukan pacar kamu lagi, apa yang kamu lakuin udah keterlaluan." Renatta marah, dia lalu keluar dari kamar Gabriel. Gabriel tersenyum tipis setelah itu dia tidak sadarkan diri. Renatta menutup pintu kamar Gabriel cukup kencang, dia berdiri di depan pintu. Renatta menyentuh bibirnya, Renatta menampar Gabriel bukan karena Gabriel tiba-tiba menciumnya, tapi Renatta marah pada dirinya sendiri. Kenapa tadi Renatta sempat terhanyut ciuman Gabriel? Renatta menyesal, seharusnya dia tidak membantu Gabriel tadi. Renatta lalu kembali ke kamarnya, dia melihat suaminya duduk bersandar di kepala ranjang. "Mas?" "Sayang, kamu dari mana?" "Aku habis dari dapur mas." "Apa kamu liat Gabriel sudah pulang?" "Aku nggak liat mas." Renatta terpaksa berbohong. "Sudahlah, biarin aja. Nanti juga dia pulang." Renatta mengangguk, dia tidur membelakangi Revan. Renatta merasa sangat bersalah karena kejadian tadi. Jika saja Renatta tidak cepat sadar, entah apa yang akan mereka lakukan. Renatta pasti akan lebih merasa berdosa karena telah mengkhianati suaminya sendiri. "Maafin aku mas." Ucap Renatta dalam hati. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD