Unfinished Concept

1123 Words
Yang jelas selama ia hidup, seumur hidupnya, ia belum pernah diperlakukan seperti itu oleh lelaki mana pun di dunia. Seakan - akan semua orang, para lelaki hidung belang itu, dan para lelaki yang mengaku cinta kepadanya, semua hanya selalu memuji keindahan fisiknya. Tidak pernah ada yang menjaganya supaya tidak dilihat dengan lapar oleh lelaki mata keranjang. Athar lah yang pertama. Freya berdeham sendiri, sebuah efek dari kesalah tingkahan yang ia alami. Saking tak tahu harus bagaimana setelah ia diperlakukan seperti itu oleh seorang lelaki. Ia lalu menatap Adity. "Adity, jangan bilang apa pun tentang ini pada Archie ya." "Baik, Nona." Adity langsung setuju tanpa banyak mencari alasan. Tapi Freya seperti dihantui oleh rasa takutnya sendiri. Sehingga justru ia yang mencari banyak alasan. "bukannya kenapa - kenapa, Adity. Aku hanya berusaha jaga perasaan Archie aja kok." "Iya, Nona Freya." Adity pun segera setuju lagi. Hanya saja tetap Freya yang masih saja dikuasai rasa takut dan khawatir yang berduet dengan salah tingkah yang masih tersisa. "Kemarin saja saat Archie tahu aku diculik bersama Athar, dia kelihatan kecewa dan sedih. Aku nggak mau kecewain dia lagi. Kamu ngerti, kan?" Kali ini keresahan Freya sampai disambut sebuah senyuman oleh Adity. "Baik, Nona," jawab Adity sekali lagi. "Ya udah yuk, ke cafetaria." "Baik Nona." Adity buru - buru membuntut di belakang Freya lagi seperti tadi. *** Archie akhirnya selesai dengan semua pekerjaannya. Lega rasanya. Ia segera memberikan berkas - berkasnya pada sang asisten untuk disimpan. Kemudian ia melenggang pergi dari ruang rapat. Rasanya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Freya. Saking rindunya Archie pada gadis itu. Perjalanan menuju cafetaria terasa lama. Archie sampai berjalan cepat, bahkan hampir berlari. Baru juga melihat Freya dari kejauhan, itu sudah berhasil membuat Archie tersenyum. Tidak berlebihan jika Archie menganggap segala rasa lelahnya karena pekerjaan hari ini seakan telah sirna hanya karena melihat Freya. Archie mempercepat langkahnya menuju meja tempat Freya berada. "Hai ...." Freya segera menyambutnya dengan senyuman cerah sembari melambai kecil. Membuat Archie lebih bahagia karenanya. "Halo ...." Archie membalas sapaan Freya. "Tadi sebelum hubungi Adity, aku hubungi kamu duluan, buat jangan ke sini. Biar aku nanti yang jemput ke rumah. Tapi nggak kamu angkat." Freya cemberut. Ia menyesal. "Maaf ya, Ar. Aku belum cek hp sama sekali sejak keluar dari bank. Lagu agak hectic gara - gara akhir bulan. Aku males kalau dihubungi sama bos - ku. Padahal udah nggak jam kerja." Freya berterus terang. Itu memang alasannya tidak membuka hp sama sekali. "Ngeselin ya bos kamu." Archie ikutan kesal pada sang bos karena menghambat rencananya. "Banget. Tapi ya udah lah ya, yang penting sekarang kita udah ketemu kan, Ar?" Archie kembali tersenyum cerah. "Tentu saja." Archie akhirnya duduk berhadapan dengan Freya. Lelaki itu menyibak anak rambut Freya, meletakkannya di belakang telinga gadis itu. Tak lupa Archie memuji penampilan Freya yang sedikit berbeda dari biasanya. "You look cute with that pin on your outer." Archie memuji dengan tulus. Freya seketika menegang. Archie baru saja memuji kreasi yang dilakukan oleh adiknya. Bagaima jika lelaki itu tahu jika Freya berpenampilan seperti ini karena Athar yang mendandani? Freya kini tahu setidak peduli itu Archie pada Athar. Padahal mereka seharian berada dalam ruang rapat yang sama. Tapi Archie bahkan tidak memperhatikan detail pakaian adiknya sendiri. Jika Archie sedikit memperhatikan, pasti ia tahu bahwa Bros bentuk Semanggi ini sama persis dengan milik Athar. Karena memang milik Athar. Harusnya Archie curiga. Tapi tidak sama sekali. Tapi Freya kali ini bersyukur dengan tidak akrabnya dua bersaudara itu. Dengan begini Freya jadi tidak ketahuan. Bisa gawat nanti. Semoga saja Adity juga seseorang yang bisa dipercaya. Meskipun dia dibayar oleh Archie, tapi seseorang yang ia layani kan Freya. Jadi seharusnya Adity juga menurut pada perintah Freya. Freya berusaha tersenyum meski ketegangan itu tak dapat ia tutupi. "Thanks, Ar." "Don't say thanks. You deserve to get that compliments." Archie benar - benar memujinya dengan tulus. Freya hanya terdiam, berusaha tetap tersenyum demi menghargai pujian Archie. Sementara pikirannya terus tertuju pada Athar. Bahwa Archie baru saja memuji maha karya adiknya itu. Selesai dengan momen manis itu, Archie lalu menatap Adity. "Adity, tugas kamu hari ini udah selesai. Kamu boleh pulang lebih awal. Freya udah aman sama aku." Adity mengangguk. "Baik, Pak. Saya pamit pulang." Adity membungkuk sebentar sebelum akhirnya wanita itu beranjak pergi. Tak lama kemudian, Archie juga mengajak Freya untuk segera berangkat. Lelaki itu menggenggam erat jemari Freya. *** Mereka jalan - jalan terlebih dahulu ke sebuah mall. Mereka masuk ke dalam toko pernak - pernik dekorasi. Sembari memikirkan konsep yang matang karena berdasarkan diskusi mereka sejauh ini, masih ada beberapa pilihan. Freya masih bingung ingin menentukan konsep yang mana. Freya tiba - tiba menunjuk tanaman artificial monstera yang berukuran cukup besar. Ia nampak bahagia menatap tanaman palsu itu. Ia sampai berlari kecil menghampiri tanaman itu saking senangnya. "Ini bagus diletakkan di sudut ruangan, Ar. Keren banget." Freya tersenyum cerah. Archie berjalan tenang menghampiri Freya. "Bagus, sih. Tapi bukannya lebih bagus kalau tanamannya asli aja. Kenapa milih yang palsu?" "Gini lho, Ar. Untuk yang bagian indoor, aku maunya pakai dekorasi tanaman yang palsu aja. Soalnya kan ntar nggak ribet ngeluarin masukin lagu buat nyiram. Terus juga nggak risiko mati gara - gara kurang sinar matahari. Tinggal rutin bersihin daunnya aja, kan. Baru ntar nya dekorasi outdoor - nya, kita pakai tanaman beneran." Archie tersenyum kali ini. "Keren banget ide kamu. Ketahuan kalau selama ini kamu memang bermimpi punya cafe. Udah dipikirkan sedetail itu." Freya pun membalas dengan senyuman pula. "Iya dong, jelas." "Ya, udah. Buat yang indoor mau jenis tanaman apa aja?" "Ya monstera ini, sama kaktus aja nggak, sih? Monstera buat di sudut - sudut ruang. Terus kaktusnya buat di atas meja. Sama aku mau wall dekor yang nuansa hijau - hijau juga." "Tunggu - tunggu ... jadi kamu udah menentukan konsep pastinya?" Freya mengangguk. "Kayaknya udah. Begitu masuk ke sini tadi aku udah langsung yakin mau pilih konsep minimalis vintage aja. Yang dekorasinya simple, tapi kasih kesan yang nyaman. Want and cozy gitu." "Dinding warna putih?" "Yup. Semua yang ada di sana perpaduan lima warna aja. Putih, hitam, abu - abu, hijau, sama cokelat. Dengan konsep unfinished yang lagi nge hits." "Oke - oke. Aku udah ada bayangan. Lalu kamu mau bagian unfinished - nya di bagian apa?" "Di lantai aja oke sih. Kayak disemen halus aja lantainya. Terus dikasih lubang - lubang di area tertentu. Nanti kita isi batu koral." "Prefect! Oke, kalau gitu aku langsung hubungi temenku yang arsitek, ya. Dijamin cafe kamu bakal sesuai ekspektasi kamu bahkan lebih." Freya lagi - lagu tersenyum. "Thaaaank you, Ar." Freya tanpa sadar memeluk lengan Archie. Archie pun menanggapi pelukan itu dengan memeluk balik wanita itu. "You deserve this. So never say thanks to me anymore, okay." Archie menutup kata - katanya dengan kecupan singkat di dahi Freya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD