Gaya Ndeso

1109 Words
Selepas menyepakati tema cafe yang akan mereka bangun, Freya diantar pulang oleh Archie. Sebenarnya Freya lapar, tapi Archie malah mengajaknya pulang. Bukan mengajak makan mal terlebih dahulu. Tapi Freya tidak protes. Ia ikut saja apa keputusan Archie. Freya hanya berharap perutnya tidak berbunyi saat di mobil nanti. Bisa malu ia kalau ketahuan sedang kelaparan. Tapi harusnya Archie lebih peka lah. Mana mungkin mengajak keluar anak perempuan orang, tapi tidak diajak makan. Hanya beli kopi. Yang benar saja. Apa lagi Archie tahu benar, Freya tadi pulang kerja langsung ke Virendra Inc. Mana sempat makan dulu. Dan ... Archie juga baru saja memimpin rapat besar. Apa dia tidak lapar? "Frey, kenapa diem aja?" Archie yang sedari tadi konsentrasi menyetir, akhirnya memecah suasana dengan suaranya. "Hm ... enggak kok." Freya berusaha menutupi rasa kesal karena tidak jadi diajak makan malam. Padahal Archie kemarin bilang sendiri ingin makan malam dengan Freya. "Udah ngantuk, ya? Kamu pasti capek banget kan karena habis pulang kerja langsung jalan - jalan sama aku." Freya mengangguk. "Ya, aku lagi agak capek." Freya pun menambahkan dalam hati, 'dan lapar.' "Tapi nanti sampai rumah jangan tidur dulu lho ya. Kan kita belum makan." Archie akhirnya membahas masalah itu ... masalah perut ... masalah makan. Freya jadi curiga ... jangan - jangan Archie sebelum mengantarnya pulang, akan mampir ke restoran terlebih dahulu. Tapi ini sudah sangat dekat dengan rumah Freya. Sementara di arah sini, tidak ada tempat makan yang enak. Ya ... pokoknya tidak cocok untuk level Archie lah. Atau jangan - jangan Archie juga memiliki jiwa rakyat jelata seperti Athar. Yang ternyata suka makan bebek goreng di tempat makan kaki lima. Nyatanya sampai di rumah Freya pun, Archie sama sekali tidak belok ke mana - mana. Sebenarnya lelaki itu maunya apa? Padahal tadi ia sendiri membahas tentang makan, kan? Aneh sekali. Apa mungkin Archie lupa? Jika benar Archie lupa, bisa jadi lelaki itu punya penyakit Alzheimer. Umur belum tua - tua amat, tapi sudah pikun. Archie memarkir mobil di pelataran rumah Freya. Ia bergegas turun dari mobil untuk membukakan pintu bagi Freya. Freya hanya turun dengan lemas. Rasa kecewa dan lapar melebur menjadi satu. "Frey, kamu masuk duluan sana. Mandi dulu biar seger ya. Nanti aku nyusul." Archie menepuk - nepuk lengan Freya pelan. Freya sebenarnya masih tak habis pikir dengan kelakuan Archie malam ini. Sebenarnya lelaki itu mau apa? Yang jelas dilihat dari gerak - geriknya, Archie memiliki rencana. Apa ia semacam sedang menyiapkan sebuah kejutan untuk Freya? Freya pun tiba - tiba tersenyum. Ya ... ya ... Archie memang tidak seburuk yang ia pikirkan, bukan? Tentu saja Archie menukar rencana makan malam yang gagal, dengan rencana lain. Tapi entah apa itu. Freya pun kembali mendapatkan setitik semangat. "Aku masuk duluan ya," pamit Freya disertai senyuman. Archie hanya mengangguk sembari membalas senyuman gadis itu. *** Freya sudah tidak sabar ingin selesai mandi. Ia mengenakan gaun malam yang cukup tertutup. Mengingat sebentar lagi ia masih akan makan malam. Entah apa yang Archie sedang siapkan. Freya tersenyum - senyum sendiri membayangkan itu semua. Kini Freya sedang menyisir rambut di depan cermin. Senyumnya tak henti - hentinya mengembang. Freya tidak mengenakan krim malam terlebih dahulu. Nanti saja setelah makan, gosok gigi, cuci muka, baru pakai krim malam. Freya keluar dari kamar dengan antusias. Tapi situasi terdengar riuh. Sepertinya ada cukup banyak orang di bawah. Hingga suara mereka sampai di lantai atas area kamar Freya ini. Freya melihat situasinya dari lantai dua tempatnya berpijak ini. Freya pun mendelik. Di bawah sana ada banyak sekali bahan baku mentah membuat makanan. Seperti sayur - sayuran dan juga daging. Archie tengah asyik bercakap dengan dua orang lelaki. Sepertinya dua orang lelaki itu lah yang mengantarkan bahan - bahan makanan itu. Dan ada juga Fera dan Roni yang nampak antuasias dengan adanya bahan - bahan makanan mentah di rumah mereka ini. Freya kembali tak mengerti arah pikiran Archie sekarang. Ia jadi menyesal sudah sempat memuji Archie dalam hati. Freya pun turun dengan langkah gontai. Semangatnya kembali hilang tak bersisa sama sekali. Dua orang yang mengantar bahan - bahan makanan itu baru saja berpamitan. Setelah mereka pergi, Freya akhirnya hampir selesai menuruni anak tangga. Archie yang melihatnya langsung tersenyum senang. "Hey, Frey. Udah selesai mandi kamu." Archie menyambut dengan bahagia. "Kalau gitu aku gantian mandi dulu, ya. Kamu silakan pikirin dulu deh kita makan apa malam ini. Keputusan sepenuhnya ada di kamu. Aku ngikut aja. Nanti kita masak bareng'setelah aku selesai mandi. Bye ..." Archie melenggang pergi begitu saja menuju kamar mandi tamu. Meninggalkan Freya yang tak sempat menjawab ucapan Archie. Masak katanya? Mereka akan masak? "Frey, jangan khawatir. Nanti Ibuk sama Bapak akan bantu." Fera dengan wajah semringah mengatakannya. Roni di samping wanita itu turut mengangguk. Melihat wajah mereka, Freya jadi ingat dengan pertemuan kedua orang tuanya itu dengan Archie untuk pertama kalinya beberapa hari yang lalu. *** Beberapa hari yang lalu. Archie mengantar Freya pulang. Itu juga pertama kalinya Archie main ke rumah Freya dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Ini lah kenapa Freya buru - buru membawa orang tuanya pindah ke sini. Karena ia tahu Archie cepat atau lambat akan main ke rumahnya. Freya tidak bisa memikirkan jika ia tidak mendapat rumah ini dari si hidung belang. Archie pasti akan melihat rumah kumuhnya yang lama. Freya tidak mau itu terjadi. "Wah, rumah keluarga kamu keren ya. Kelihatan nyaman dan hangat." Archie memberi pujian dengan tulus. "Thanks, Ar." "Orang tua kamu ada di dalem?" Freya sebenarnya tidak suka Archie menanyakan mereka. Karena Fera dan Roni belum sepenuhnya beradaptasi dengan rumah ini. Gaya mereka masih sangat kampungan. Itu yang membuat Freya takut. Takut Archie menjadi tidak suka. "Ya, mereka ada di dalem. Tapi bisa jadi udah tidur sih. Nggak pernah bisa tidur malem mereka." Freya memaksa sebuah tawa. Supaya tidak terlalu kentara jika ia bahkan tidak menyukai orang tuanya sendiri. "Ayo masuk, Ar." Freya segera mempersilakan Archie masuk. Archie pun menurut saja. Ia kemudian duduk di ruang tamu. Sialnya tidak seperti harapan Freya, Fera dan Roni ternyata masih terjaga. Dua orang itu sedang duduk lesehan dengan santai di atas karpet. Sedang menonton televisi di ruang keluarga. Mendengar ada suara televisi yang menyala, Archie beranjak dari duduknya di ruang tamu. Ia mengikuti arah terdengarnya suara televisi itu. Freya sangat ingin melarang Archie untuk tidak menuju ke arah suara televisi itu. Karena saat nonton televisi, gaya ndeso ayah dan ibunya sangat kentara. Freya benar - benar takut bahwa Archie akan illfeel padanya. Tapi nyatanya Freya tidak berkutik. Membiarkan Archie berjalan mengikuti suara. Dan pasrah dengan apa pun yang akan terjadi setelah ini. Tapi Freya menekankan dengan jelas dalam batinnya. Jika Archie sampai batal suka padanya karena kelakuan Fera dan Roni, Freya tidak akan segan untuk semakin membenci keduanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD