Sah Saja

1066 Words
Ya, keputusan Archie justru berbanding terbalik dengan dugaan Athar. Sebelumnya pikir Athar untuk memberi tahu Archie tentang perasaan Jena, ia ingin Archie kembali dekat dengan Jena seperti dulu. Tapi, nyatanya Archie justru semakin menjauh. Athar berusaha bicara lagi dengan Archie, namun tak pernah berhasil. Kenapa? Apa Archie tidak punya perasaan? Athar tidak meminta Archie menerima perasaan Jena padanya. Hanya kembali bersahabat seperti dulu. Athar yakin, itu sudah cukup untuk membuat Jena merasa lebih baik. Tapi Archie tetap lah seorang Archie yang suka seenaknya sendiri. Hari ini sebelum Jena sampai di rumah ini, jauh sebelum jam biasanya ia datang, Athar justru berangkat. Biar lah hari ini Athar saja yang ke rumah Jena. Maksudnya, mulai hari ini Athar yang akan terus ke sana. Ia pikir, ini jalan terbaik. Jika Jena terus menerus datang dan tidak ditemui, itu akan membuatnya semakin tersakiti. Beda ceritanya jika ia yang ditemui. Meski yang menemui bukan lelaki yang Jena harapkan. Athar yakin, itu akan tetap membuat Jena merasa lebih baik. Rumah Jena sepi jam segini. Tentu saja. Semua orang di rumahnya sangat sibuk, sama seperti semua orang di rumah Athar. Jadi lah, hanya anak - anak yang tersisa di rumah. "Lho, Mas Athar." Seorang asisten rumah tangga menyambut kedatangan Athar. Athar pun tersenyum. Si Jena ada, Bi?" tanyanya. "Oh, iya, iya. Ada. Silakan masuk dulu, Mas Athar." Ia mempersilakan Athar masuk terlebih dahulu, kemudian bergegas memanggil Jena ke lantai dua. Jena perlahan berjalan menuruni tangga. Jena dengan baju rumahan, piyama itu, nampak begitu manis. Juga tanpa polesan apa pun, ia justru terlihat istimewa. Athar tak bisa berhenti senyum, terus menerus menatapnya. "Tumben Thar main ke sini." Jena langsung memberi tanggapan. Ia berjalan cepat ketika sudah sampai di lantai dasar. Kemudian duduk tepat di sebelah Athar. Kebetulan Athar tadi memilih duduk di sofa panjang. Buka karena sengaja. Memang sudah rezeki Athar, berada dekat dengan Jena hari ini. "Pengin aja, Jen. Emangnya nggak boleh?" "Ya boleh, lah." Asisten rumah tangga datang membawa dua cangkir teh. Dan kemudian teh itu menjadi teman mengobrol bagi Jena dan Athar, dalam menghabiskan sore ini. *** Archie terdiam menatap pemandangan halaman rumah yang begitu luas. Di balkon ini begitu sejuk, damai, sepi. Tempat favorit Archie yang lain, selain kamarnya sendiri. Archie Sebenarnya menunggu dua hal. Satu, ia menunggu kedatangan mobil Jena di halaman rumah ini seperti biasa. Dua, ia menunggu salah satu asisten memberi tahunya bahwa Jena telah datang. Tapi, hingga hari sudah gelap, dua hal itu tak kunjung ia lihat. Bisa jadi, Jena tidak akan ke sini hari ini. Itu membuat Archie merasa seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Asa sesuatu yang hilang. Archie kini baru tahu, sesuatu memang akan baru terasa berharga, saat sudah tidak ada. Archie berharap, hari ini Jena tidak ke sini karena sedang ada urusan penting yang tidak bisa ditinggal. Archie harap, besok Jena akan kembali pada rutinitas biasanya, berkunjung ke sini. Mungkin besok Archie akan menemuinya. *** Sayangnya semua melenceng dari dugaan Archie. Sejak sore itu, nyatanya Jena memang sudah berhenti mengunjungi Archie. Tidak pernah lagi datang. Archie sadar. Memikirkan Jena yang pasti sudah berada pada titik jenuh dan lelah. Maka di saat seperti ini lah, seharusnya Archie yang menebus kesalahan, dengan datang ke rumah Freya. Tapi Archie memutuskan hanya diam. Segala sifat buruknya kini telah menjadi Boomerang bagi dirinya sendiri. Archie seakan tidak memiliki nyali untuk datang menemui Jena. Ia hanya diam. Dan terus diam. Hingga pada suatu hari, Archie tidak sengaja bertemu dengan Raya di sebuah cafe. Keduanya sama - sama hendak membeli kopi. Selera mereka sama, Americano tanpa gula sama sekali. "Raya, kan?" Archie menegur gadis itu terlebih dahulu. "Hey, Archie. Long time no see." Raya pun menyambut teguran Archie dengan antusias. Dulu zaman Archie masih SMA, ia sering bertegur sama dengan Raya ini. Karena Raya ke mana - mana selalu dengan Jena. Tapi beda cerita setelah Archie lulus. Bertemu dengan Jena saja sangat jarang. Apa lagi dengan Raya. Karena keduanya sama - sama sendirian, mereka memutuskan untuk duduk di meja yang sama. Mereka banyak mengobrol. "Sibuk apa aja sekarang, selain urusan kuliah?" tanya Raya. "Yah ... aku ikut berbagai kursus. Kata Papa aku akan dilantik lebih cepat. Dan itu kurang menyenangkan sebenarnya." Raya pun tertawa. Ya, tentu ia sudah tahu jika Archie ini adalah salah satu penerus Virendra Inc. Hal itu sudah menjadi rahasia umum. "Itu udah tanggung jawab kamu, dong. Entah dipercepat atau nggak, cepat atau lambat kan kamu akan tetap dilantik juga." "Tapi aku belum siap." Archie berterus terang. "Ar, asal kamu tahu aja nih ya. Percaya deh sama aku. Entah kamu dilantik dalam waktu dekat, atau masih nanti, sebenarnya kamu tetap nggak akan pernah siap. Jadi, dijalankan aja lah. Malahan dengan kamu dilantik lebih cepat, kesempatan bagi kamu untuk melebarkan sayap akan semakin terbuka juga." Archie tertegun mendengar jawaban Raya. Jujur ia jarang berkeluh kesah pada siapa pun. Karena ia merasa mereka tidak memberi jawaban yang menggugah motivasi dan semangatnya. Tapi ketika bicara dengan Raya seperti ini. Bahkan mereka baru bertemu kembali setelah cukup lama terpisah, kata - kata Raya benar - benar mengena di hatinya. Ia sampai merinding. Benar kata Raya, entah cepat, entah lambat. Manusia itu tidak akan pernah siap menghadapi kejutan - kejutan dalam kehidupan. Yang bisa dilakukan, hanya lah menghadapi semuanya dengan pikiran yang optimis dan hati yang bersih. Mendadak Archie seperti mendapat dorongan untuk semakin rajin belajar, semakin semangat menghadapi segala prosesnya menuju puncak. *** Rupanya pertemuan itu menjadi awal dari pertemuan - pertemuan dua sejoli itu selanjutnya. Sampai detik ini Jena dan Athar belum tahu bahwa Raya dan Archie memiliki hubungan spesial. Mereka belum mau mengumbar, karena mereka masih berada di tahap awal. Masih diperlukan banyak adaptasi, dan saling mengenal satu sama lain. Mereka santai saja, tidak takut ketahuan oleh Jena. Karena baik Raya atau pun Archie, suda lama tidak bertemu atau pun saling berhubungan dengan Jena. Hanya saja Athar masih tinggal satu rumah dengan Archie bisa - bisa Athar membongkar semua pada Jena. Meski hingga detik ini Athar urung jua melakukan hal itu. Raya pun sejak lulus SMA sudah jarang bertemu lagi dengan Jena. Karena keduanya sudah memiliki hidup masing - masing. Namun keduanya tetap mempersiapkan sebuah jawaban, kala kelak hubungan mereka akhirnya diketahui oleh Jena, mereka sudah mengantongi jawaban. Mereka akan menjelaskan segalanya secara gamblang dan apa adanya. Toh tidak ada yang salah. Karena sebelumnya pun Archie dan Jena tidak ada hubungan spesial apa pun. Jadi sah - sah saja jika Archie dan Raya memutuskan untuk berpacaran. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD