Terlalu Banyak

852 Words
Beberapa waktu berjalan, Athar nyatanya tidak main - main dengan kata - katanya. Ia tetap berada di sekitar Jena, tetap menyatakan cinta secara berkala pada wanita itu. Meski jawaban Jena masih selalu sama. Akhir - akhir ini tingkat kesedihan Jena menjadi semakin parah. Akibat Archie masih belum mau menemuinya sama sekali tanpa sebab yang jelas. Athar kesal sekali pada kakaknya itu. Hanya sekadar menemui, apa salahnya? Jika seandainya Archie menjauh dari Jena karena ia tidak bisa membalas perasaan wanita itu, Archie harusnya mengubah cara berpikirnya. Karena tidak seperti itu cara mainnya bagi Athar. Selepas makan malam, Athar mengutarakan keinginannya pada Archie, bahwa ia ingin bicara penting berdua saja dengan Archie. Tapi jangankan menuruti keinginan Athar, Archie hanya diam, dan berlalu. Menganggap seakan Athar tidak ada. Hanya suara tanpa wujud, layaknya seonggok makhluk astral. "Ar ... Lo denger gue ngomong, tapi Lo seakan - akan nggak anggap gue ada. Gue serius mau ngomong sama Lo." Athar mengejar kakaknya itu. Archie akhirnya berbalik. "Lo mau ngomong apa? Lo tahu sendiri, gue paling males berurusan sama apa pun yang berhubungan sama Lo." "Ya, gue tahu. Karena sebenarnya gue juga males banget berhubungan sama Lo. Hanya saja, apa yang bakal gue omongin, itu bukan tentang gue, atau pun tentang Lo. Makanya gue niatin buat ngomong sama Lo, meski gue sebenernya juga ogah. Tapi karena gue sayang banget sama orang ini, gue belan- belain nekan ego gue sendiri. Palingan Lo juga nggak paham gue ngomong gini, karena gue yakin, Lo belum pernah berkorban buat orang yang Lo sayang." Athar menusuk kakaknya sendiri dengan rentetan kata - kata tajam. Tentu hal itu menusuk hati dan sanubari terdalam Archie. Hanya saja, Archie berusaha tidak menampakkan itu semua. Di luar, Archie tetap nampak tenang, mempertahankan sifat dingin yang sudah melekat padanya. Namun ia sebenarnya sangat tersinggung dengan tudingan tak berdasar dari Athar itu. Tahu apa Athar soal pengorbanan? Padahal menurut Archie, hampir seluruh hidupnya ia gunakan untuk berkorban. Ia bahkan rela tidak mendapatkan kasih sayang orang tua sebagaimana mestinya, karena Athar lahir di dunia ini, menyita seluruh perhatian kedua orang tua mereka. Sampai - sampai orang tua mereka itu seakan lupa, punya anak pertama bernama Archie. "Jaga mulut Lo ya. Nggak usah ngomong kalau Lo sendiri bahkan nggak tahu apa yang sedang Lo omongin." Archie benar - benar naik pitam. "Tentu gue tahu dengan pasti apa yang sedang berusaha gue omongin ke lo." Athar segera membalas telak. Dilihat dari rautnya, Athar memang benar - benar serius dengan kata - katanya. Namun menatap Athar saja -- bahkan hanya dengan mendengar namanya -- itu sudah cukup untuk membuat seorang Archie merasa muak semuak muaknya. "Ini tentang Jena." Athar kemudian benar - benar mengatakan subyek topik yang aka dibicarakannya. Dan seketika Archie terdiam, tercenung, tidak menjawab apa - apa sama sekali. "Gue mau tanya, kenapa Lo nggak pernah mau nemuin Jena tiap kali dia datang? Padahal dia ke sini hanya pengin ketemu sama Lo. Ya, gue tahu Lo sombong. Tapi nggak gitu juga kali buat menegaskan bahwa Lo memang pribadi yang angkuh?" Lagi - lagi kata - kata Athar begitu menusuk. Begitu membuat seorang Archie kesal setengah mati. "Buat apa gue nemuin Jena yang lagi berduaan sama Lo. Yang ada gue bakal jadi kambing congek. Udah ada Lo di sisinya, ngapain gue harus ada segala?" Kedua mata Athar membulat, tak menyangka bahwa Archie akan mengeluarkan jawaban seperti ini. "Lo gila, ya, Ar? Gue selalu ada buat Jena, karena Lo nggak pernah mau nemuin dia. Harusnya Lo selalu sambut dia dengan hangat. Dia tulus sayang sama lo. Tapi sikap Lo ke dia nggak banget. Seakan nggak memanusiakan manusia. Lo jahat banget." Archie lagi - lagu terdiam karena ucapan Athar. Tulus sayang padanya katanya? Jena sayang padanya? "Lo ngomong apa tadi? Kenapa Jena jadi tulus sayang sama gue? Bukannya dia pacar Lo?" Athar semakin meluap saja emosinya. Ia sampai memegangi d**a karena jantungnya mulai terasa sakit akibat perdebatan sengit dengan kakaknya perihal sesuatu yang ternyata berasal dari dua kata bernama salah paham. "Lo harusnya memastikan terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan atas sesuatu, Ar. Gue nggak nyangka, Lo ternyata segoblok ini." "Maksud Lo apa ngatain gue g****k?" "Ya karena Lo emang g****k. Orang pinter mana yang secara sepihak menyimpulkan bahwa gue sama Jena pacaran? Nggak ada. Gue emang suka sama Jena. Gue bahkan udah berkali - kali mengungkapkan perasaan. Tapi apa? Jena nggak pernah terima gue, karena dia suka sama Lo. Sayangnya orang yang dia suka, ternyata busuk." Archie benar - benar terdiam kali ini. Ia sama sekali gak tahu tentang hal ini. "Lalu, kalau kalian nggak pacaran, ngapain Lo selalu ada di samping Jena, hah?" "Sederhana ... gue cuman mau melindungi orang yang gue sayang, selalu ada di samping orang yang gue sayang. Bukannya malah menjauh hanya karena dia sukanya sama Lo." Archie benar - benar tertohok oleh kata - kata Athar kali ini. Ia sama sekali tidak menyangka jika ternyata selama ini Jena menyukainya. Ternyata ia hanya salah paham dengan kedekatan Athar dan Jena selama ini. Archie bingung apa yang harus ia lakukan setelah ini. Apa ia harus kembali mendekati Jena. Atau justru ia harus pergi karena kesalahan yang dilakukannya sudah terlalu banyak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD