Membuka Pintu

1022 Words
"Aku pengin ketemu." Athar mengutarakan maksud menelepon sang kakak. Archie sebenarnya malas mengangkat telepon dari Athar ini. Tapi adiknya itu sudah menelepon belasan kali. Membuat Archie tidak konsentrasi bekerja. Athar meneleponnya. Berarti Athar sudah tidak hilang lagi. Karena ada dugaan Athar menghilang bersama Freya, apa ini berarti jika Freya juga telah kembali? Setelah ini Archie akan coba menghubungi Freya lagi. "Aku sibuk," jawab Archie akhirnya. "Ini penting." Athar berusaha meyakinkan Archie. "Tapi aku sibuk." Archie tetap menolak untuk bertemu dengan adiknya itu. "Gimana kalau aku bilang ini demi keselamatan Freya?" Athar akhirnya terpaksa mengatakan itu. Jika tidak, mungkin Archie tidak akan pernah setuju untuk bertemu dengannya. Archie tertegun. Dugaan bahwa Freya benar - benar menghilang bersama dengan Freya semakin menguat. "Apa itu maksudnya?" Archie akhirnya bertanya. Nada suaranya terdengar geram. Athar lega karena Archie akhirnya menunjukkan sedikit minat. "Ini berhubungan dengan Freya dan juga seorang lelaki bernama Wardhana Dharma. Semoga hanya dengan menyebut namanya, kamu segera paham arah pembicaraan aku." Kedua mata Archie membulat begitu mendengar nama Wardhana Dharma disebut - sebut oleh Athar. Bagaimana Athar bisa tahu tentang Wardhana Dharma? *** Keduanya berdiri bersebalahan di sebuah koridor balkon. Mereka berada di gedung F Virendra Inc. pusat, tempat yang mereka janjikan untuk saling bertemu. Dua kakak beradik dengan tinggi yang sama, postur yang mirip, dan juga wajah hampir sama itu memasang wajah serius. "Gimana mereka bisa tahu tentang Freya?" Archie bertanya - tanya. Athar telah menceritakan semuanya tadi. Tentang peristiwa penculikan Freya yang juga melibatkannya. Tentu saja dengan menutup - nutupi bagian yang tak perlu Archie ketahui. Biar hanya ia dan Freya saja yang tahu. "Ya mana aku tahu." Athar menjawab sekenanya. "Aku aja nggak tahu siapa Wardhana Dharma. Dia pasti bukan orang Virendra, kan? Kalau orang Virendra aku pasti tahu lah. Maka sudah pasti dia adalah lawan kamu secara pribadi. Bukan lawan bisnis." "Kamu nggak perlu tahu siapa dia." Archie menatap Athar sengit. "Oke. Lagi pula aku juga tidak mau tahu siapa dia. Karena tujuanku ke sini hanya ingin menyampaikan tentang peristiwa yang dialami Freya yang kebetulan melibatkan aku. Karena aku nggak mau sesuatu yang buruk kembali terjadi, makanya aku kasih tahu kamu." "Memangnya kamu ada hubungan apa dengan Freya? Kenapa kamu bisa terlibat dalam penculikan itu?" "Karena Freya diculik sesaat setelah naik taksi online - ku. Aku nggak sengaja melihat penculikannya dari kaca spion. Ya mana mungkin aku diem aja. Aku berusaha nolong. Tapi karena jumlah mereka banyak, jelas aku kalah. Mereka juga bawa aku. Mereka pikir selain ada hubungan dengan kamu, Freya juga ada hubungan dengan aku. Makanya mereka merasa dapat rejeki durian runtuh. Sekali mancing, dapet dua ikan besar sekaligus. Mereka akan membuat aku dan Freya sebagai senjata, untuk membuat kamu sakit hati." Archie hanya mendengarkan ucapan Athar. Sebenarnya ia sedang memikirkan hal lain, tentang sesuatu yang menjadi pokok permasalahan antara dirinya dan juga Wardhana Dharma. "Kamu harusnya bersyukur karena aku terlihat dalam peristiwa penculikan itu. Coba kalau enggak. Bisa kamu bayangin, nggak, apa yang terjadi sama wanita nggak berdosa itu?" Archie lagi - lagi hanya terdiam. Namun ia membayangkan jika benar - benar tidak ada Athar dalam peristiwa penculikan itu. Seandainya saja. Archie juga geram pada orang suruhannya. Kenapa mereka sampai tidak tahu jika Freya sebenarnya menjadi korban sebuah aksi penculikan? Hanya tahu Freya sedang bersama Athar ketika menghilang. Archie begitu emosional sampai ingin langsung memutus hubungan kerja dengan orang - orang itu. *** Selepas semua pekerjaannya selesai, Archie segera menghubungi Freya, seperti apa yang sudah ia rencanakan. Ia bermaksud untuk menelepon gadis itu. Namun niatnya tertunda karena ternyata ada dua panggilan tak terjawab dari Freya. Dan juga ada sebuah pesan darinya. Archie segera membuka pesan Freya dan membacanya. 'Archie, maaf karena baru menanggapi. Aku mengalami peristiwa penculikan oleh seorang lelaki yang kenal sama kamu, namanya Wardhana Dharma. Mereka pikir aku adalah kekasih kamu. Tapi syukurlah aku bisa lolos.' Archie memejamkan matanya setelah membaca pesan itu. Ia benar - benar geram. Teringat kembali dengan betapa bencinya ia pada Wardhana Dharma. Archie kemudian melanjutkan niatnya yang tertunda, untuk menelepon Freya. Nada tunggu segera menyapa, sesaat setelah ia mendial nomor wanita itu. Cukup lama Archie menunggu. Hingga akhirnya Freya mengangkatnya teleponnya. "Halo." "Frey, apa kamu masih di hotel Halim?" "Ya, aku masih di sini. Maaf tadi aku masih di kamar mandi, jadi tidak bisa langsung angkat telepon." "Iya, nggak masalah. Aku boleh ke sana sekarang?" "Oh, memangnya kamu sudah selesai kerja?" "Ya, baru saja selesai." "Kalau begitu silakan saja. Aku belum masuk kerja hari ini, karena baru tadi siang kembali ke hotel." "Iya, aku ke sana sekarang, Frey." "Iya, Ar. Hati - hati di jalan." "Iya. Teleponnya aku tutup sekarang." Archie benar - benar langsung menghentikan sambungan setelahnya. "Mobilnya aku pakai, ya," ucap Archie pada sang supir. "Kamu silakan pulang pakai taksi. Taksinya sudah menunggu di depan. Sudah aku bayar juga." "Iya, Baik Pak." Sang supir hanya segera setuju. Ia menunduk, menunggu sampai atasannya melenggang pergi mendahuluinya. *** Freya tersenyum sesaat setelah Archie memutus sambungan telepon. Terdengar dari suaranya bahwa Archie begitu mengkhawatirkannya. Tadi saja sesaat setelah ponselnya bisa dinyalakan -- karena sebelumnya tidak bisa akibat baterai terlalu rendah -- Freya begitu terkejut karena ada banyak sekali telepon tak terjawab dari Archie. Juga banyak pesan dari lelaki itu yang menanyakan bagaimana keadaannya, di mana keberadaannya, kenapa ia tidak ada kabar? Freya bahagia. Karena sepertinya Archie benar - benar sudah jatuh cinta kepadanya. Freya selangkah lebih dekat menuju impiannya. Freya sudah tidak sabar semua mimpinya menjadi kenyataan. *** Archie begitu tergesa berjalan menuju lift untuk segera sampai di kamar Freya. Lift terbuka, ia pun segera masuk, menekan nomor lantai yang ia inginkan. Di lift yang sedang ia tumpangi bersama tiga orang lainnya, Archie berkali - kali menatap pada layar untuk tahu sedang di lantai berapa ia berada. Ia benar - benar sudah tidak sabar untuk sampai di kamar Freya. Ketika ia akhirnya sampai di tujuannya, Archie segera turun. Ia kembali berjalan cepat menuju kamar Freya. Sampai di depan pintu, ia segera memencet bel. Tak perlu waktu lama hingga Freya akhirnya membuka pintu. Begitu melihat wanita itu, Archie segera berhambur memeluknya, mendekapnya dengan begitu erat, seakan - akan tak ingin kehilangannya, seakan tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi padanya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD