Penghalang Terbesar

831 Words
"Apa yang Anda lakukan di sini?" Freya masih menatapnya dengan penuh amarah. "Santai saja Nona Freya. Tidak perlu melotot Seperti itu." Athar menanggapi dengan santai. Ia berdiri dari posisi duduk, kemudian beranjak. "Di mana Anda meletakkan gula? Kalau Anda tidak mau mengambilnya, biar saya sendiri saja. Saya benar - benar tidak suka kopi pahit. Hidup saya saja sudah pahit karena punya kakak seperti Archie. Makanya saya suka yang manis - manis saja lah." Freya menatap setiap gerak - gerik Athar masih dengan luapan amarah yang membuncah dalam d**a. "Oh, Anda juga tidak mau memberi tahu letak gula ternyata," ucap Athar melihat Freya diam mematung di tempat duduknya. "Baik lah kalau begitu akan saya cari sendiri gulanya." Athar dengan santai menuju mini bar tempat tadi Freya membuat kopi. Athar menemukan gula diet rendah kalori di salah satu toples. "Ah ini dia!" serunya. Ia lalu kembali ke ruang tamu, kembali duduk, meuangkan satu sachet gula ke dalam kopi. Tak lupa mengaduknya. Athar menyeruput kopinya kemudian. "Ini baru enak." "Katakan apa tujuan Anda ke sini? Ponsel saya ada bersama Anda kan? Cepat kembalikan ponsel saya, dan Anda silakan segera pergi dari sini!" Freya tak tahan lagi untuk tidak memaki Athar. "Santai saja lah, Nona Freya. Tadi Anda menyambut saya dengan begitu baik. Lantas kenapa sekarang Anda berubah begitu galak?" "Anda sudah menipu saya dengan berpenampilan layaknya Tuan Archie. Tentu saya bersikap baik karena saya pikir Anda adalah Tuan Archie." "Lalu memangnya kenapa kalau saya bukan Archie? Archie atau pun bukan, tetap saja Anda harus memperlakukan orang lain dengan baik. Apa lagi saya adalah tamu Anda. Tamu adalah raja, bukan?" "Saya hanya tidak suka dengan kehadiran Anda di sini." "Memangnya kenapa, hm?" Athar menyesap kopinya sekali lagi. "Baik lah, jika Anda tidak suka dengan kehadiran saya, kalau begitu saya pergi saja." Athar cepat - cepat menghabiskan kopinya, kemudian beranjak. "Anda mau ke mana? Kembalikan hp saya dulu, baru pergi!" "Anda ini bagaimana? Tadi Anda mengusir saya, sekarang Anda menahan saya untuk pergi?" "Saya tidak menahan Anda untuk pergi. Saya hanya meminta kembali hp saya." "Lalu bagaimana kala saya katakan, hp Anda tidak ada di saya." Freya terdiam karena pernyataan Athar. Jika dipikir - pikir memang bisa saja jika ponselnya tidak ada di Athar. Bisa jad ponselnya terjatuh di suatu tempat. Tapi Freya hanya sangat yakin ponselnya ada bersama Athar. Kalau tidak, untuk apa laki - laki itu repot - repot sekali, datang pagi - pagu buta, untuk datang ke kamari, dan menyamar sebagai Archie. "Nona Freya, saya serius, Anda punya masalah dengan menahan amarah. Sebagai seorang manusia, terlebih Anda adalah wanita, Anda sangat lah kasar dan tidak sopan. Anda perlu sekolah kepribadian!" Freya tertawa mendengar saran Athar. "Ya, saya memang tidak sopan, saya sangat pemarah, dan saya sangat kasar. Tapi apa urusannya dengan Anda, hm? Toh itu tidak merugikan Anda." "Memang itu tidak merugikan saya. Tapi ketika kamu berpura - pura menjadi baik. Itu jadi akan kelihatan sangat kentara karena sikap asli kamu adalah kebalikannya. Sikap kamu ke aku tadi -- saat kamu masih menganggap aku Archie -- benar - benar terlihat palsu." Freya kembali tersulut amarahnya. "Itu hanya pendapat Anda saja. Karena Anda memang tidak suka dengan saya. Makanya apa pun yang saya lakukan terlihat salah di mata Anda." Athar tertawa. "Benar, kah?" Athar justru balik bertanya. "Sekarang saya tanya. Bagaimana jika saya ini adalah pelanggan Anda. Dan saya membayar Anda dengan begitu besar. Seperti memberi rumah mewah mungkin. Apa sikap Anda masih akan seperti ini pada saya?" Freya terdiam dengan tubuh yang bergetar. Ia semakin yakin bahwa ponselnya memang ada bersama Athar. Karena lelaki itu sudah tahu rahasia terbesarnya. "Anda kira Anda ini siapa, yang dengan begitu lancang melihat isi ponsel saya?" Athar tersenyum. "Apakah harus saya perjelas lagi? Tujuan saya adalah ingin tahu apa kedok Anda mendekati kakak saya. Dan setelah lihat isi ponsel kamu, saya sudah tahu apa tujuan Anda itu. Kartu mati Anda ada di saya, Nona Freya. Jadi Anda harus hati - hati sama saya. Atau rahasia Anda akan saya bongkar pada Archie." Athar tersenyum penuh kemenangan sekali lagi. Meski ia sebenarnya tidak sungguh - sungguh dengan kata - katanya. Toh ia tidak peduli jika Archie disakiti siapa pun -- termasuk Freya -- karena Archie juga dengan begitu tega menyakiti hati Jena bertahun - tahun, juga hati Athar sendiri. "Karena Anda mengusir saya, oke, saya pergi. Dan ini ponsel Anda. Saya kembalikan." Athar meletakkan ponsel itu di atas meja. "Ingat, saya adalah pemegang kartu mati Anda. Camkan itu baik - baik. Sampai jumpa lagi, Nona Freya." Athar berbalik dan benar - benar beranjak dari kamar Freya. Ketika Athar sudah menghilang di balik pintu, Freya langsung meluapkan amarahnya yang begitu besar. Wanita itu berteriak sangat keras. Begitu keras. Ia melempar semua bantal di atas sofa me sembarang arah. Mengenai banyak barang lain hingga semuanya terjatuh. Freya juga melempar vas di atas meja. Kenapa sosok Athar muncul dan menghalangi rencananya seperti ini? Iya kalau penghalangnya adalah orang lain. Tapi ini adalah adik kandung Archie sendiri. Sial. Benar - benar sial. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD