Kembali Sekaligus

1075 Words
Freya dan Archie sama - sama memakai celemek berwarna putih. Freya menatap Archie yang malam ini terlihat seperti family man dengan pakaian tidur berwarna pastel. Archie Sebenarnya tampak cocok dengan pakaian itu. Hanya saja di mata Freya terlihat sangat salah. Karena image CEO yang tegas dan cool dalam diri Archie seakan sirna begitu saja. Archie tadi titip pakaian tidur itu dari dua orang yang ia percaya untuk belanja bahan - bahan mentah untuk dimasak. Jadi ia tidak bisa memilih pakaian ganti. Mengingat ia kini sedang berada di rumah Freya. "Astaga ... bau apaan, sih?" Freya mengibas - ngibaskan tangan di depan hidung. Bertujuan mengusir bau yang tercium. Tapi karena ternyata masih begitu menyengat, ia menutup hidupnya dengan tangan. Archie terkikik. Ternyata lelaki itu sedang mengupas satu tangkai rebung dengan ukuran cukup besar. "Ar ... astaga ... kamu beli rebung juga?" Freya nampak tak percaya. Ia padahal paling benci dengan makanan yang memiliki bau khas, seperti rebung, petai, jengkol, daging kambing, daun sembukan, dan teman - temannya yang lain. "Ini enak banget lho, Frey, kalau disemur dikasih cabe. Udah nggak ada duanya rasanya." "Astaga, Ar. Tapi itu bau banget." "Ya emang. Justru bau khas - nya itu yang bikin istimewa, Frey. Tapi kamu tenang aja, ada trik khusus buat mengurangi bau rebung ini." "Terik khusus kayak gimana? Kalau bau mah ya bau aja." "Eh, beneran ada trik khususnya." "Gimana emang?" Archie lalu melirik Freya. "Aku juga nggak tahu." Gedubrak. Ingin rasanya Freya Roll depan dan Roll belakang sekarang juga. Tapi tidak jadi karena tidak ada matras. "Tapi Bu Fera pasti tahu, lah." Archie kini menatap Fera yang berdiri berjajar dengan Roni dan juga dua orang asisten rumah tangga, yang sedari tadi menonton acara proses menuju makan malam -- yang cukup berat bagi Freya. "Gimana caranya, Buk?" Fera pun akhirnya ambil bagian. "Sebenarnya, Nak Archie ... langsung dimasak pun bisa. Karena rebung kalau udah mateng, bau khasnya berkurang sendiri. Hanya saja, rasanya bakal jauh lebih enak dan teksturnya tambah kenyal, kalau melalui proses penjemuran dulu." "Hah? Dijemur?" Freya dan Archie mengatakan itu hampir bersamaan. Membuat keduanya, dan semua orang di sana seketika tertawaa. "Iya, dijemur. Kita potong tipis - tipis dulu, lalu dijemur di bawah sinar matahari selama 1 hari. Dijamin rasanya nanti tambah mantap." "Tapi kan ini udah malem, Buk. Aku lapernya sekarang. Ya kali baru bisa makan besok." Archie nampak sedih. Fera pun tersenyum kikuk. "Kan dimasak langsung juga bisa." "Tapi ntar nggak maksimal dong enaknya." Freya pun memutar otak. Karena saat ini yang ada di pikirannya hanya segera bisa makan. "Misal teknik penjemurannya diganti pakai oven bisa nggak?" Freya menunjuk oven yang diletakkan secara permanen di bawah kompor listrik. "Eh, iya juga ya." Archie nampak takjub. "Astaga ... pinter banget sih kamu." Archie mengacak - acak rambut Freya dengan gemas. Freya tersenyum malu - malu sembari merapikan rambutnya kembali. "Tapi Ibuk nggak paham gimana cara pakainya itu." Fera benar - benar tidak paham karena ia tidak pernah menyentuh oven sekali pun dalam hidupnya. Sekali pun pernah, itu adalah oven manual yang diletakkan di atas kompor. Menggunakan tenaga kompor sebagai sumber panasnya. "Tenang - tenang ... nanti diatur suhunya, Buk. Pokoknya sampai berkurang kadar airnya, kan?" Archie memperjelas tingkat kekeringan rebung yang seharusnya. "Iya, pokoknya sampai bagian luar dadi rebung - nya kering. Tapi dalamnya masih empuk." "Oke - oke." Freya pun segera mengambil alih rebung di atas nampan yang kini sudah dipotong kecil - kecil berbentuk korek api namun sedikit tebal. Meski hidungnya serasa sudah pengar karena bau rebung, Freya berusaha menahannya. Demi Archie agar semakin cinta ke padanya. Ia pun mengatur suhu oven. Dan kini tinggal menunggu saja. "Oke, kalau gitu Ibuk siapkan bumbunya, ya." Fera menawarkan diri untuk membantu. "Iya, Buk. Ibuk siapkan bumbunya aja, nanti yang masak saya sama Freya." Archie yang menjawab. Karena Freya ternyata masih menyimpan kesal akibat gaya ndeso Fera dan Roni tak kunjung hilang. "Sini, biar Bapak yang motong - motong ayam kampungnya." Roni pun menawarkan diri untuk membantu. Kalau urusan potong - memotong ayam, ia yang paling andal. Karena dulu ia pernah membantu tetangga yang merupakan juragan ayam potong, untuk jualan di pasar. Mereka pun bahu - membahu memasak besar malam itu. Hampir tengah malam ketika semua masakan akhirnya selesai. Ada brengkes ikan pindang, bothok ikan, semur rebung pedas, ayam kampung goreng bumbu ungkep yang sudah empuk karena dipresto, plecing kangkung, dan masih ada beberapa sayur lagi. Semua masakan sudah terhidang dengan apik di atas meja. Semua terlihat begitu menggoda, seakan - akan sudah melambai - lambai ingin segera dilahap. Makan malam pun dimulai. Sebenernya Fera dan Roni sudah melipir setelah semua masakan selesai tadi. Karena mereka sebenarnya sudah makan malam. Dan mereka juga tidak ingin mengganggu kemesraan Freya dan Archie. Lagi pula Freya pasti tidak suka jika Fera dan Roni ada di sana. Tapi Archie mengajak mereka untuk makan bersama. Freya Sebenarnya seperti biasa, memang tidak suka. Tapi karena rasa laparnya lebih dominan, ia hanya cuek. Yang penting perut terisi dulu. Makan malam pun dimulai. Mereka semua makan dengan begitu lahapnya. Bahkan khusus malam ini sepertinya Freya sudah memutuskan untuk menyingkirkan gengsinya. Ia makan dengan beringas. Seperti saat ia makan bersama Athar tempo hari. "Makan yang banyak, Frey. Hari ini cheating day aja, lah." Archie tiba - tiba berkata seperti itu. Sebuah keuntungan bagi Freya karena tidak perlu tengsin karena Archie melihatnya makan dengan rakus. Freya hanya tersenyum sekilas, lalu lanjut makan. Ia bahkan doyan makan semur rebungnya. Karena ternyata memang enak. Tidak bau seperti saat mentah tadi. "Gimana, Nak Archie? Enak, nggak, resepnya Bu Fera?" Fera bertanya dengan menggunakan konsep Kalimat acuan. Archie memberi dua jempol pada Fera. "Cita rasanya agak beda dengan resep Nenek saya. Tapi kalau urusan rasa, sebelas dua belas lah enaknya. Bisa banget buat obat kangen saya sama masakan Nenek saya. Makasih ya Bu Fera." Archie mengucap terima kasih dengan tulus. "Nggak usah sungkan - sungkan kalau Nak Archie lagi pengin makan masakan ndeso begini, langsung kasih tahu Ibuk aja, nanti Ibuk masakin." Archie pun tersenyum. "Sekali lagi makasih, Bu Fera." Archie benar - benar bahagia sebenarnya. Sumber kebahagiaannya dulu adalah Neneknya. Setelah Nenek meninggal, seluruh dunianya seakan runtuh. Makanya ia memutuskan untuk pergi saja dari rumah, tinggal di apartemen sendirian. Karena kelakuan keluarganya yang pilih kasih pada anak, semakin membuat Archie hancur. Kemudian Raya datang sebagai pelipur laranya. Dan kini ada Freya, dan juga kehidupan keluarganya. Yang seakan mengembalikan Raya dan juga Nenek Archie sekaligus. Membuat Archie merasakan bahagia yang teramat besar, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD