Berkat Jena

1325 Words
Athar terdiam di atas sofa panjang yang terletak di balkon kamarnya. Bintang - bintang yang banyak dan kerlap - kerlip di atas sana, seakan meledeknya. Mereka nampak begitu ceria. Sementara Athar bermuram durja. Angin malam semilir menempa tubuhnya. Membuat tubuhnya yang hanya dibalut kaos oblong tipis sesekali menggigil. Apa lagi ia hanya mengenakan celana pendek juga. Meski begitu, Athar masih enggan pergi, masih enggan masuk. Ia masih betah di sana. Sesekali ia memejamkan mata. Harapnya ingin merasa tenang. Tapi ia sepertinya memang ditakdirkan untuk tidak pernah bisa tenang dalam hidupnya. Tadi siang ia terpaksa ke rumah sakit lagi. Karena belakangan ini ia semakin sering kambuh. Bahkan ketika tidak melakukan apa - apa. Ketika tidak kelelahan. Ketika tidak dalam keadaan tertekan. Tentu hal itu membuat Athar sangat terbebani. Semakin sering ia kambuh, semakin besar pula kemungkinannya akan ketahuan. Athar tidak mau itu terjadi. Ia benar - benar takut jika suatu saat tiba - tiba penyakitnya kambuh di depan umum, di depan banyak orang, di depan ayah dan ibunya. Membayangkan itu saja sudah membuat Athar takut. Apa lagi sebentar lagi ia akan dilantik. Letak perusahaan yang ia kendalikan cukup jauh dari sini. Ia akan jauh dari orang tuanya. Tapi bukan berarti kemungkinan penyakitnya akan ketahuan menjadi lebih kecil juga. Karena saat sudah menjadi CEO, ia pasti akan mendapati banyak tekanan dari sana sini. Ia takut tidak akan kuat menempa semua beban itu. Sehingga ia akan menjadi lebih parah dalam waktu singkat. Ia akan membuat banyak orang sedih. Ia akan mengancam keselamatan perusahaan yang ia pegang. Bisa saja Athar terus terang sekarang tentang kondisinya. Tapi itu sulit. Athar tidak bisa menyakiti orang tuanya lebih lagi. Sudah cukup selama ini dengan kelakuannya dan juga Archie yang terus menerus membuat mereka kecewa. Athar tidak sampai hati. Bahkan alasannya tidak kunjung menerima pelantikan selama ini, karena ia tidak siap menjadi pemimpin. Ia lebih nyaman menjadi seseorang yang bekerja diam - diam untuk Virendra Inc, seperti yang ia lakukan selama ini. Ucapan dokter Fathan di rumah sakit tadi juga membuat beban Athar semakin menggunung. Ucapan yang mematahkan segala semangat yang berusaha ia bangun dengan susah payah selama ini. Dan Jena ... bagaimana dengan Jena nanti. Kenapa semua ini terjadi di saat semua berjalan dengan baik. Saat Jena mulai nampak membalas perasaannya? Athar benar - benar bingung, apa yang harus ia lakukan. *** Freya melakukan izin kerja darurat hari ini. Ia melakukan izin sakit. Padahal ia tidak sedang sakit. Ini karena Archie yang menyuruhnya. Archie akan membawanya ke suatu tempat untuk bersenang - senang. Entah ke mana, Archie tidak mau mengaku. Yang jelas katanya bersenang - senang. Karena yang mengajak adalah Archie, mana Freya bisa menolak. Ia hanya langsung izin tanpa pikir panjang. Archie menjemputnya ke rumah pagi - pagi sekali. Adity ikut. Tapi ketika berangkat Archie dan Freya berada dalam mobil sendiri berdua saja. Adity satu mobil dengan orang kepercayaan Archie. Dengan membawa orang kepercayaannya, Freya bisa menebak ini sebenarnya adalah urusan bisnis. Tapi Archie sekalian ingin bersenang - senang dengan Freya di luar urusan kantor. Sekitar 1 jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di sebuah hotel di daerah Pare. Pare sebenarnya masih terletak di Kediri. Hanya saja Pare memiliki pemerintahan sendiri. Pare seperti kecamatan atau kota atau kabupaten. Hanya saja ia berada di tengah - tengahnya. Lebih besar dibanding area kecamatan, namun tidak lebih besar cakupannya dibandingkan kabupaten. Karena ia masih masuk dalam Kabupaten Kediri. "Frey, kamu jalan - jalan sama Adity dulu sembari nunggu urusan aku selesai, ya. Habis kelar urusan di sini, kita langsung berangkat seneng - senengnya." Archie berpamitan, tak lupa mengecup kening Freya yang kini sudah menjadi sebuah kebiasaan. "Oke, oke, Ar. Meski aku nggak tahu apa urusan kamu, karena kamu nggak bilang. Aku doain semoga sukses dan cepet kelar, ya." Archie terkikik. "Aduh ... aduh ... Ada yang udah nggak sabar mau having fun." "Ya iya lah. Siapa juga yang nggak suka seneng - seneng." "That's right." Archie mengecup kening Freya sekali lagi. "Ya udah, aku mau balik ke kamarku dulu, mau siap - siap. Silakan habiskan waktu yang menyenangkan dengan Adity." "Ya, Ar. Semangat!" Archie terkikik geli tiap kali Freya memberinya semangat layaknya remaja yang sedang kasmaran sedang menyemangati cinta monyetnya. Tapi sekarang itu sudah menjadi sebuah candu. Hanya kata - kata sederhana, tapi sangat berhasil menaikkan mood Archie, sehingga tersugesti untuk semakin semangat dalam bekerja. Archie kemudian benar - benar pergi ke kamarnya dengan sang asisten, di sebelah kamar ini. Meninggalkan kamar Freya dan Adity, dengan langkah sedikit berat. Karena sebenarnya ia juga sudah tidak sabar ingin bersenang - senang dengan Freya. Dan ia kurang menyukai pekerjaannya hari ini. *** Adity membawa Freya ke taman Kilisuci. Taman itu menawarkan suasana yang benar - benar asri karena pepohonan yang rindang, juga banyak tempat duduk yang bisa digunakan. Ada WiFi corner juga. Seandainya ia ke sini dengan Archie, pasti akan terasa sempurna. Freya terbawa perasaan tiap melihat ada pasangan muda lewat, sedang menghabiskan waktu bersama sekadar duduk - duduk bersama di taman, sambil makan penthol dalam plastik. Sederhana tapi asyik dan pastinya membuat bahagia. Tepat di sebelah taman Kilisuci ini, ada sebuah masjid besar yang telah menjadi ikon Pare. Nama ya Masjid An - Nur. Selain ukurannya yang besar, masjid ini juga terkenal dengan arsitekturnya yang luar biasa. Terbukti dengan banyaknya pasangan yang melakukan sesi foto pre wedding di sana. Juga melakukan akad nikah di sana. Freya ingin sekali ke sana dengan Archie nanti. Ia ingin mengambil beberapa foto di sana dengan Archie. Pasti hasilnya bagus. Dan akan menjadi sedikit dari begitu banyak kenangan indah mereka berdua. Semoga saja pekerjaan Archie benar segera selesai. "Adity, kamu ayo dong kasih tahu, sebenarnya Archie ke sini karena ada pekerjaan apa? Nggak biasanya Archie berangkat kerja tapi kayak males - malesan gitu. Biasanya dia paling semangat kerja. Dia kan super workaholic." Freya lagi - lagi berusaha mengorek informasi dari Adity. Tapi lagi - lagi Adity menggeleng. "Saya tidak tahu, Nona. Tuan Archie tida memberi tahu saya apa urusannya di sini. Saya hanya diminta ikut untuk menjaga Nona Freya di sini, selagi beliau masih bekerja." Sekian kali Freya tanya, jawaban Adity selalu konsisten. Sepertinya Adity memang benar - benar tidak tahu apa urusan Archie di sini. Padahal ia betul - betul suda penasaran. Freya mengernyit ketika melihat sekelebat bayangan seseorang yang ia kenal. Seorang wanita tinggi, modis, dan cantik. Ia baru saja sampai di taman ini dengan seseorang. Ia sedang berjalan sembari melihat kanan kiri, mencari bangku yang kosong di taman ini. Ketika seseorang itu hampir melewatinya, Freya segera memanggilnya. "Jena!" Ya, wanita itu adalah Jena. Seketika Jena menoleh. Waja Jena seketika berbinar kala melihat Freya. Ia senang karena akhirnya melihat seseorang yang ia kenal di sekitar sini. "Frey ... astaga ... ngapain di sini. Aku udah bingung banget mau ngapain. Sampai gabut ke sini ngajakin asisten aku tuh. Eh, malah berkah ternyata. Karena ketemu seseorang yang aku kenal, yaitu kamu." Jena terkikik. Meski ia belum kenal - kenal amat dengan Freya. Tapi ketika bertemu di tempat asing, rasanya seperti bertemu dengan kerabat yang lama tidak jumpa. "Aku juga lagi Bosen tadi, makannya ke sini. Emangnya kalau boleh tahu, kamu ngapain di sini. Kok bisa kebetulan banget ketemu sama aku di sini. Astaga." Freya pun nampak tak percaya. Ia lalu menepuk sisik kosong bangku taman di sebelahnya. "Kalau gitu duduk sini aja sama aku." Jena pun duduk di sana dengan antusias dan senang hati. "Makasih, ya, Frey. Ini lho aku tadi diminta Athar ikut ke sini. Karena hari ini dia mau dilantik jadi CEO Virendra Inc. cabang Pare sini. Sembari nunggu dia dilantik, aku nunggu di hotel aja. Lama - lama bosen juga. Kalau kamu sendiri, ngapain di sini?" Freya terkejut kala mendengar jawaban Jena. Ah, jadi ternyata itu dia alasannya. Freya bisa menemukan korelasinya sekarang. Pantas saja Archie tidak mau terus terang dengan urusannya di sini. Karena itu berkaitan dengan Athar yang akan selalu membuat lelaki itu cemburu. Astaga ... Pantas saja tumben - tumbennya Archie terlihat kurang semangat kerja. Ternyata ini dia alasannya. Akhirnya Freya tahu, berkat Jena. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD