Menggedor Pintu

882 Words
Archie melempar ponselnya kembali ke atas ranjang. Ia tadi sudah akan tidur. Seharian memikirkan keberadaan Freya membuat Archie tidak tenang. Ia tadi bahkan sempat menekan bel kamar Freya. Namun nihil, tidak ada tanggapan sama sekali. Ia ingin mengistirahatkan pikiran sejenak dengan tidur. Sembari mempersiapkan energi untuk rapat terakhir besok pagi. Tapi ada telepon masuk dari Siska, ibu tercintanya. Archie sebenarnya sudah ragu sejak awal untuk menjawab telepon tersebut. Karena biasanya tiap menelepon, Siska selalu membawa kabar yang tak Archie suka. Tapi Archie juga rindu pada ibunya itu. Ia pun berusaha berpikir positif. Siapa tahu Siska menelepon karena juga sedang rindu padanya. Ternyata .... Seperti biasa. Lagi - lagi sebuah hal yang tidak disukai Archie. Menanyakan keberadaan Athar. Ayo lah, apa Archie tidak ada artinya sama sekali di mata Siska? Archie juga anaknya, bukan? Saat Archie tidak memberi kabar berhari - hari lamanya, sepertinya Siska biasa saja. Tida menanyakan keberadaan Archie sama sekali. Setelah berbincang sebentar, mengatakan bahwa ia tidak tahu di mana Athar, Archie langsung menutup telepon secara sepihak. Sekarang mau tidur pun sepertinya Archie tidak bisa. Suasana hatinya sudah hancur. Well, Archie memang sudah terlalu tua -- secara usia -- untuk saling iri tentang kasih sayang orang tua mereka. Orang tuanya dengan Athar. Tapi bayangkan ada di posisi Archie, yang sejak Athar lahir, sudah hampir 100 % terlepas dari orang tuanya, karena perhatian keduanya sepenuhnya pindah pada Athar. Archie menjelma menjadi anak nenek. Rasa iri dalam hati Archie sudah menahun, terpatri di sana dengan begitu rapi dan penuh. Sehingga tak peduli berapa pun usianya sekarang, rasa itu akan terus muncul tiap kali ada yang memancing. Archie berusaha memejamkan matanya. Berusaha memikirkan hal lain yang membuatnya merasa senang. Dan yang muncul dalam pikirannya adalah Freya. Archie pun bingung, kenapa Freya secara otomatis muncul. Jadi secara tidak sadar, gadis itu telah menjelma menjadi salah satu hal yang menyenangkan dalam hidupnya. Semenjak Raya tiada, memang hanya Freya yang bisa membuatnya banyak bicara, banyak mengungkapkan isi hati, dan ia bisa tertawa lepas bersama Freya. Mungkin itu sebabnya. Di mana Freya kira - kira? Jika sampai besok tidak ada kabar dari gadis itu, Archie harus langsung mencarinya. Tapi ngomong - ngomong ... kenapa Freya menghilang bersamaan dengan Athar? Ah tidak - tidak ... ini hanya pikiran liar Archie saja pasti, kan. Mana mungkin Freya sedang bersama dengan Athar. Mereka saja belum tentu saling mengenal, bukan? Dan Archie tahu Athar adalah b***k cinta Jena. Jadi, tidak mungkin Athar sedang bersama dengan Freya. *** Freya terbangun karena suara berisik di luar ruangan. Suaranya seperti ada seseorang yang berteriak kesakitan. Dan juga terdengar suara pukulan yang bertubi. Freya segera duduk. Ia mengernyit, tidak suka dengan bau tubuhnya sendiri. Ya bagaimana tidak bau, kemarin saja ia maskeran dan luluran darah Athar. Meski sudah ia coba bersihkan, tetap saja tak bisa bersih 100 % karena tidak ada air di sini. Freya mengernyit karena ia begitu ingin buang air kecil. Sejak kemarin sudah ia tahan terus. Tapi sekarang rasanya sudah tidak bisa menahan lagi. Sudah di ujung. Kalau ditahan terlalu lama, bisa - bisa ia kena batu ginjal. Freya beringsut mendekati Athar. Bisa - bisanya lelaki itu masih tertidur nyenyak, dengan situasi di luar yang begitu ribut? Lagi pula apa Athar tidak ingin buang air kecil juga seperti dirinya? "Hey, Athar ... Athar ... ayo bangun!" Freya langsung mencoba membangunkan lelaki itu. Ia tidak berani mengguncang tubuh Athar terlalu kuat. Takut masih ada bagian tubuhnya yang terasa sakit akibat perkelahian yang ia lakukan dengan Wardhana kemarin. Karena Athar tidak kunjung bangun, Freya terpaksa menambah kekuatan guncangan yang ia lakukan. "Athar ... bangun lah ... cepat!" Freya terus mengernyit karena ia benar - benar sudah tidak tahan lagi ingin buang air kecil. Athar akhirnya member respons. Lelaki itu mengernyit. Nampak kesal karena tidurnya terganggu. "Ada apa lagi, sih? Aku bahkan baru bisa tidur!" Athar benar - benar kesal karena dibangunkan. Ia tida berbohong. Ia memang baru bisa tidur. Ketika terbangun tentu saja semua rasa sakit itu kembali bisa ia rasakan. Seluruh tubuhnya sakit. Dadanya sangat sesak dan terhimpit. Athar otomatis memegangi dadanya itu. Freya mana tahu kalau Athar baru bisa tidur. Lagi pula kenapa tidak segera tidur sejak semalam. Salah sendiri menunda - nunda waktu tidur. "Apa kamu nggak denger? Itu di luar ada orang dipukuli!" Freya berusaha menjelaskan situasi pada Athar. "Sekarang jadi denger, karena kamu udah bangunin aku." Athar menjawab di sela napasnya yang terengah. Freya menatap kelakuan Athar yang tak biasa. Suaranya tidak terlalu keras. Seperti kurang tenaga. Dan lelaki itu terus memegangi dadanya. Tapi Freya tak mau ambil pusing. Namanya juga orang habis berkelahi. Kondisinya pasti tidak prima karena badannya sakit semua pasca berkelahi dengan Wardhana. "Aku kebelet pipis. Udah nggak bisa tahan lagi." Freya akhirnya mengucapkan keluhan utamanya. Ia terpaksa berterus terang pada Athar, karena hanya lelaki itu satu - satunya yang bisa ia mintai tolong saat ini. "Ya terus aku harus gimana? Kita udah coba gedor pintu sejak kemarin, minta dibukakan pintu karena kita mau kencing. Tapi kita nggak didenger sama sekali. Kalau mau silakan aja gedor - gedor pintu lagi." Athar malah mengomeli Freya. Tentu saja Freya kesal. Padahal ia harap Athar akan melakukan sesuatu. Freya sudah salah berharap pada Athar. Tentu saja. Sialan sekali. Freya pun akhirnya menuju ke pintu, berusaha menggedor - gedor seperti yang dilakukannya dengan Athar kemarin. Tapi kali ini sendirian. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD