Ingin Menonjok

894 Words
Pintu itu tiba - tiba terbuka. Freya sangat terkejut. Karena ia pikir pintu tidak akan dibuka sama sekali. Ia langsung teringat rencana yang ia susun dengan Athar. Tapi Athar berada cukup jauh dari pintu. Freya lihat Athar juga terkejut ketika tahu pintu akhirnya dibuka. "Kalian brisik sekali. Kenapa menggedor pintu terus, hah?" Ternyata yang membuka pintu itu adalah si buncit berkumis tebal. "Ngapain dibukain segala? Udah denger kan sebenarnya ada orang gedor - gedor pintu. Kok nggak Lo bukain? Padahal Lo nggak budek. Gue sumpahin budek beneran tahu rasa Lo!" Athar malah membentak - bentak si kumis tebal. Freya melotot pada Athar. Padahal ini adalah kesempatan emas seperti yang sudah mereka bicarakan. Tapi Athar malah memaki si kumis tebal perut buncit. Mana saat dipelototi Athar tidak memberikan tanggapan apa - apa. Hanya melirik Freya sekilas, kemudian mulai menatap tajam si kumis lagi. Padahal ini adalah kesempatan emas. Entah untuk kabur, atau sekadar buang air kecil. "Sudah bagus gue bukain pintunya, masih aja nggak terima. Ya udah gue tutup lagi pintunya!" Si Kumis langsung murka. Freya kini semakin melotot lebar pada Athar. Karena Athar ia terancam gagal buang air kecil. Bisa - bisa ia kencing di dalam ruangan ini. Betapa menjijikkan! "Ya udah tutup aja. Gue sama itu cewek bakal kencing sama berak di sini. Ntar Lo yang beresin semuanya." Athar menjawab murka si kumis dengan kemurkaan juga. "Dasar, tinggal bilang Lo kebelet boker aja apa susahnya, sih? Buruan keluar cepet!" Si Kumis terus menaikkan nada bicaranya. Sementara Athar menyeringai. "Lagian Lo, sih, udah denger orang gedor - gedor pintu, bukannya dibukain. Namanya gedor - gedor pasti ada sebabnya. Entah pengin kencing atau boker. Untung gue sama itu cewek masih bisa tahan dari kemarin." "Buruan keluar atau beneran gue tutup lagi pintunya." "Ya berarti Lo harus siap - siap beresin kamar ini habis itu!" Si Kumis dan Athar kembali adu mulut. Hampir adu otot pula. Untung dihentikan oleh Freya. Freya melirik Athar kesal. Dia sudah lemah karena berkelahi sejak kemarin. Tapi masih berani - beraninya menantang si kumis ini. Freya benar - benar heran dibuatnya. Sok jago sekali. Padahal lemah. "Udah ... udah .... Mau sampai kapan kalian terus berdebat perkara ngga penting. Sekarang yang terpenting adalah gue bisa kencing. Terserah sama kalian berdua, kalau masih mau berantem!" Freya sudah berdiri, bersiap untuk keluar. "Hey ... hey ... jangan buru - buru sayang." Si kumis tersenyum nakal. "Tentu meski boleh keluar, tetep nggak boleh sembarangan. Tetep harus dikawal dengan ketat dong. Ayo cepat kamu keluar, aku akan di belakang kamu." Freya menatap tajam pada si kumis, tak mau lengah. Ia kemudian benar - benar keluar dari kamar itu. Diikuti oleh si kumis. Dan Athar berjalan paling belakang. *** Di sekitar kamar yang ditempati Freya dan Athar, ternyata situasinya tidak jauh berbeda dengan di dalam. Masih gelap dan lembab. Sangat minim pencahayaan. Athar dan Freya tidak mau melewatkan kesempatan ini untuk melihat - lihat ke sekitar, supaya mereka tahu tempat ini berada di mana. Supaya nantinya saat mereka bisa kabur, mereka bisa langsung tahu harus menuju ke mana untuk menjauh dari sini, mendekat dengan arah pulang. Freya mencari - cari jejak orang yang tadi berteriak karena dipukuli. Tapi ia tidak menemukan siapa pun, kecuali orang berpakaian serba hitam, komplotan si Wardhana j*****m. Sampai di kamar mandi, Freya rasanya ingin kencing berdiri di tempat saja. Kamar mandinya sangat kotor. Seperti sudah ratusan tahun tidak dikuras. "Silakan sayang, waktu dan tempat saya persilakan." Si Kumis masih dengan senyum nakalnya, mempersilakan Freya untuk terlebih dahulu masuk. Freya bukannya segera masuk, malah berdiri di tempat. Benar - benar enggan masuk ke kamar mandi itu. Benar - benar kotor dan menjijikkan. Ia sedang membayangkan akan bertemu dengan makhluk bernama tikus, kecoak, cacing, dan teman - temannya di dalam sana. Freya tidak bisa membayangkan. Tapi karena ini adalah kondisi darurat, dengan sangat terpaksa Freya akhirnya tetap masuk. Ia akan bergegas, tidak mau terlalu lama berada di sana -- tentu saja. Sementara Athar sedang berusaha melihat keluar melalui celah kecil di jendela yang tidak tertutup korden dengan sempurna. Di sana ia melihat sebuah gedung tinggi namun usang, terbengkalai. Gedung itu bentuknya mirip dengan .... Otak Athar sedang memproses banyak data, mencari kecocokan dengan petunjuk - petunjuk yang ada. Dan Athar sudah ada gambaran. "Hey, ngapain kamu. Itu si cantik udah selesai. Buruan kalau mau kencing juga!" Si Kumis kasar sekali pada Athar. Berbeda sekali perlakuannya dengan pada Freya. Benar saja, ternyata Freya memang sudah selesai. Gadis itu berdiri di depan pintu kamar mandi dengan tampang seperti baru saja ikut reality show Feat Factor. Ketika Athar menuju pintu kamar mandi, ketika ia bersimpangan dengan Freya, ia membisikkan sesuatu. "Lihat ke celah itu. Cari apa ada tulisan 'Fearless' di bagian depan gedung." Athar mengucapkan itu dengan cepat, berharap Freya bisa mendengar itu dengan jelas. Untung saja Freya sempat mendengar itu. Athar kini berdiri di ambang pintu kamar mandi. Ia lupa ingin mengatakan sesuatu pada si kumis. "Gue bukan mau kencing ya. Gue mau berak!" Ucapannya masih dikatakan dengan nada tinggi dan ekspresi menantang. Si kumis sudah gemas ingin menonjok muka Athar. Tapi ia tahan - tahan. Freya segera menuruti permintaan Athar. Sebelumnya ia sempat bingung karena tak tahu gedung apa yang Athar maksud. Tapi matanya menangkap celah yang tak tertutup korden itu. Syukur lah ia langsung bisa melihat gedung yang dimaksud Athar. Ia mencoba meneliti ke bagian depan, apakah ada tulisan 'fearless' atau tidak. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD