Dengan Selamat

827 Words
Sesampai di kamar gelap dan lembab itu kembali, Athar dan Freya segera membicarakan persoalan rencana kabur keduanya. "Ada apa enggak tulisan 'fearless' itu?" tanya Athar sembari kembali menyandarkan badannya ke dinding. Freya duduk di sebelahnya. Meski jarak mereka tetap terpisah sekitar 1/2 meter. Merasa tidak sedekat itu untuk duduk saling menempel. Freya mengangguk. "Ada. Aku hampir nggak menemukan tulisan itu, saking lusuh dan jeleknya tulisan itu." "Syukur lah." Athar nampak lega. "Aku sudah tahu kita ada di mana." Freya mengernyit. "Oh ya? Gimana bisa? Emangnya kita ada di mana?" "Kita ada di gedung bioskop terbengkalai di daerah Medowo. Kenapa aku bisa tahu? Karena gedung yang ada tulisan Fearless itu dulunya adalah calon cafe bernuansa musik. Akan dinamai Fearless. Mereka mencari sponsor untuk meneruskan pembangunan cafe. Salah satu yang mereka datangi adalah Virendra Inc. Tapi Archie nggak ACC permohonan mereka. "Sementara perusahaan lain menjadikan Virendra Inc. sebagai acuan. Kalau Virendra memberi ACC, mereka akan ACC. Kalau tidak, mereka pun tidak akan ACC. Kamu tahu sendiri kan kalau Virendra adalah parameter, panutan perusahaan - perusahaan lain. Akibatnya pembangunan cafe itu tertunda hingga hari ini. Lihat aja, gedungnya udah mirip rumah hantu." Freya akhirnya mengerti dan percaya dengan analisis Athar. "Well, setidaknya kita sudah tahu harus kabur ke arah mana saat berhasil keluar nanti." "Tentu saja." "Tapi kamu yakin kita ada di Medowo, kan?" Freya memastikan sekali lagi. "Kalau kamu meragukan aku, silakan kamu lari ke arah yang kamu yakini, ketika kita sudah berhasil kabur nanti." "Astaga ... aku hanya tanya apa kamu yakin? Jawabannya harusnya ada dua, yakin atau tidak. Kamu malah jawab dengan pilihan C, tapi pilihan itu tidak Ada." "Terserah lah." Athar terbatuk - batuk setelah menjawab. Laki - laki itu kembali memegangi dadanya. Kembali mengernyit sakit. "Ngomong - ngomong, seseorang yang akan membersihkan kamu, datang pagi ini, kan?" "Katanya sih begitu." "Ya sudah, nanti kita manfaatkan saat dia datang." "Oke. Semoga kamu nggak hancurin lagu rencana kita. Harusnya kita bisa melakukan usaha kabur itu saat di buncit membuka pintu tadi." Athar menggeleng. "Nggak akan bisa lah." "Memangnya kenapa?" "Karena sebelum membuka pintu, pasti si kumis udah memperhitungkan segala kemungkinan. Salah satunya jika kita tiba - tiba kabur. Dia sudah mempersiapkan banyak jebakan untuk menghalangi usaha kita. Kemungkinan gagal kabur akan sangat besar. Apa lagi konsentrasi kita buyar, tidak bisa penuh karena kebelet buang hajat. Makanya sebelum kabur, kita wajib buang hajat dulu." Athar menjelaskan secara runtut dan rapi, supaya Freya langsung mengerti. Tidak buang - buang tenaganya untuk menjelaskan lagi nanti. Sayang tenaganya yang sudah meranggas. Freya hanya diam. Akhirnya mengerti bahwa keputusan Athar untuk menunda kabur memang sebuah pilihan terbaik dan tepat. Tahu bahwa Freya menganggapnya benar, Athar langsung sombong. Lelaki itu menyeringai. "Gimana? Aku benar kan?" tanya Athar setelah itu. Masih dengan senyuman penuh kesombongan. Freya hanya melirik sengit. Ia memang mengakui analisis Athar sangat hebat. Tapi jangan harap ia mau berterus terang dengan Athar. ~~~ BBLM - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Lama mereka menunggu. Freya beberapa kali terantuk - antuk karena tertidur. Sementara Athar sudah betulan tertidur. Lelaki itu meringkuk dalam posisi miring, menekuk badannya seperti seekor kucing yang sedang tidur. Freya tanpa sadar sedang memperhatikan lelaki itu. Yang ia ingat, tas Athar bilang bahwa semalam ia tidak bisa tidur. Dan baru bisa tidur di pagi hari, tapi terpaksa harus bangun lagi karena dibangunkan oleh Freya tadi. Ya wajar kalau Athar masih mengantuk dan ingin tidur lagi. Freya harap seseorang yang dikirim Wardhana untuk membersihkan segera datang. Sehingga mereka akan bisa lebih cepat kabur. Freya memperhatikan raut wajah Athar sekali lagi. Lelaki itu memang nampak pucat, atau hanya pengaruh minimnya cahaya saja? Tapi ya wajar juga kalau ia pucat. Mengingat kemarin lelaki itu kehilangan banyak darah. Dan lagi ... baik ia atau pun Athar, belum memakan ataupun meminum apa pun sejak kemarin. Penjahat itu memang kejam. *** Athar sebenarnya tidak tidur. Laki - laki itu hanya memejamkan matanya. Berusaha tidur. Namun selalu gagal sejak tadi. Ia berbaring dalam posisi meringkuk miring, untuk mudah meremas dadanya sendiri. Semakin sakit rasanya. Ia benar - benar butuh obatnya sekarang. Ia benar - benar bodoh kenapa tidak meletakkan obat itu di dalam saku saja. Kenapa malah ia letakan di mobil? Kalau sudah begini, ia bisa mati. Padahal ia masih punya banyak hal yang belum dilakukan. Rencana - rencananya masih membutuhkan dirinya untuk bisa berjalan dan menjadi realita. Kalau ia mati di sini, pasti Siska dan Brama akan sangat sedih. Kasihan mereka. Bagaimana dengan Jena? Siapa yang akan menaruh perhatian penuh pada gadis itu kalau bukan Athar? Sementara Athar tahu, Jena bukan tipe orang yang muda bergaul dengan laki - laki. Ia hanya mencintai Archie sejauh ini, dan memiliki Athar sebagai seseorang yang mencintainya. Siska dan Brama sudah pasti sedang mencarinya sekarang. Tapi bagaimana dengan Jena? Apakah Jena mencarinya juga? Atau Jena hanya bersikap biasa saja, seakan tidak terjadi apa - apa? Padahal Athar sudah menghilang selama 24 jam. Athar berusaha mengatur napasnya, berusaha menahan rasa sakit yang menghimpit dadanya. Berharap ia bisa melewati hari ini dengan selamat. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD