Lebih Baik

835 Words
Rapat dimulai agak siang hari ini karena pimpinan mereka terlambat datang. Beberapa di antaranya merasa kesal. Karena bagi mereka, waktu adalah uang. Tapi karena Archie jarang terlambat, atau bahkan bisa dibilang, belum pernah terlambat sebelumnya. Ia pun secara otomatis mendapatkan maaf. Archie segera memulai rapat hari ini. Seperti biasa, ia berdiri di depan layar proyektor untuk menjelaskan materi dalam power point. "Sebelum saya melanjutkan dapat kita kemarin, sebelumnya saya ingin minta maaf yang sebesar - besarnya karena hari ini terlambat datang. Dan saya juga ingin mengenalkan seseorang. Mungkin beberapa dari kalian sudah tahu dia siapa. Seseorang itu ada di sana." Archie mengarahkan tangan kanannya di tempat Athar sedang duduk. Athar pun segera berdiri, memberikan senyum terbaik pada semua orang dalam meeting room ini. Ia nampak berwibawa dan karismatik. Berbeda sekali dengan sifat Athar yang sebenarnya. "Dia adalah Athar, adik saya. Dia juga merupakan calon CEO Virendra Inc. Dia akan memegang salah satu cabang Virendra Inc. nantinya. Saya membawa dia hari ini, selain agar kalian mengenalnya, juga untuk memberi gambaran pada adik saya tentang salah satu tugasnya di masa depan." Archie menjelaskan dengan perlahan, namun tegas dan tertata, sehingga bisa dengan mudah dipahami semua orang. "Silakan sampaikan sepatah dua patah kata, Adikku." Archie mempersilakan sang adik. Hal itu terasa janggal di telinga Athar sebenarnya. Karena seumur - umur Archie belum pernah bersikap semanis ini padanya. Ya, tentu saja karena ada orang banyak di sini. Masalah internal keluarga mereka tentu tidak boleh terbongkar bagi khalayak umum. Athar membungkuk pada para audiens. Ia pun mempertahankan senyum dan wibawanya. "Salam kenal semua. Saya Athar. Senang bertemu dengan kalian semua. Saat ini saya masih menjalani masa pembelajaran demi bisa menjadi pemimpin yang sebaik kakak saya, supaya bisa mempertahankan Virendra Inc. Dan bahkan membuat perusahaan kita ini menjadi jauh lebih maju. Semoga ke depannya kita bisa saling bekerja sama dengan baik." Athar kembali membungkuk mengakhiri sesi perkenalannya. Kemudian sambutan yang meriah diberikan oleh semua peserta rapat. Mereka bertepuk dan bersorak - Sorai menyambut kedatangan calon CEO baru. Itu lah enaknya terlahir di keluarga kaya raya, yang memiliki bisnis perusahaan yang sudah besar. Masih muda - muda sudah menjadi pimpinan. Benar - benar hebat. Nyatanya akting Archie dan Athar cukup baik. Semua orang menganggap keduanya adalah kakak adik yang kompak. Padahal sebenarnya .... Karena sesi perkenalan sudah selesai, Archie pun kembali mengambil alih rapat, tepatnya setelah moderator mempersilakannya untuk segera memulai rapat hari ini. *** Freya turun dari taksi online yang mengantarkan dirinya dari hotel Halim, menuju hotel Hexagon. Ia berlari turun dari mobil setelah membayar taksinya. Ia bergegas menuju ke meeting room. Sampai di depan pintu meeting room, ia disambut oleh salah satu seniornya di bank. "Freya ... astaga ... kok bisa baru Dateng, sih?" Ia mengomeli Freya." "Sorry banget, Kak Frans. Aku barusan kena musibah." "Hah, musibah apa?" "Kemarin hp aku ketinggalan di taksi online. Aku jadi ribet banget lacak di mana keberadaan hp - nya. Untung ketemu. Kalau sampai nggak ketemu kan berabe. Banyak data penting di sana." "Astaga ... ada - ada aja sih Freya. Ya udah, kamu masuk aja langsung. Biar nanti aku yang jelasin ke pimpinan. Saat ini beliau lagi mimpin materi. Buruan masuk sebelum kamu beneran dicoret dari daftar karyawan naik jabatan." "Oke ... oke ... aku masuk sekarang. Makasih ya Kak Frans." "Oke, oke ...." Freya membuka meeting room perlahan. Ia harus bertahan menahan malu ketika ia langsung menjad pusat perhatian semua orang. Bahkan pimpinan yang kini sedang memberi materi juga menatap ke arahnya dengan tatapan mengintimidasi. Freya hanya menunduk, mempertahankan image baik dan sopan santunnya. Ia hanya segera duduk di kursi terdekat. Sejenak setelah suasana kembali mencair, Baru lah Freya memberanikan diri untuk melihat ponsel. Ia hanya ingin memastikan bahwa ponselnya aman - aman saja setelah dibawa oleh Athar. Freya membuka kunci utama. Kata kunci masih sama, tidak ada perubahan. Ia kemudian memeriksa semua daftar riwayat chat. Semua juga masih sama, tidak ada pesan yang dihapus. Bahkan pesan - pesan baru yang ada, belum ada yang terbuka. Freya lega, tapi tetap curiga. Meski semuanya masih sama, tapi Freya yakin, tidak mungkin Athar tidak melakukan apa pun pada ponselnya. Athar hanya tidak mau meninggalkan jejak saja. Ketika Freya masih menerka - nerka apa yang kira - kira dilakukan Athar, tiba - tiba ada sebuah pesan masuk. 'Bagaimana bisa jam segini online? Bukannya masih training? Mau saya laporkan ke pimpinan kamu, karena sembarang main hp di tengah training?' Freya membaca pesan itu dengan rasa dongkol berlebihan di d**a. Ini pasti si Athar itu kan? Dia sebenarnya mau apa, sih? Katanya ia tidak masalah jika kakaknya ia sakiti, mengingat hubungan mereka tidak baik sama lain. Tapi kenapa Athar masih terus mengganggu Freya. Lagi pula si Athar itu, kenapa suka sekali mengadu. Yang katanya mau mengadu pada Archie tentang kedoknya. Eh, Sekarang ia juga akan diadukan pada pimpinannya. Benar - benar menyebalkan. Freya memutuskan untuk tidak menggapai chat dari Athar. Ia ingin segera fokus pada materi. Karena tak ingin ketahuan sedang bermain ponsel. Orang seperti Athar akan semakin menjadi jika diladeni. Jadi lebih baik didiamkan saja. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD