Baju Kesayangan

1131 Words
"Habisnya kita udah jarang ketemu kan beberapa tahun ini, Ar." Suara itu, suara Jena. Seketika Freya bisa kembali bernapas lega. Jena telah membuatnya selamat dari rasa khawatir dan takut akan ketahuan. Ia menatap Jena dengan penuh rasa terima kasih. Jika hanya mengangguk kecil, memberi tanda oke dengan gestur tangannya. Sebenernya Jena juga hanya ingin mengetes hatinya sekali lagi. Apakah ia benar - benar sudah tidak ada rasa pada Archie sama sekali. Atau masih ada sedikit rasa yang tersisa? Jika ada, pasti akan ada rasa tak nyaman dalam hatinya. Karena beberapa tahun terakhir, sebab dirinya tidak sering bertemu pada Archie ... adalah karena cemburu. Tentu saja, siapa yang tidak cemburu. Ketika laki - laki yang kamu cintai, justru berpacaran dengan sahabat kamu sendiri. Itu sangat menyakitkan. Hubungannya dengan Raya juga sempat renggang waktu itu. Tentu saja. Raya dan Jena bersahabat. Pasti lah Raya tahu bahwa Jena menyukai Archie. Tapi Jena memutuskan untuk merelakan. Apa yang bisa ia lakukan kecuali membiarkan kedua sahabatnya berbahagia dengan hubungan percintaan mereka? Makanya Jena memutuskan untuk menghindar. Membiarkan mereka nyaman. Juga untuk menjaga hatinya sendiri dari pukulan rasa sakit. Di saat itu, hanya Athar lah yang selalu bersamanya. Athar lah yang telah menyembuhkan hatinya. Athar yang kini telah membuatnya jatuh cinta. Jena sudah tak sabar. Biasanya Athar akan menyatakan cinta padanya secara berkala. Jena sudah berencana, ketika Athar melakukannya nanti, ia akan membalas dengan ungkapan perasaannya pada Athar. Pasti itu akan jadi saat yang paling membahagiakan. "Iya, kamu udah jarang ketemu sama Jena beberapa tahun ini, Ar." Freya menimpali. Supaya membuat Archie semakin yakin. Archie pun mengangguk. "Ya, emang bener sih. Kita harus mulai sering ketemu lagi kaya dulu, Jen. Biar sama - sama tahu kabar," lanjutnya. "Ide bagus." Jena memberikan dua jempol. "Ya udah sih, tolong bantu Freya cari baju terbaik, ya. Kasih yang paling cantik, biar dia makin cantik juga." Archie dulu juga sempat sering menghindar dari Jena karena ia tidak ingin Jena semakin sakit hati karena hubungannya dengan Raya. Tapi setelah melihat perkembangan Jena, kini wanita itu sudah baik - baik saja. Lukanya telah sembuh. Bahkan Archie pikir Jena kini sudah menjadi kekasih Athar. Mengingat mereka sangat sering terlihat bersama - sama. "Okay. Ayo, Frey. Ikut aku." "Okay, Jen." Dua wanita itu kemudian berlalu meninggalkan Archie. Ketika berada sudah jauh, baru lah Freya dan Jena saling mengungkapkan rasa lega masing - masing. "Ya ampun Jen ... makasih banget ya. Kamu udah nyelametin aku." Freya mengungkapkan rasa terima kasihnya yang begitu besar. "Aku nggak tahu deh gimana jadinya kalau kamu tadi nggak tiba - tiba jawab." Jena terkikik. "Aku lagi kebetulan dapet Ilham aja, Frey. Aku seneng bisa bantu." Jena kini baru memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Freya. Ia baru memperhatikan karena sejak tadi ia salah fokus pada make up flawless yang menempel dengan sempurna di wajah Freya. Juga ikut konsentrasi berpikir untuk menjawab pertanyaan Archie. Baju itu ... mirip sekali seperti baju yang ditawarkan oleh Athar padanya ketika berada di Pare kemarin. Saat mereka jalan - jalan, Athar tiba - tiba ingin Jena menggunakan pakaian itu. Tapi Jena menolak. Karena pakaian seperti itu bukan Seleranya. Jena kini terbawa perasaan. Kemarin bukannya Freya ada di Pare juga? Tapi Jena tidak mau percaya dengan pikiran liarnya. Pasti lah Freya membeli baju itu sendiri. Atau Archie yang membelikannya. Saat di Pare Freya juga pasti bersama Archie terus. Mana Archie rela membiarkan Freya keluar sendiri. Apa lagi sampai bertemu dengan Athar? Benar - benar tidak mungkin. Pilihan Jena jatuh pada sebuah dress pesta dengan potongan tanpa lengan, namun gaun itu panjang menjulur sampai mata kaki. "Gimana kalau ini, Frey? Archie pasti akan suka nanti." Jena segera menawarkan pilihannya itu pada Freya. "Freya sebenarnya sangat suka dengan desain gaun itu. Tapi begitu tahu gaun itu tidak memiliki lengan, Freya jadi ragu. Saat ini ia memang akan selalu teringat dengan petuah Athar setiap kali ingin berpakaian dengan kurang sopan. "Ada model yang mirip, tapi ada lengannya, nggak, Jen? Dan yang ketutup bagian dadanya?" Freya coba bertanya. "Ada sih Frey. Tapi untuk make up dan gaya rambut kamu saat ini, aku rasa gaun ini lah yang paling cocok. Nih, kamu coba dulu aja, Frey." "T - tapi, Jen ...." "Udah ... coba aja dulu, ya." Jena sedikit mendorong Freya supaya cepat masuk ke ruang ganti dan membawa gaun itu. Freya masih tetap takut dan ragu. Tapi ia tidak memiliki kesempatan untuk menolak sama sekali Ia pun terpaksa mencoba gaun itu. Selesai berganti baju, ia segera keluar dari ruang ganti. Ia menutupi belahan dadanya ketika keluar. Terbiasa menggunakan pakaian sedikit lebih tertutup akhir - akhir ini, menjadikan Freya tidak nyaman kembali berpakaian terbuka seperti ini. "Woah Frey ... you look so beautiful." Jena memberikan pujian dengan tulus. Freya hanya tersenyum. "Ini bagus banget, Frey. Tapi aku merasa kurang nyaman. Karena terlalu terbuka." Freya bicara jujur. "Astaga Frey ... tapi ini cocok banget buat kamu. Archie pasti bahagia banget lihat kamu pakai gaun ini." "Iya, tapi aku kurang nyaman Jen." Freya sebenarnya tidak habis pikir dengan pemikiran Jena. Pikirnya Jena itu sempurna. Tapi ternyata tidak. Ya, ia hanya menjalankan profesinya sebagai seorang desainer. Dan memang memberi Freya gaun yang paling cocok untuknya. Tapi ... tetap saja Freya merasa tidak nyaman. "Udah, ayo ... kita kasih lihat Archie dulu. Kalau dia setuju kamu pakai gaun ini, kita bisa apa? Kan kamu berpenampilan cantik juga untuk dia, kan?" Jena tersenyum penuh arti. Freya hanya bisa membalas dengan senyuman hambar. Ia pasrah ditarik oleh Jena untuk kembali pada tempat Archie berada. Dan seketika lelaki itu kembali terdiam, seakan kehabisan kata - kata seperti sebelumnya. Betapa cantiknya Freya. Begitu cantik. Terlalu cantik. "Astaga ... si Archie sampai bengong begitu." Jena menggoda sahabatnya itu. Archie kemudian tersenyum. Ia memang dibuat terkesima oleh betapa besar damage dari kecantikan seorang Freya malam ini. "Kamu emang yang terbaik, Jen. Ya ... udah ini aja. Nggak udah ganti lagi." Tentu Archie langsung setuju dengan pilihan Jena ini. Dan itu membuat Freya merasa kurang senang. Ia harap Archie memintanya untuk memilih yang lebih tertutup. Tapi ternyata tidak. Padahal belahan d**a Freya terlihat begini. Apa ia tidak sayang ketika tubuh Freya menjadi konsumsi publik nanti? Di mana seharusnya hanya Archie saja yang bisa melihatnya. "Sekalian pilihin sepatu yang bagus, ya, Jen." "Oke, Ar." Jena langsung menyanggupi. "Ukuran sepatu kamu berapa, Frey?" tanyanya pada Freya. "Aku ukuran 38, Jen," jawab Freya segera, masih dengan raut murung. "Oh, okay. Akan aku ambilkan beberapa untuk dipilih yang terbaik." "Uhm ... Jena ...." Freya memanggil Jena lagi. "Iya?" "Baju aku tadi ketinggalan di ruang ganti. Tolong disimpan ya nanti." Archie heran sebenarnya. Begitu juga Jena. Padahal baju tadi hanya stelan murahan menurut mereka. Tapi sepertinya itu sangat berharga bagi Freya. Menimbulkan sedikit curiga. Apa itu pemberian orang yang berarti untuknya? Tapi keduanya tak ingin menduga tanpa bukti. Hanya menganggap, mungkin itu baju kesayangan Freya, karena nyaman digunakan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD