bc

Akhir Sebuah DUSTA

book_age18+
90
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
HE
friends to lovers
kickass heroine
heir/heiress
tragedy
mystery
loser
harem
like
intro-logo
Blurb

Ketika dua hati disatukan atas dasar kebohongan hanya menghasilkan duka lara. Terjebak dalam masa lalu mengantarkan masa depan kian runyam.Permata tidak menyangka jika pria dicintainya di masa sekolah yang juga pernah menjadikannya bahan taruhan berubah ketika masa depan menerjang.Kenzie, pria yang dulu menawarkan dusta kini berubah saat mereka beranjak dewasa.Kejinya di balik dusta menghadirkan perubahan baru pada diri keduanya.Mampukah cinta mereka berlabuh lagi di atas kejadian-kejadian tak diharapkan datang menerjang? Apa yang terjadi setelah dusta dilayangkan?

chap-preview
Free preview
PERNYATAAN
“Aku menyukaimu." “Eh!” Dua kata berjuta makna terlontar begitu mudah dari mulut seorang pemuda berparas tampan bak pangeran di dunia dongeng. Semilir angin menyapu wajah seputih salju mengantarkan rona merah di pipi. Gadis cantik yang tengah berdiri di hadapannya melebarkan netra cokelatnya sempurna. Mulut kemerahan itu sedikit terbuka kala mendengar penuturan tersebut. Tidak ada yang salah dengan sebuah perasaan, tapi apa harus ia? Sang gadis berpikir jika ada yang salah dengan situasi yang tengah mereka alami. Kepala bulat bersurai hitam lembut itu menoleh ke segala penjuru. Namun, tidak ada siapa pun selain mereka berdua. Seketika iris bulatnya kembali menoleh ke sang lawan bicara. Dengan ragu ia menunjuk dirinya sendiri. “A-aku?” gugupnya masih tidak percaya. Tanpa ragu pemuda itu pun mengangguk yakin. Seketika degup jantung sosok berparas manis pun bertalu kencang. Beberapa kali ia menggeleng dan menepuk kedua pipi mencoba membangkitkan kesadaran atas apa yang kini sedang menimpa. “Ini bukan mimpi,” benaknya tersadar. “Permata, aku benar-benar menyukaimu.” Bersamaan dengan itu salju di awal tahun berjatuhan. Benda putih perlahan mendarat di kedua insan yang tengah saling berhadapan. Rasa dingin membasuh kehangatan yang tiba-tiba saja datang menerpa. Permata Nafisha, gadis berlandang di bawah mata, berwajah cantik bak seorang putri membeku di tempat. Udara dingin membantunya mematung tidak berdaya, atas ungkapan perasaan satu sosok menawan di hadapannya saat ini. “Permata Nafisha.” Panggil pemuda itu lagi. “A-ah, apa kamu sedang bercanda Kenzie?” Kenzie Pratama, pemuda yang berasal dari keluarga berada itu pun menggeleng kuat. Ia sedang tidak bercanda dengan ucapannya. Namun, tetap saja kata-kata yang keluar dari mulut menawan tersebut membuat Permata bungkam seribu bahasa. “Jangan main-main dengan perasaan Kenzie, aku tahu kamu sedang bercanda sekarang. Bagaimana mungkin seorang Kenzie Pratama dari keluarga terpandang menyukaiku? Aku hanya anak dari seorang pelayan, ingat? Jangan bercanda, terlebih kita tidak berasal dari dunia yang sama,” ucap Permata menggebu mencoba menyadarkan kembali akal sehat tuan muda di hadapannya ini. Namun, lagi-lagi Kenzie menggeleng cepat dengan sorot mata serius menatap sang lawan bicara nyalang. Permata seketika terperangah kala melihat ekspresi itu dari pemuda menjadi primadona sekolah. “Apa aku terlihat main-main bagimu? Perasaan itu bisa datang pada siapa saja. Aku tidak pernah se-bercanda itu untuk sebuah perasaan.” Permata menelan saliva kuat-kuat, masih tidak menyangka mendengar penuturan tersebut dari pemuda populer seperti Kenzie. Hampir semua siswi dari sekolah menengah atas menyukainya. Lantas kenapa ia yang menjadi pelabuhan Kenzie Pratama? Permata tidak habis pikir bagaimana cara berpikir teman sekelasnya ini. “Bagaimana? Apa kamu mau menjadi kekasihku?” Pertanyaan lain semakin mengejutkan Permata. Ia tidak kepikiran untuk menjalin sebuah hubungan dengan siapa pun. Ia hanya ingin fokus belajar dan membuat ibunya bangga. Hubungan sebelum ia mendapatkan kesuksesan hanya menimbulkan sebuah masalah, itulah yang tengah Permata pikirkan. Setiap hari, setiap saat hanya ada belajar dan belajar dalam kamus hidupnya. Cinta, jauh dari pikiran gadis manis tersebut. Ia ingin menjadi seseorang yang bisa membahagiakan sang ibu, tidak lebih dari itu. “Tapi Kenzie, aku-“ “Aku tidak menerima penolakan.” “Eh! Tunggu dulu, bagaimana bisa seperti itu? Aku berhak menentukan apa yang menjadi keputusanku,” tegas Permata menimbulkan kepalan kuat di kedua tangan Kenzie. “Apa kamu tidak pernah menghargai perasaan orang lain? Apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana rasa malunya mengungkapkan sebuah perasaan pada orang yang kita cintai? Aku mengorbankan semuanya hanya untuk mengatakan perasaanku padamu. Apa kamu tidak menghargai itu?” Baru kali ini Permata mendengar Kenzie banyak bicara tidak seperti biasanya. Seketika rasa bersalah menyelimutinya begitu saja. Permata terdiam beberapa saat melihat wajah kemerahan Kenzie. Ia sadar jika memang tidak mudah menyatakan cinta pada orang yang disuka. Butuh keberanian dan perjuangan yang tidak mudah. Seperti mengorbankan semuanya untuk mendapatkan sebuah pengakuan. Jari jemari lentiknya mengepal kuat saat melihat guratan ketakutan di wajah tampan itu. Ia pun berkata, “aku menghargai perasaanmu, dan terima kasih karena sudah menyukaiku. Aku tahu butuh keberanian untuk mengatakannya. Aku-“ “Kamu menerimaku kan?” tanya Kenzie antusias dengan penuh antusias. Tidak mungkin Permata mengatakan tidak kala menatap binar di kedua matanya. Seperti seekor anak kucing yang minta dipungut setelah dibuang oleh majikannya, hati gadis itu pun bergetar melihat ekspresinya. Satu anggukan menjawab semuanya, “aku pikir kita bisa menjalaninya terlebih dahulu-“ Sebelum menyelesaikan ucapannya, lagi-lagi Kenzie memotongnya begitu saja. Kali ini ia melemparkan dirinya memeluk tubuh ramping tersebut. Permata membulatkan kedua mata sempurna. Jantungnya bertalu kencang mengantarkan kehangatan dalam diri. Senyum simpul timbul mengantarkan perasaan tak biasa. Kepala bulat itu pun mendongak melihat langit kelabu sore ini. Salju masih turun menemani keberasamaan. Bisa ia rasakan seseorang dalam pelukannya bergetar. Entah ia menangis atau menahan tawa karena bahagia? Permata tidak mengetahuinya dan hanya membiarkannya saja. “Baru kali ini aku menerima pernyataan cinta dari seseorang. Terlebih dari Kenzie Pratama? Pemuda yang dikagumi di sekolah? Apa aku sedang bermimpi? Apa dunia sebentar lagi akan runtuh? Bagaimana mungkin? Aku masih tidak percaya ini, tapi yah sudahlah jalani saja,” benaknya, gamang. Tanpa sadar kedua tangan kecil Permata terulur lalu membalas pelukan seorang Kenzie. Di balik punggungnya pemuda itu tersenyum penuh makna. Ia tidak menyangka Permata bisa menerimanya begitu saja. Untuk sesaat mereka hanyut dalam hangat suhu tubuh masing-masing. Taman belakang sekolah menjadi saksi bisu bagaimana pernyataan cinta seorang Kenzie, pangeran sekolah terucap untuk seseorang. Tercatat dalam sejarah hidup, jika Permata pun menerimanya begitu saja. Kata orang cinta memang buta dan mematikan, sampai tidak menyadari jika sepasang mata mengawasi keduanya sedari tadi. Satu foto berhasil didapatkan, seseorang itu pun menyeringai penuh makna dan menghilang bersama angin musim dingin berhembus. Satu catatan baru ditulis dalam buku perjalanan seorang Permata. Gadis pemilik lesung pipi itu kini memiliki seseorang yang menyukainya. Ia pikir akan menghabiskan sisa remajanya dengan terus belajar dan membosankan. Namun, siapa sangka sang tuan muda Kenzie tiba-tiba saja menyatakan perasaan. Entah mimpi apa yang ia alami semalam mendapatkan pengakuan dari pemuda tampan ini. Bahkan sekarang Kenzie tengah memeluknya dengan erat seperti enggan kehilangan. Senyum manis pun terpendar di wajah cantiknya, Permata hanyalah remaja naif yang memiliki tenggang rasa sangat besar. Ia tidak bisa berkata tidak pada seseorang yang meminta bantuan padanya. Apalagi pada seseorang yang memberanikan diri mengatakan perasaan. “Memang baru kali ini aku mendapatkan sebuah pengakuan seperti ini. Rasanya begitu mendebarkan, seperti naik wahana permainan semuanya campur aduk. Aku tidak bisa menolak Kenzie, karena takut menyakitinya. Aku tidak bisa mengecewakan tuan muda ini, bukan? Sebagaimana Kenzie yang memberikan perasaannya padaku... aku juga akan mencoba memberikan perasaan itu padanya. Entah bagaimana akhirnya nanti, jalani saja. Kamu pasti bisa, Permata,” monolognya dalam diam.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.6K
bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.0K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Desahan Sang Biduan

read
53.8K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook