3

932 Words
Ketika aku tidur merasakan ada yang menciumi wajahku berkali-kali saat aku membuka mata ternyata Yudi yang menciumi seluruh wajahku dengan segera aku menatap sekitar mencari jam yang terpasang namun nihil karena terlalu gelap "Jam berapa ini?" tanyaku menatap Yudi Yudi tersenyum "jam 1 pagi" "Sudah selesai?" tanyaku membelai wajahnya yang terlihat lelah "Belum total tapi aku pulang ingin ketemu kamu sebelum berangkat keluar kota" jawab Yudi Aku tersenyum "hanya keluar kota sayang" Yudi mencium bibirku lembut yang dengan senang hati aku menerima ciuman ini karena dari pagi aku belum merasakan bibir Yudi, Yudi menatapku setelah ciuman kami aku yang paham segera mengangguk. Aku membuka pakaian tidur hingga telanjang begitupun juga dengan Yudi Ciuman Yudi dimulai dari bibirku lalu turun ke leher selanjutnya Yudi memberikan gerakan memutar pada bukit kembarku yang sudah tegang semenjak tadi Yudi menciumi wajahku, tangan Yudi tidak tinggal diam dengan jarinya yang berada di bibir bagian bawahku memberikan gerakan berputar sekitar bagian bawahku. Ciuman Yudi turun hingga ke perut dan sekarang tepat berada di milikku, dengan perlahan Yudi memberikan gerakan memutar disekitarnya yang membuatku mencengkram rambut Yudi. Jari tangannya membuka milikku dimana aku merasakan lidah Yudi masuk kedalam diikuti satu jari masuk kedalam Cengkraman di rambut Yudi semakin keras atas perlakuan yang dia berikan, Yudi menambah jumlah jarinya dengan gerakan perlahan Yudi memaju mundurkan jarinya. Yudi naik keatas untuk menciumku dengan tangan yang masih berada di dalam dengan senang hati aku menerima ciuman Yudi. Yudi melepaskan ciuman kami dengan segera membalikkan posisiku dengan menungging aku yang paham dengan keinginan Yudi dengan segera mencari posisi yang nyaman tanpa menunggu Yudi langsung memasukkan miliknya kedalam secara pelan. Gerakan perlahan Yudi lakukan sambil tangannya meremas bukit kembarku dan memberikan cubitan kecil membuatku semakin cepat menggoyangkan bagian bawah dengan sekali-sekali Yudi menamparnya dan juga mencium punggungku "Sayang aku mau keluar" teriakku "Bersama" ucap Yudi dengan mendesah Tidak berapa lama aku merasakan sesuatu yang keluar dari milik Yudi diikuti aku yang mengeluarkan cairan, tembakan cairan dari milik Yudi aku rasakan berkali-kali dan terasa hangat "Makasih sayang sudah mengabulkan permintaanku" sambil meletakkan bantal diatas b****g lalu Yudi mencium perutku dengan berdoa semoga akan hadir buah cinta kita "istirahatlah nanti aku bangunkan dan selama beberapa hari kamu dinas luar aku sendirian" menarikku masuk kedalam pelukan Ketika aku bangun Yudi masih tidur dengan nyenyak secara perlahan aku bangun dan dengan segera membersihkan badan yang lengket setelah kegiatan panas. Aku ke dapur membuat sarapan, setelah dirasa sudah siap aku masuk kedalam untuk membangunkan Yudi "Udah mau berangkat" ucap Yudi dengan suara khas orang bangun tidur Aku menggelengkan kepala "sarapan dulu" Yudi dengan segera masuk kamar mandi, aku hanya bisa menatap lalu dengan segera menata ranjang dan menyiapkan baju Yudi untuk kerja hari ini. Koper aku bawa keluar agar nanti bisa langsung dibawa Yudi kedalam mobil. Yudi dengan cepat menuju meja makan dan sarapan bersama, aku memastikan keadaan rumah sebelum keluar meninggalkan Yudi dirumah sendirian "Langsung berangkat?" tanya Yudi ketika kami sampai kantor "Sepertinya begitu" jawabku "hati-hati" aku mendekat dan mencium bibir Yudi dengan lembut "Kabari jika sudah sampai" setelah melepaskan ciuman kami Ketika aku sudah di lobby dengan membawa koper Vian datang menghampiriku agar segera bersiap, aku meminta beberapa menit untuk bertemu Rara membicarakan mengenai pekerjaan. Setelah selesai di lobby Galih sudah duduk dengan tenang sambil memainkan ponselnya aku mendatanginya dengan segera kami melangkah kedalam mobil yang biasanya digunakan kami anak marketing atau karyawan lain "Kamu selalu terlihat cantik" ucap Galih menatapku dengan memuja "Jangan macam-macam, pak" ucapku sambil menahan d**a Galih "Kamu selalu jual mahal dan terlalu setia sama suami kamu itu" ejek Galih "Bapak sudah ada istri dan anak loh" ucapku "Mereka gak ada disini dan selama disana kamu yang menemaniku" ucap Galih santai "siapkan tenagamu nanti" sambil mengedipkan mata Seketika aku menyesal ikut serta dalam agenda ini hanya karena faktor pekerjaan aku mengikuti kemana Galih berada, yang membuatku semakin curiga adalah tidak adanya Vian diantara kita "Pak Vian gak ikut, pak?" tanyaku menatap Vian yang masuk kembali kedalam mobil "Dia mengurus yang ada disini sedangkan disana ada dirimu yang membantu" jawab Galih "membantu bahkan untuk saling menghangatkan" bisik Galih membuatku langsung menatap dirinya tajam Galih meninggalkanku dengan segera aku mengikuti langkahnya, ketika sudah berada diruang tunggu tangan Galih selalu menggenggam tanganku berkali-kali aku lepaskan tetap saja digenggam dengan terpaksa aku membiarkan "Ketemu klien baru nanti malam jadi kita istirahat saja dulu" ucap Galih ketika kami akan menuju ke hotel "nanti kita di restoran terlebih dahulu" Aku hanya bisa mengikuti langkah Galih dengan segera kami memilih makanan, Galih makan dengan sangat banyak seakan belum makan dari kemarin tapi aku mencoba tidak peduli atas yang dilakukan Galih "Bapak belum makan?" tanyaku penasaran dan seketika merutuki kebodohanku waktu melihat wajah Galih "Sudah tapi ini untuk tenaga di kamar nanti" jawab Galih santai "Tenaga apa?" tanyaku bingung Galih menatapku "tenaga untuk olahraga diranjang" lalu mengedipkan mata "Bapak jangan aneh-aneh ya" ancamku namun Galih seakan tidak peduli Ketika sudah waktunya checkin dengan segera Galih menarik pinggangku untuk berjalan disisinya, aku sama sekali tidak bisa memberontak karena cengkraman di pinggangku "Kamarnya hanya satu?" tanyaku menatap Galih tidak percaya "Maaf kami lagi bertengkar dia ingin pisah kamar tapi saya gak mau" jelas Galih pada pegawai hotel yang menatap kami "jangan aneh-aneh" bisik Galih sambil mencengkram pinggangku Aku menahan rasa sakit atas cengkraman jemari Galih pada pinggangku, aku tahu apa yang akan aku hadapi sebentar lagi dimana aku harus mau melakukan apapun atas permintaan Galih nanti dikamar atau dengan klien. Aku ingat klien kita kali ini adalah pria yang sudah hidup dengan banyak perusahaan jadi aku yakin jika kami tidak akan melakukan hal lebih atau kalaupun terjadi seuatu itu pasti antara kami berdua
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD