CHAPTER 4 BONEKA BERHANTU (PART 4)

2536 Words
Kuceritakan semua yang kulihat tadi pada Flinn dan Roy. Entah apa yang akan dilakukan oleh mereka setelah ini, yang pasti tiba-tiba saja Flinn pergi menemui majikanku dan bertanya banyak hal tentang pemilik awal rumah ini.  Berdasarkan cerita dari majikanku, rupanya rumah ini mereka beli sekitar dua tahun yang lalu dari salah satu teman mereka. Mereka menjual rumah ini setelah kehilangan putri mereka. Putri kecil mereka yang baru berusia 8 tahun diculik dan belum kembali sampai detik ini meskipun mereka sudah memberi uang tebusan seperti yang diminta oleh penculiknya. Mendengar cerita majikanku itu, aku merasa ada kejanggalan. Dari ingatan yang diperlihatkan hantu Hany padaku, seharusnya dia sudah meninggal karena dibunuh. Aku tidak mungkin salah lihat, kejadian pembunuhan itu terjadi di rumah ini bahkan tulang belulangnya dikubur di tembok kamarku. Bukankah yang diperlihatkan hantu Hany dan cerita majikanku ini sangat berbeda? Tapi, jika melihat kenyataan Hany sudah menjadi hantu gentayangan, aku yakin ingatan yang diperlihatkan hantu Hanylah yang benar. Yang jadi pertanyaannya, siapakah dua orang yang dengan kejamnya telah menyiksa, membunuh bahkan memakan daging Hany layaknya canibal?  “Bisa Anda temani kami menemui pemilik lama rumah ini?” Flinn yang menanyakan ini, membuatku terbelalak mendengarnya. Apa yang dia rencanakan?  Papa Lucy mengiyakan permintaan Flinn dan mereka pun tengah bersiap-siap untuk berangkat.  “Hai, kau, cepat naik ke mobil.” ucap Flinn yang membuatku membeku di tempat. Apa maksudnya aku harus ikut dengan mereka? Sebenarnya aku sama sekali tidak berniat untuk ikut dengan mereka. Aku hanya ingin tetap berada di dalam rumah, memastikan hantu Hany tidak akan berulah lagi dengan menyakiti Lucy. Sebenarnya dia masih merasuki tubuh mungil Lucy saat ini.  “Maksudmu aku harus ikut?” “Ya.” jawabnya singkat. “Tapi aku ingin menemani Lucy, aku takut hantu itu akan menyakitinya lagi.” “Hanya kau yang tahu cerita sebenarnya, tentu saja kau harus ikut.” “Tapi ....” “Itu pun jika kau ingin hantu itu segera keluar dari tubuh anak malang itu.” Untuk kesekian kalinya dia memotong ucapanku. Tapi kurasa yang dikatakannya memang benar adanya. Aku pun tak bersuara lagi dan memilih untuk menuruti perkataannya.  Dengan menggunakan mobil majikanku ... aku, Flinn, Roy dan papa Lucy tentunya pergi menuju ke rumah pemilik lama rumah mewah ini.  Membutuhkan waktu sekitar 1 jam hingga akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Ketika kami memasuki rumah itu, aku tertegun menatap ke arah seorang wanita yang terlihat tidak bersemangat. Dia hanya duduk diam di sebuah kursi, tidak mengeluarkan suara sedikit pun dan tatapannya terlihat kosong. Rupanya wanita itu adalah ibunya Hany, dia mengalami trauma hebat semenjak kehilangan putrinya. Jika melihat kedua orangtua Hany, aku tahu persis bukan mereka yang telah membunuh Hany. Aku merasa bersalah karena sempat berpikir bahwa dua orang yang menyiksanya itu adalah orangtuanya. Lalu yang jadi pertanyaannya, siapa sebenarnya dua orang yang kulihat telah membunuh Hany dengan kejamnya?  “Sudah berapa lama putri anda menghilang?” Flinn mulai bersuara, kini kami sedang duduk di sebuah ruangan, mungkin ruang tamu. “Sekitar tiga tahun yang lalu, Oh iya, ada keperluan apa kalian ke mari?” tanya seorang pria yang tidak lain merupakan tuan rumah di rumah ini sekaligus ayahnya Hany. Tidak ada yang bersuara diantara kami, awalnya ku pikir Flinn akan kembali bersuara tapi saat ini dia hanya sedang diam sambil menatap ke arah Ibu Hany yang masih tidak memperlihatkan respon apapun.  “Kami ingin menyampaikan kabar duka tentang putri anda. Putri anda bernama Hany, benar?” Roy yang membuka suara, memecahkan keheningan yang sempat melanda ruangan ini. “Iya, benar. Putri kami bernama Hany. Berita duka apa maksudnya?” Ayah Hany tampak sangat terkejut dan tersirat jelas kekhawatiran pada sorot matanya. “Putri anda sudah meninggal, dan arwahnya bergentayangan di rumah lama anda.” Kedua mata ayah Hany membulat sempurna, dia berdiri dari duduknya dan menatap tak percaya pada Roy. “Jangan bicara sembarangan, tidak mungkin Hany, tidak mungkin dia sudah meninggal. Kami selalu percaya dia masih hidup. Ini mustahil.” Butir-butir air bening mulai berjatuhan dari kedua matanya membuat rasa iba kurasakan detik itu juga. Hanya dengan melihat keadaan kedua orangtua Hany ini, aku tahu betapa mereka sangat menyayangi putri mereka. Aku tersentak ketika merasakan seseorang menyenggol lenganku dan kulihat orang itu adalah Roy yang duduk di sampingku. Dia tidak mengatakan apa pun padaku tapi dari tatapannya itu aku tahu dia sedang memberikan isyarat padaku agar aku melanjutkan perkataannya tadi. Menjelaskan pada ayah Hany bahwa yang dikatakan olehnya itu suatu kebenaran.  “Maaf, Pak. Yang dikatakannya tadi memang benar. Hany sudah meninggal dunia.” ucapku selembut mungkin, aku tidak ingin membuatnya semakin bersedih. “Jangan bicara sembarangan!! Tidak mungkin Hany sudah meninggal!!” Pria itu membentakku, membuatku terdiam saat itu juga. Huuh, aku sama sekali tidak menyukai situasi ini. Sejak awal aku tahu tidak seharusnya aku ikut dengan mereka ke tempat ini. Kenapa jadi aku yang dimarahi? Bukankah seharusnya Flinn dan Roy yang menerima kemarahan ayahnya Hany? Aku yang membantu mereka mencari tahu tentang hantu Hany dan sekarang aku juga kah yang harus menerima kemarahan ayahnya? Mereka berdua itu sungguh pembawa sial dalam hidupku, itulah yang ada di dalam benakku saat ini.    “Tenanglah, dengarkan apa yang mereka katakan. Putrimu memang sudah tiada dan saat ini arwahnya sedang merasuki putriku. Aku mohon percayalah pada kami, maksud kedatangan kami ke mari untuk memberitahukan kebenaran ini padamu. Kami harus segera mengeluarkan arwah putrimu itu dari dalam tubuh putriku.” Setelah mendengar perkataan papa Lucy, ayahnya Hany pun akhirnya terdiam. Dia menghentikan tangisannya dan menatap ke arahku. Aku tahu dia sedang menunggu, menunggu aku melanjutkan perkataanku. “Hany memperlihatkan kebenarannya padaku. Kebenaran yang menimpa dirinya. Dia telah dibunuh dengan kejam oleh sepasang pria dan wanita. Aku tidak tahu siapa mereka tapi satu hal yang kutahu selama ini mereka selalu menyiksa Hany. Tapi dari yang kulihat di ingatan Hany, dia sama sekali tidak diculik. Selama ini dia mengalami penyiksaan di rumah kalian. Dia juga dibunuh di rumah itu, dibunuh dengan kejam.” Kujeda ceritaku, aku tak sanggup mengatakan apa yang terjadi pada Hany pada ayahnya. Entah bagaimana reaksinya jika dia mengetahui putrinya direbus hidup-hidup dan dagingnya dilahap oleh kedua orang yang membunuhnya itu.  “Siapa yang membunuhnya? Ini tidak mungkin, setahu kami dia diculik. Penculik itu bahkan menelepon kami dan meminta uang tebusan. Dia berjanji jika kami memberikan uang padanya sesuai yang dia minta maka dia akan melepaskan Hany. Dia juga mengancam akan membunuh Hany jika kami melaporkan hal ini pada polisi. Karena itu, kami menurutinya. Kami memberikan sejumlah uang yang mereka minta di tempat janjian kami bertemu. Tapi, penculik itu mengingkari janjinya. Mereka mengambil uang kami tapi tidak mengembalikan putri kami. Mereka menembaki kami, karena kejadian itu juga istriku jadi seperti ini. Dia sangat syok dan trauma. Sebenarnya saat itu diam-diam kami menghubungi polisi, mereka berusaha untuk menangkap penculik itu tapi mereka berhasil lolos. Pihak kepolisian terus menyelidiki penculikan ini tapi hingga saat ini belum ada kabar tentang putri kami.” Ayah Hany kembali terisak, aku bisa membayangkan betapa sakitnya perasaannya kini. Setelah cukup lama menunggu kabar putrinya yang telah diculik dan sekarang dia mendengar kabar bahwa putrinya telah tiada. Bisa kubayangkan betapa hancur perasaannya.  “Jadi, anda pernah bertemu dengan penculik putri anda?” Flinn menanyakan ini dengan serius, bisa ku lihat dari tatapan matanya. “Iya, tapi mereka memakai penutup wajah, aku tidak bisa mengenali mereka.” Flinn terdiam, dia terlihat sedang berpikir. Tak hentinya ku tatap wajahnya yang mempesona itu, seandainya sifatnya tidak menyebalkan ku pastikan banyak wanita yang akan mengejarnya. Sayangnya dia itu orang yang sangat, sangat menyebalkan menurutku. Aku yakin semua orang berpikiran sama denganku. “Putri anda meninggal dengan cara direbus hidup-hidup oleh pembunuhnya. Mereka menyantap dagingnya dan tulang belulangnya dikubur di balik tembok salahsatu kamar rumah anda dulu. Arwah putri anda menjadi hantu gentayangan dan tinggal di dalam boneka kesayangannya yang dibuang oleh pembunuhnya ke atap kamar itu.” Aku terbelalak mendengarnya, tanpa ragu Flinn menceritakan kekejaman itu pada ayah Hany, tanpa mempedulikan perasaan ayah Hany. Mendengar putrinya dibunuh dengan sadis seperti itu, tidak dapat ku bayangkan bagaimana perasaannya sekarang. “Apa kau bilang putriku direbus hidup-hidup dan dagingnya dijadikan santapan oleh pembunuhnya?” tanya ayah Hany tampak tak percaya. “Ya, maksudku karena kejahatan itu terjadi di rumah anda, itu artinya putri anda tidak pernah diculik. Kedua orang yang membunuhnya itu adalah orang yang dekat dengan anda. Ah, tidak, bahkan mereka tinggal satu rumah dengan anda. Selama ini mereka menipu anda dengan berpura-pura menculik putri anda.” Pemikiran yang luar biasa dari Flinn, walau akupun sempat memiliki pemikiran yang sama dengannya jika mengingat ingatan Hany yang diperlihatkannya padaku.  “S-Siapa, siapa yang telah membunuh putriku?!” Ayah Hany tampak emosi terlihat dari wajahnya yang memerah. “Menemukan pelakunya sangat mudah. Tulang belulangnya dikuburkan di kamar gadis ini.” jelas Flinn sambil menunjuk ke arahku. “Kamar yang dia tempati itu. Jika aku lihat dari ukurannya bisa kuperkiran itu kamar khusus pelayan. Dengan kata lain pembunuh dari putri anda adalah pelayan anda sendiri. Mengingat kedua orang itu sering menyiksa putri anda tanpa sepengetahuan anda. Jelas membuktikan bahwa mereka tinggal di rumah anda, dan hanya pelayan anda yang bisa melakukan itu ketika anda sedang tidak berada di rumah. Mungkin anda dan istri anda sering meninggalkan rumah?” tanya Flinn yang dibalas dengan anggukan oleh ayah Hany. “Aku dan istriku, kami setiap hari bekerja di perusahaan keluarga kami. Tapi, kami memiliki banyak pelayan di rumah kami. Jadi, siapa yang membunuh putri kami?”  “Adakah pelayan anda yang sudah menikah dan mereka berdua sama-sama bekerja di rumah anda? Kuperkirakan seharusnya ada. Dan jika melihat mereka sering menyiksa putri anda tanpa diketahui pelayan yang lain, bisa kuperkirakan putri anda sering menghabiskan waktu dengan salah satu dari mereka. Si pelayan wanita itu pasti dia babysitter putri anda.” Sekali lagi ayah Hany mengangguk, aku hanya bisa melongo mendengarkan penuturan Flinn. Dia sangat cerdas, hanya dalam waktu singkat dia bisa menyimpulkan semua ini.  “B-Benar, babysitter putri kami memang sudah menikah. Suaminya juga bekerja sebagai tukang kebun di rumah kami.” Flinn tersenyum tipis mendengar jawaban ayah Hany. Sebuah senyuman yang membuatku terpesona saat itu juga. Entahlah, aku merasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya hanya dengan melihat senyumannya itu.  “Tapi, mustahil mereka yang melakukannya? Setiap kali penculik itu menelepon kami, mereka berdua selalu berada di rumah. Bahkan Babysitter putri kami itu selalu berusaha menenangkan istri saya yang menangis. Dan suaminya juga selalu berada bersama kami. Dia bahkan menemani kami ketika kami berjanji untuk bertemu si penculik itu.” Ayah Hany mengutarakan ketidaksetujuannya, tapi Flinn menanggapinya dengan santai. Dia tak terlihat kecewa atau panik sedikit pun mendengar pemikirannya mungkin saja keliru.  “Penculik yang bertemu dengan anda di tempat janjian, ada berapa orang mereka?” “Sekitar 3 orang.” Flinn kembali tersenyum mendengar jawaban ayah Hany. Entah apa yang ada di pikirannya kali ini.  “Mendengar semua ini, aku bisa menyimpulkannya. Orang-orang yang selalu menyiksa dan membunuh putri anda dengan kejam adalah pelayan anda itu, tidak salah lagi pasti mereka. Sedangkan penculikan itu tidak hanya mereka yang merencanakannya. Aku yakin ada orang lain yang merencanakannya. Seseorang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan sehingga dia mampu membayar ketiga orang yang anda temui itu. Tiga orang yang berpura-pura sebagai penculik. Seseorang yang memiliki dendam dan ingin menghancurkan hidup anda karena itu dia meminta kedua pelayan anda untuk membunuh putri anda dengan kejam. Aku berani bertaruh orang itu merencanakan semua ini bukan karena menginginkan uang anda tapi menginginkan anda menderita karena kehilangan banyak uang, terlebih kehilangan putri anda. Uang yang anda berikan sebagai uang tebusan putri anda, kujamin uang itu diberikan pada kedua pelayan anda sebagai bayaran atas keberhasilan mereka membunuh putri anda. Sekarang katakan padaku, adakah seseorang yang cukup berkuasa yang anda kenal dan sangat memusuhi anda? Aku berani bertaruh orang itu seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan anda, karena itu dia bisa memanfaatkan kedua pelayan anda untuk membunuh putri yang sepertinya sangat anda dan istri anda sayangi. Seseorang yang tahu persis cara menghancurkan hidup kalian.” Flinn berbicara panjang lebar, sebuah penuturan luar biasa yang sekali lagi membuatku terpesona olehnya. “Bagus. Perlihatkan kehebatanmu, Flinn. Kau bisa diandalkan seperti biasanya.” gumam Roy tepat di sampingku. Sebuah gumaman pelan tapi masih bisa ku dengar dengan jelas. Jadi, memang selalu seperti ini Flinn, benarkah dia secerdas itu?  “Jadi, bagaimana, Tuan? Adakah seseorang yang sesuai dengan deskripsiku tadi?” “Y-Ya, kurasa ada. Dia kakak istriku. Dia selalu memusuhi kami karena iri dengan kesuksesan kami. Padahal selama ini kami selalu bersikap baik padanya tapi berulang kali dia selalu mencoba menghancurkan bisnis keluarga kami. Meskipun sejauh ini kami selalu berhasil menggagalkannya. Tapi mustahil dia tega melakukan kejahatan ini pada putri kami.” Mendengar ucapan ayah Hany itu, aku juga merasa ragu. Benarkah otak dari semua kejahatan ini adalah anggota keluarga mereka sendiri? Rasanya sulit bagiku untuk mempercayai hal ini.  “Mudah saja untuk membuktikannya. Aku yakin kedua pelayan anda yang membunuh putri anda itu sekarang sudah tidak bekerja bersama anda.” “Y-Ya, itu benar. Satu bulan setelah pertemuan kami dengan para penculik itu, mereka mengundurkan diri dengan alasan mereka akan pulang ke kampung halaman.” “Kalau begitu tinggal mencari kedua pelayan itu dan membuat mereka mengakui semua kejahatan mereka.” kata Flinn enteng, tapi ada sesuatu yang mengganjal pikiranku saat ini.  “Tunggu sebentar, bagaimana cara kita agar mereka mengakui kejahatan mereka? Dan bagaimana cara kita mencari keberadaan mereka? Mungkin saja mereka berbohong kan, mungkin saja mereka tidak pulang ke kampung halaman mereka tapi sebenarnya mereka sedang berada di suatu tempat yang tidak kita ketahui saat ini?” Kuutarakan kejanggalan yang kurasakan ini. Kulihat Flinn hanya tersenyum menanggapinya.  “Kau mengatakan padaku mereka membuang boneka kesayangan hantu itu ke atap kamarmu, kan? Tentu saja pasti tertinggal sidik jari mereka pada boneka itu. Tapi itu belum cukup dijadikan bukti karena walau bagaimana pun mereka itu pelayan di rumah itu terlebih si wanita adalah babysitter dari anak itu, jadi wajar saja jika sidik jarinya ada di boneka itu. Lain halnya dengan tulang belulang yang mereka kubur. Kau bilang mereka memakan daging anak itu, bukan? Jadi, aku berani bertaruh pasti ada sidik jari mereka yang menempel di tulang belulang itu, mungkin saliva mereka ketika memakan daging anak itu juga tertinggal di tulang belulang itu. Sebenarnya mudah saja bagimu untuk mengetahui benarkah pemikiranku ini tepat?” “Haah? Bagaimana caranya?” tanyaku bingung.  “Hantu itu memperlihatkan wajah pembunuhnya padamu, kan? Maaf tuan, apa anda punya foto dari kedua pelayan itu? Aku harap anda memilikinya.” Ayah Hany mengangguk dan melenggang pergi meninggalkan ruangan ini. Tak lama kemudian dia datang kembali dengan membawa sebuah album di tangannya. Dia memperlihatkan foto Hany sedang bersama babysitternya, dan aku terbelalak ketika menyadari babysitternya itu memanglah wanita yang telah membunuhnya dengan kejam. Dengan kata lain semua perkiraan Flinn adalah sebuah kebenaran.  “Bagaimana? Benar dia pembunuhnya?” Kuanggukan kepala menanggapinya. Sepertinya harus kuakui bahwa pemikirannya memang benar adanya. “Tidak mungkin, mereka sudah cukup lama bekerja bersama kami. Mereka juga sangat dekat dengan putri kami. Bagaimana mungkin mereka tega melakukan ini? Dengan kejamnya mereka membunuh putri kami, menyiksanya bahkan menyantap dagingnya seperti mereka itu bukan manusia. Padahal kami selalu bersikap baik pada mereka. Kenapa mereka tega sekali melakukan ini pada putri kami?” Isak tangis ayah Hany terdengar semakin histeris, membuatku semakin iba melihatnya.  “Uang bisa membuat manusia gelap mata. Karena uang juga bisa merubah hati manusia dan membuat mereka kehilangan hati nurani sebagai manusia. Aku yakin anda mengeluarkan uang cukup banyak untuk menebus putri anda.” “Ya, aku mengeluarkan uang ...” “Anda tidak perlu menyebutkan jumlahnya tuan, jujur saja aku tidak tertarik mendengarnya. Aku rasa masalah ini sudah selesai. Pekerjaan kami juga sudah selesai.” Flinn beranjak bangun dari duduknya, dan sepertinya dia berniat pergi meninggalkan ruangan ini.  “Hei, tunggu sebentar, kita bahkan belum menemukan di mana dua orang itu berada sekarang. Selain itu, hantu itu juga masih merasuki putriku.” Tentu papa Lucy yang mengatakan ini, aku juga setuju dengan perkataannya. Masalah ini belum selesai dan dengan entengnya Flinn mengatakan masalah ini sudah selesai. Dia memang pria yang aneh.  “Roy, kuserahkan sisanya padamu.” ucap Flinn, sesaat sebelum dia melenggang pergi meninggalkan ruangan ini. Sedangkan Roy hanya tersenyum, entah apa yang akan dilakukannya sekarang? Sungguh aku sangat penasaran. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD