CHAPTER 3 BONEKA BERHANTU (PART 3)

1762 Words
Flinn dan Roy membawaku dengan paksa ke kamarku, setelah aku ceritakan pada mereka bahwa hantu yang merasuki Lucy itu awalnya tinggal di dalam sebuah boneka yang ku temukan di atap kamarku. Tubuh Lucy yang masih terikat di kursi juga sedang berada di kamarku sekarang. Entah apa yang akan dilakukan Flinn dan Roy membawa kami ke tempat ini, satu hal yang pasti mereka sedang merencanakan sesuatu. Mereka bahkan melarang orang lain memasuki kamar ini.  “Jawab dengan jujur pertanyaanku ini, sejak kapan kau bisa melihat mereka?” tanya Flinn dengan tatapan serius padaku. “S-sejak aku masih kecil.” jawabku merasa aku tak sanggup berbohong lagi kali ini. “Kau bisa berkomunikasi dengan mereka?” tanyanya lagi yang ku jawab dengan sebuah gelengan kepala. “Aku hanya bisa melihat mereka, tapi tidak pernah sekali pun berkomunikasi dengan mereka.” “Lalu dari mana kau tahu hantu yang merasuki anak itu ingin menyampaikan sesuatu padamu sedangkan kau sendiri tidak bisa berkomunikasi dengannya?” Entahlah, aku merasa sedang diinterogasi saat ini. Sebenarnya apa yang sedang direncanakan kedua pria ini hingga melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu padaku? Kira-kira pertanyaan itulah yang sedang memenuhi pikiranku saat ini.  “Kenapa diam? Cepat jawab.” Flinn mengatakannya dengan ketus, pria ini memang sangat menyebalkan seandainya dia tidak memiliki wajah yang super tampan itu, aku pasti sudah membencinya. “Hantu itu sering mendatangiku dan menggangguku sebelum dia merasuki tubuh Lucy. Selain itu, dari tatapannya padaku tadi ketika dia berteriak kesakitan, aku bisa melihat ada sesuatu hal yang ingin dia beritahukan padaku.” Flinn dan Roy saling berpandangan setelah mendengar jawabanku.  “Kau memiliki kekuatan spiritual murni bisa dikatakan ini anugerah untukmu. Tapi sayang kau belum mampu mengasah kemampuanmu dengan benar. Tapi tidak masalah, kau masih bisa berguna.” ujar Flinn, lalu tiba-tiba dia membuat sebuah lingkaran di lantai dan menyuruhku untuk duduk di dalam lingkaran itu. Sedangkan tubuh Lucy yang sedang terkulai lemas di kursinya tepat berhadap-hadapan denganku. Hantu itu sudah berhenti berulah sehingga Lucy hanya terlihat sedang tertidur sekarang. “Kau sudah siap, Roy?” Sontak aku menatap ke arah Roy setelah mendengar pertanyaan Flinn padanya. Kulihat Roy sedang memegangi handycam seolah-olah dia tengah siap merekam sesuatu. “Tentu, kau bisa mulai melakukannya.” jawab Roy disertai cengirannya. Atensiku teralihkan ketika Flinn tiba-tiba menyentuh bahuku dengan kedua tangannya, sontak aku terkesiap karena dia memegangiku dengan tiba-tiba. Dia sedang duduk bersila tepat di belakangku saat ini.  “Hei, ada apa ini?” tanyaku bingung sekaligus tidak mengerti. Aku memang sangat membutuhkan penjelasan dari mereka berdua. “Diamlah, cukup kau tatap anak kecil itu. Tutup matamu dan kosongkan pikiranmu.” Aku tertegun mendengar perkataan Flinn itu, apa maksudnya itu? dan kenapa juga aku harus menurutinya? “Haah? Apa maksudmu? Kenapa aku harus melakukan itu?” “Kau ingin anak itu terbebas dari hantu anak kecil itu kan? Cukup lakukan sesuai yang aku perintahkan padamu.” “Tapi ...” “Dan jangan banyak bertanya.” katanya cepat memotong ucapanku, sungguh dia itu benar-benar menyebalkan. Aku tidak sebodoh itu hingga bersedia disuruh-suruh sedangkan aku tidak tahu tujuan mereka menyuruhku melakukan itu. “Jelaskan dulu padaku apa rencana kalian? Aku merasa tidak memiliki alasan untuk menuruti perintah kalian, terutama perintahmu.” Kutegaskan penolakanku, aku bisa mendengar geraman marah dari Flinn. Aku juga mendengar suara Roy yang sedang terkekeh geli saat ini.  “Kau jelaskan saja padanya Flinn, apa perlu aku yang menjelaskannya?” Tentu Roy yang mengatakan itu membuatku dengan tegas menjauhkan kedua tangan Flinn dari bahuku. Lalu ku balik tubuhku dan kini aku sedang berhadap-hadapan dengannya. Flinn menghembuskan nafasnya kasar dan untuk sesaat menutup kedua matanya. Entah apa maksudnya dia melakukan itu, ku terka mungkin dia sedang menenangkan rasa kesalnya padaku. Tapi, aku tidak peduli, aku tetap menatap tajam padanya meminta sebuah penjelasan.  “Wanita bodoh yang merepotkan.” ucapnya sinis, amarahku memuncak mendengar ucapannya itu. Haah, apa maksudnya dia mengatakan itu? “Hei, kau ... jangan asal bicara ya, enak saja kau memanggilku wanita bodoh yang ...” “Aku akan membuatmu bisa berkomunikasi dengan hantu itu.” Dia kembali memotong perkataanku, tapi kali ini aku tidak merasa kesal dengan ketidaksopanannya itu, aku hanya tercengang mendengar jawabannya. “Tutup mulutmu itu, jangan sampai ada serangga yang masuk ke dalam mulutmu.” Katanya yang sontak membuatku mengatupkan bibirku, itu semua kan terjadi secara spontan karena jawabannya tadi itu sungguh membuatku kaget dan tidak bisa mempercayainya. Apa aku tidak salah dengar dia mengatakan akan membuatku mampu berkomunikasi dengan hantu itu? “Hei, aku tidak mengerti perkataanmu tadi.” “Sudah kuduga kau memang wanita bodoh yang merepotkan.” Sungguh kali ini aku tak sanggup lagi menahan amarahku. “Berhenti menyebutku wanita bodoh ... wanita bodoh ... wanita bodoh. Aku ini tidak bodoh asal kau tahu, lagi pula kita baru bertemu hari ini lancang sekali kau berani menyebutku wanita bodoh yang merepotkan. Justru kalian ini orang-orang yang aneh dan merepotkan. Dan satu lagi jangan memanggilku wanita bodoh, aku memiliki nama dan namaku Kinsey. Asal kau tahu aku ini masih seorang gadis jadi berhenti memanggilku wanita bodoh!!” Kuutarakan kekesalanku dengan nada suaraku yang sedikit meninggi, aku tidak peduli mereka akan balas membentakku atau reaksi apapun yang akan mereka perlihatkan padaku.  Roy sedang tertawa terbahak-bahak saat ini sambil memegangi perutnya yang sakit mungkin karena terlalu banyak tertawa, sedangkan Flinn sedang mengurut-urut pelipisnya seolah-olah dia sedang merasakan pusing pada kepalanya.  “Hahaha, jadi kau ingin memberitahu kami bahwa kau ini masih perawan nona, karena itu kau tidak mau dipanggil wanita. Hahahaha ...” Mendengar perkataan Roy, aku pun merasakan panas di wajahku karena malu yang teramat sangat. Jadi tanpa sadar aku mengatakan kata-kata bodoh itu, aku merutuki kecerobohanku kali ini. Tidak seharusnya aku mengatakan itu pada mereka.  “Flinn, wanita ini, ah tidak, maksudku gadis ini benar-benar polos dan lucu. Hahaha.” “Berhentilah tertawa, Roy, dan kau berhentilah bersikap konyol. Dengarkan baik-baik apa yang akan aku katakan ini. Aku hanya akan mengatakannya sekali. Kita tidak punya banyak waktu, kau ingin mengeluarkan hantu itu dari tubuh anak kecil itu kan?” Roy menghentikan tawanya dan aku hanya mengangguk menanggapi perkataan Flinn. “Aku akan membuat jiwamu terhubung ke dunia hantu itu. kau harus menanyakan beberapa pertanyaan padanya ketika kau bertemu dengannya.” “M-Menanyakan apa?” tanyaku bingung. “Diamlah, sudah kubilang dengarkan baik-baik penjelasanku. Jangan asal memotong ucapanku !!” Dia sedikit membentakku, dia pun kesal kan ucapannya dipotong orang lain. Seharusnya dia pun tidak melakukan hal yang sama pada orang lain, aku mengumpat di dalam hatiku dia memang pria yang naif.  “Tanyakan padanya siapa namanya, penyebab kematiannya, penyebab dia menjadi hantu gentayangan. Intinya tanyakan apa yang sebenarnya dia inginkan. Kau mengerti?” Aku manggut-manggut mengerti, tapi aku masih tetap tidak yakin dia benar-benar bisa membuatku berkomunikasi dengan hantu itu.  “Sekarang cepat kau tatap anak kecil itu dan kosongkan pikiranmu.” Sebenarnya masih ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan padanya tapi menyadari kami tidak memiliki banyak waktu, aku pun memutuskan untuk menurutinya kali ini.  Aku membalik tubuhku sehingga kini aku kembali berhadap-hadapan dengan Lucy. Kutatap tubuhnya yang masih terkulai lemas di kursinya. Lalu seperti yang dikatakan Flinn, kucoba untuk mengosongkan pikiranku. Kurasakan rasa hangat ketika Flinn menyentuh bahuku dan tak lama kemudian aku merasakan suasana hening. Tidak ada suara apa pun di sini tapi aku yakin sama sekali tidak pergi ke dunia lain. Aku masih berada di tempat yang sama yaitu di dalam kamarku. Tubuh Lucy pun masih duduk di kursinya tepat di hadapanku. Sudah ku duga aku memang tidak seharusnya mempercayai perkataan kedua pria aneh itu.  Aku membalik tubuhku bermaksud untuk mengutarakan umpatanku pada Flinn, tapi aku terbelalak ketika tak menemukan Flinn yang seharusnya sedang duduk di belakangku. Aku juga tidak menemukan Roy yang seharusnya sedang berdiri tidak jauh dariku. Aku memang masih berada di kamarku tapi tak ku temukan sosok kedua pria aneh itu di sini.  “Kak, Kak, tolong aku.” Suara anak kecil tiba-tiba terdengar yang membuatku sontak menatap ke arah sumber suara itu. Aku merasa membeku di tempat ketika ku lihat sosok hantu yang merasuki  Lucy sedang berdiri di depanku saat ini. Dia sudah keluar dari tubuh Lucy. Penampilan hantu itu masih tetap sama mengerikannya dengan dulu ketika aku melihatnya pertama kali yaitu darah yang tak hentinya menetes dari kedua mata dan mulutnya, serta kulitnya yang meleleh seolah-olah terbakar. Aku teringat perkataan Flinn tadi sehingga akupun melontarkan beberapa pertanyaan padanya. Tapi, aku cukup salut rupanya Flinn benar-benar sanggup membuatku berkomunikasi dengan hantu. Jadi sekarang aku sedang berada di dunia lain? Mungkinkah dunia hantu? Ku gelengkan kepalaku cepat, ku sadari bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. “Siapa namamu?” tanyaku pada hantu anak kecil itu. “Ha ... ny.” jawabnya pelan, entahlah mendengar suaranya yang menggema itu membuatku merinding. “Kenapa kau meninggal dan menjadi hantu gentayangan?” tanyaku lagi. Dia terdiam kali ini, tidak menjawab pertanyaanku. “Apa yang kau inginkan dariku? Tadi kau meminta pertolonganku, kan?” Dia mengangguk, lalu tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya dari belakang tubuh hantu yang baru kuketahui bernama Hany. Ada beberapa pemandangan yang terlihat disana seolah-olah aku sedang menonton film di bioskop saat ini. Tapi aku menatap dengan seksama ke arah pemandangan itu, aku tahu Hany sedang bermaksud menceritakan keinginannya padaku.  Yang diperlihatkan oleh pemandangan itu yang terlihat seperti sebuah film yang sedang diputar, aku melihat Hany dengan penampilannya yang tidak seseram sekarang sedang dimarahi oleh sepasang pria dan wanita. Entah siapa mereka? Mungkinkah orangtuanya? Aku terbelalak ketika aku melihat mereka menyiksa Hany. Memukulinya, menendangnya, menyeretnya bahkan yang membuatku terharu adalah ketika melihatnya disiksa di dalam kamar mandi. Dia sengaja diguyur oleh air dingin sepertinya jika melihat tubuh Hany yang gemetaran. Lalu Hany dikurung di dalam kamar mandi itu. Hany menangis meringkuk sendirian dengan sebuah boneka di dalam pelukannya. Boneka itu aku yakin itu boneka yang kutemukan di atap kamarku. Puncak dari penderitaan Hany membuatku menangis melihatnya. Kulihat sepasang wanita dan pria kejam tadi tengah memasak air di sebuah panci berukuran besar, entah apa yang akan mereka lakukan namun aku membekap mulutku tak percaya ketika kulihat mereka memasukkan dengan paksa tubuh Hany ke dalam panci itu. Mereka merebus Hany hidup-hidup. Aku serasa mual dan ingin muntah ketika kulihat mereka memakan daging Hany, perbuatan mereka itu seolah-olah mereka bukan manusia, mereka lebih rendah dari binatang sekali pun. Kurasa monster panggilan yang paling cocok untuk mereka. Mereka menguburkan tulang belulang Hany di tembok kamarku yang sengaja mereka bongkar lalu mereka tutup kembali. Sedangkan boneka Hany yang mereka temukan setelah selesai menguburkan tulang belulang Hany, mereka lemparkan boneka itu ke lubang atap kamar ini.  Pemandangan yang bagai film yang diputar itu tiba-tiba hilang. Kutatap sosok hantu Hany saat ini, dia sedang menangis sambil tak hentinya mengatakan kata ‘tolong’. Aku bisa membayangkan penderitaan yang dialami Hany. Siapa sebenarnya kedua orang yang kejam itu, benarkah mereka orangtua Hany? Rasanya tak mungkin ada orangtua yang begitu kejam pada anaknya sendiri. Tapi aku segera merubah pemikiranku ketika aku mengingat orangtuaku yang dengan kejamnya telah membuangku. Mungkin memang ada beberapa orangtua kejam di dunia ini.  “Kakak akan menolongmu.” Kukatakan itu padanya dan dia pun mengangguk padaku. Tak lama setelah itu, dia lenyap dari pandanganku. “Bagaimana kau sudah tahu informasi tentang hantu itu?” Suara bariton yang terdengar dari arah belakangku, nyaris membuatku mati di tempat saking kagetnya. Kutatap sekitarku dan aku terbelalak ketika aku melihat Flinn dan Roy di ruangan ini. Jadi, mungkinkah aku sudah kembali ke duniaku?   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD