CHAPTER 2 BONEKA BERHANTU (PART 2)

1544 Words
Kedua pria itu memeriksa keadaan Lucy yang saat ini tengah terbaring lemah di tempat tidurnya. Hantu itu sedang berhenti berulah karena itu Lucy tampak sedang tertidur. Aku dan majikanku terus mengikuti kedua pria itu, aku hanya penasaran ingin mengetahui apa yang akan mereka lakukan untuk mengusir hantu anak perempuan itu. “Bagaimana putri kami? Apa benar pemikiran kami ini, kami pikir dia kerasukan?” tanya mama Lucy, memang dialah yang menyarankan untuk memanggil kedua pria itu guna mengusir hantu yang merasuki tubuh Lucy. Dia yakin sekali bahwa Lucy kerasukan, aku cukup lega karena dia menyadarinya tanpa aku harus memberitahunya.  “Ya, sepertinya putri kalian kerasukan, tapi kami perlu menemukan bukti-bukti bahwa dia memang kerasukan sebelum melakukan tindakan. Roy mulailah ...” ucap Flinn yang langsung ditanggapi Roy dengan sebuah anggukan.  Setelah itu dengan gesit Roy memasang beberapa kamera dan alat-alat lain di dalam kamar Lucy. Aku dan majikanku hanya menatap dalam diam pekerjaan mereka. Tak lama setelah semua peralatan terpasang, mereka meminta kami untuk meninggalkan kamar itu, meninggalkan Lucy sendirian.  “Apa putriku akan baik-baik saja?” Kali ini papa Lucy yang bersuara.  Majikanku tentu sangat khawatir saat ini karena sudah dua hari ini Lucy dirasuki oleh hantu itu. Lucy yang biasanya selalu membawa tawa dan kebahagiaan di rumah mewah ini seketika berubah menjadi sosok pembawa kesedihan dan kekhawatiran. Kami semua sangat menyayangi Lucy dan sungguh kami ingin segera melihat keceriaan Lucy seperti biasanya. Seandainya aku bisa melakukan sesuatu untuk menolong Lucy, tentu sudah aku lakukan. Tak peduli meski aku harus kehilangan pekerjaanku, demi menyelamatkan Lucy aku rela mengorbankan apapun. Namun sayangnya tak ada yang bisa ku lakukan, aku bisa melihat hantu itu tapi aku benar-benar tak berdaya menghadapinya.  “Anda tidak perlu khawatir, kami akan segera melakukan tindakan setelah menemukan bukti bahwa putri anda memang kerasukan.” Roy yang bersuara saat ini, sedangkan Flinn sedang sibuk melihat ke arah layar laptopnya di ruang tengah rumah ini. Dia sedang melihat keadaan Lucy di kamarnya yang terlihat di layar laptop itu. Pastinya itu karena kamera yang terpasang di kamar Lucy.  “Bagaimana caranya kalian membuktikannya?” Papa Lucy tampak penasaran terdengar juga nada tidak sabar pada suaranya. Tentu saja, ku rasa tidak ada orangtua yang betah berlama-lama menyaksikan putrinya yang tengah kerasukan seperti ini.  “Dari alat-alat pendeteksi hantu yang kami pasang di kamarnya. Kamera yang ku pasang tadi merupakan kamera infra merah yang mampu untuk memotret hantu dan mendeteksi hawa panas, nama kamera itu Flir. Kami juga sudah memasang alat untuk mendeteksi perubahan suhu dalam waktu singkat yang bernama Etekcity Digital Infrared Thermometer. Bukan hanya itu kami juga sudah memasang xparanormal Detector yang mampu mendeteksi aktivitas hantu, lalu ...”  Ehmm ...” Flinn mendeham dan seketika Roy menghentikan penjelasannya yang panjang lebar tadi. “Kami ini profesional jadi anda tidak perlu mengkhawatirkan putri anda, cukup percayakan saja masalah ini pada kami.” Dengan angkuhnya Flinn mengatakan itu, membuatku menautkan kedua alisku mendengarnya. Kesan pertamaku pada pria yang bernama Flinn ini, dia pria yang angkuh dan arogan, sangat berbeda sekali dengan Roy yang cenderung terbuka dan ceria. Dua orang pria yang memiliki kepribadian yang bertolak belakang, tapi aku sungguh penasaran, benarkah mereka sanggup mengusir hantu?  Waktu terus berlalu, belum terjadi keanehan apapun yang ditunjukan Lucy. Dia masih tertidur sama seperti ketika kami meninggalkan kamarnya. Hingga ketika tengah malam, tiba-tiba Flinn bangkit dari duduknya setelah melihat sesuatu di layar laptopnya dan mengajak Roy untuk mengikutinya. Tentu aku dan majikanku bergegas mengikuti mereka.  Ketika kami tiba di kamar Lucy, mataku terbelalak ketika ku lihat lampu-lampu blitz dari semua kamera yang terpasang di kamar ini menyala seolah-olah kamera-kamera itu sedang memotret sesuatu. Sedangkan tubuh Lucy yang masih dalam keadaan berbaring itu tiba-tiba melayang di udara. Sesaat kemudian kedua matanya terbuka dan dia mendarat di atas tempat tidurnya dengan posisi berdiri.  “Hihihihihihi ...” suara tawa terdengar, suara tawa yang menyeramkan yang ku yakini merupakan suara tawa hantu itu seketika membuatku merinding. Hantu itu terus tertawa sambil melompat-lompat di atas tempat tidurnya, seolah-olah dia sedang bermain dengan riang.  “Dia memang kerasukan Flinn.” gumam Roy yang sedang berdiri di samping Flinn, tapi masih bisa kami dengar dengan jelas gumamannya itu. Flinn tidak mengatakan apapun, dia mengambil sesuatu dari dalam tas kecil yang dibawanya, lalu entah apapun itu yang sedang berada di tangannya, dia lemparkan ke arah Lucy.  “KYAAAAAAAAAAA!!” teriak Lucy. Ah, tidak. Lebih tepatnya teriak hantu itu terdengar kesakitan. Lucy memegangi tangannya yang terkena entah apapun itu yang tadi dilemparkan Flinn padanya, dia meringis kesakitan dan akhirnya berhenti melompat-lompat. Tapi yang terjadi setelah itu sungguh sangat menyeramkan menurutku.  Lucy merubah posisi tubuhnya, dia jungkir balik dan berjalan dengan menggunakan kedua tangannya sedangkan kedua kakinya terangkat ke atas. Bukan hanya itu, ku lihat kepala Lucy berputar-putar 180 derajat dengan kedua matanya yang melotot seram.  “Kyaaaaaaaaaaaaaaa!!” Mama Lucy yang menyaksikannya berteriak histeris dan jatuh pingsan detik itu juga. Sedangkan aku dan papa Lucy hanya mampu menatap tak percaya apa yang sedang kami lihat ini. Gadis mungil itu ... gadis yang selama ini selalu ku jaga dan ku temani tiba-tiba menjadi sangat menyeramkan seperti ini. Sungguh aku tak sanggup lagi menyaksikannya, entah sejak kapan tapi ku rasakan air mataku mulai mengalir membasahi wajahku.  Sebenarnya aku ini sangat jarang sekali menangis, Bu Laila selalu menasehatiku agar aku tumbuh menjadi gadis yang tegar serta kuat. Aku tidak boleh terlihat lemah terutama di depan pria agar mereka tidak semena-mena merendahkanku. Aku harus tumbuh menjadi wanita tangguh yang mampu melindungi diriku sendiri dan tidak bergantung pada siapapun. Ya ... aku tak mungkin melupakan nasehat dari Bu Laila itu. Ketika aku kecil, betapa cengengnya aku ini terutama jika aku melihat penampakan hantu yang super menakutkan. Akibat sifatku yang cengeng itu, sering sekali aku diganggu dan dijahili teman-temanku di panti asuhan. Tapi semuanya berubah semenjak aku merubah diriku menjadi gadis yang kuat dan tegar, semua orang berhenti menggangguku dan tidak pernah merendahkanku lagi.  Terakhir kali aku menangis adalah ketika Bu Laila meninggal, dan hari ini aku kembali meneteskan air mataku. Aku tidak sanggup membayangkan betapa menderitanya tubuh mungil Lucy saat ini. Terlebih melihat kepalanya berputar-putar seperti itu. Oh ayolah, aku berharap dia akan baik-baik saja.  Flinn dan Roy berhasil menangkap Lucy dan mereka mengikatnya pada sebuah kursi. Lucy terus memberontak mencoba melepaskan dirinya dari ikatan itu.  “Siapa kau? Apa tujuanmu memasuki tubuh anak ini? Apa yang kau inginkan?” tanya Flinn dengan tatapannya yang tajam menatap kedua mata Lucy. “Hihihihihihi.” Hantu di tubuh Lucy sama sekali tidak menjawabnya, dia kembali tertawa dan menyeringai seram. “Cepat keluar dari tubuh anak ini !!” Kali ini Flinn berteriak, namun bukannya menuruti perkataan Flinn, hantu itu justru kembali berulah. Dia memuntahkan cairan berwarna hijau dari mulutnya dan menyembur mengenai tubuh Flinn.  “Ck, Sial!” Flinn mengumpat dan terlihat wajahnya memerah karena amarah. Roy mulai bertindak, dia melemparkan bubuk berwarna putih pada Lucy, mungkinkah itu garam? Aku tidak tahu apa tepatnya bubuk putih itu tapi hantu yang merasuki tubuh Lucy berteriak-teriak kesakitan ketika Roy melemparinya dengan bubuk itu.  “Cepat keluar dari tubuh anak ini !!” teriak Roy yang tentu saja tidak dituruti hantu itu. hantu itu terus menjerit kesakitan karena Roy tidak hentinya melemparkan bubuk putih itu padanya.  “Hantu ini keras kepala sekali, dia juga tidak mengatakan apa pun.” “Teruskan saja, Roy. Jangan berhenti sampai dia keluar dari tubuh anak itu. Dari suaranya, aku rasa dia hantu seorang wanita.” Flinn menanggapi perkataan Roy dengan kedua tangannya yang masih sibuk membersihkan muntahan hantu itu yang memenuhi pakaiannya.  Hantu itu terus berteriak histeris, mungkin hanya aku yang bisa melihatnya saat ini. Aku melihat hantu itu nyaris keluar dari tubuh Lucy, dia menangis. Air matanya mengalir deras dan dia tengah menatap sendu padaku seolah-olah dia sedang meminta bantuanku. Dia memang hantu yang jahil tapi di mataku tetap saja dia hanya hantu anak kecil yang sepertinya menginginkan sesuatu sehingga membuatnya menjadi hantu gentayangan seperti ini.  Hantu itu terus menatap sendu padaku, membuatku tidak sanggup lagi terus berdiam diri menatapnya.  “Hentikan, berhenti melemparinya !!” teriakku tanpa ku sadari. Semua pasang mata di ruangan ini kini tertuju padaku. “Kinsey, jangan ganggu mereka, mereka sedang berusaha mengeluarkan hantu yang merasuki Lucy.” ucap papa Lucy dengan tatapan heran padaku. “Hantu itu tidak akan keluar, aku yakin dia menginginkan sesuatu. Jadi berhentilah menyakitinya.” kataku lagi mengabaikan perkataan papa Lucy tadi.  Flinn berjalan mendekatiku, dan dia menatap tajam padaku setelah berdiri tepat di hadapanku.  “Kenapa kau bisa tahu banyak tentang hantu itu? Kau lupa dia menyakiti anak kecil itu jadi kenapa kau terdengar sangat bersimpati padanya?” tanyanya dengan suara baritonnya. Ditatap seperti itu olehnya ... entahlah aku merasa sangat gugup. “Aku hanya merasa ada sesuatu yang ingin dia sampaikan pada kita. Aku kasihan melihatnya menangis dan terus berteriak kesakitan. Lagipula dia hanya hantu anak kecil.” jawabku, akhirnya. Kuteguk saliva ketika Flinn mendekatkan wajahnya padaku. Kedua mata dark bluenya menatap intens iris mataku. Dia menatapku dalam diam untuk sesaat.  “Kau bisa melihat mereka.” katanya, akhirnya bersuara. “M-Maksudmu?” Aku berpura-pura tidak mengerti pertanyaannya, meski sebenarnya aku sudah mampu menerka maksud pertanyaannya. “Mereka ... makhluk tak kasat mata, makhluk halus, hantu, arwah , roh gentayangan, setan atau apapun kalian menyebut mereka. Kau bisa melihatnya, benar kan?” Hancur sudah, semua rahasiaku sudah diketahui terlebih ada majikanku di ruangan ini. Meskipun mama Lucy masih pingsan tapi papa Lucy mendengarnya. Kutatap wajah kagetnya tengah menatapku tak percaya.  “Benarkah kau bisa melihat hantu Kinsey?” tanya papa Lucy padaku yang membuatku mulai merasa panik. “Kenapa kau tidak mengatakan sejak awal kalau kau bisa melihat hantu?” Flinn kembali berbicara bahkan tidak memberiku kesempatan untuk menjawab pertanyaan papa Lucy.  “Bagus sekali, kau akan sangat berguna.” Flinn kembali berucap kini disertai seringaian seram di wajahnya.  Entahlah, aku merasakan sebuah firasat buruk, aku juga merasa hanya tinggal menunggu waktu, aku akan pergi meninggalkan rumah ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD