Dominic mengernyitkan keningnya, saat melihat Devon masuk ke area lounge superyacht yang mewah itu hanya seorang diri. Ruangan itu sunyi dan dingin, hanya dihiasi oleh dengung pendingin ruangan serta suara lembut ombak yang memukul badan kapal dari kejauhan. Lampu-lampu gantung kristal yang menggantung di langit-langit menyorot tubuh Devon, membuat bayangannya jatuh panjang ke lantai marmer mahal berwarna abu-abu gelap. “Di mana Aveline?” tanya Dominic akhirnya. Suaranya berat dan tenang, namun ada nada cemas yang tersembunyi di baliknya. Ia sedang berdiri di belakang minibar. Dengan gerakan tangannya yang mahir, Dominic pun menuangkan whiskey ke dalam gelas kristal bening, whiskey single malt yang sudah bertahun-tahun disimpan di ruang bawah kapal. Dominic lalu menyodorkan gelas it

