SELAMAT MEMBACA!
☆☆☆
Pagi ini keadaan kelas XII-IPS 1 seketika menjadi ricuh karena kedatangan murid baru yang saat ini sudah berada di depan kelas bersama dengan Bu Debi.
Jeritan centil dari gadis-gadis penghuni kelas itu langsung terdengar begitu nyaring, ketika mereka semua melihat bagaimana indahnya ciptaan Tuhan yang begitu menawan berada tepat di hadapan mereka.
"Ayo, perkenalkan diri kamu." Kata Bu Debi sambil tersenyum kepada siswa baru yang berada di sampingnya itu.
"Hallo, semuanya-"
"HALLO!" Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, para siswi sudah menyahutnya terlebih dahulu.
Ia hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal dan hal tersebut kembali berhasil membuat para siswi memekik kegirangan.
"Tenang anak-anak." Ucap Bu Debi berusaha membuat para siswi diam untuk sebentar.
"Bagus, terimakasih. Silahkan lanjutkan kembali perkenalan diri kamu." Bu Debi memberi isyarat kepada siswa baru itu untuk melajutkan sesi perkenalannya.
"Nama gue Raefal Julian, pindahan dari SMA Mutiara Bangsa." Raefal tersenyum tipis dan hal itu kembali membuat kelas mereka menjadi ricuh, karena pekikan keras para siswi kembali terdengar dengan begitu nyaring.
"Segitu saja, Raefal?" Tanya Bu Debi dan dibalas anggukan ringan oleh Raefal.
"Baiklah, kamu silahkan duduk bersama ... Aditya." Ucap Bu Debi sambil menunjuk salah satu siswanya yang duduk di meja kedua dari belakang.
Siswa yang bernama Aditya itu langsung mengacungkan tangannya tinggi-tinggi, "Sini, Fal. Duduk sama gue. Gue baik kok, ngga gigit."
Raefal kembali mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya menuju meja Adit. Setelah sampai di sana, Raefal langsung mendaratkan bokongnya dan mencari posisi yang paling nyaman.
"Aditya Prasaja. Panggil aja Adit. Kapten basket di SMA Cakrawala." Adit memperkenalkan dirinya dengan bangga seraya mengulurkan tangannya kepada Raefal.
Mendengar kata 'Basket', kedua mata dengan pupil berwarna coklat milik Raefal sontak saja langsung berbinar, "Seriusan kapten Basket di sini? Wah, kalau gitu gue bisa gabung dong?" Tanya Raefal dengan penuh antusias.
"Bisa banget!" Adit pun mengangguk tak kalah antusias, "Hm ... gue denger-denger, katanya lo juga kapten basket di sekolah lo yang sebelumnya?" Kini giliran Adit yang bertanya.
Raefal tertawa hingga membuat kadar ketampanannya semakin meningkat, "Ternyata gue famous ya?"
Adit mencebikan bibirnya seraya menatap Raefal dengan sinis, "Ya ngga juga sih, gue cuma denger-denger aja. Tapi, kalau beneran malah bagus banget. Sekolah kita bulan depan bakalan tanding di tingkat provinsi. Lo harus gabung kalau gitu."
"Oke. Pulang sekolah nanti, gue langsung nemuin anak-anak basket yang lain deh. Thanks, ya!" Raefal menepuk bahu Adit sebagai ucapan terima kasih dan Adit hanya tersenyum sebagai jawaban.
Setelah itu, Bu Debi selaku guru sejarah langsung memulai pelajarannya.
Selama pelajaran berlangsung, keadaan kelas XII IPS 1 selalu ramai seperti biasanya. Namun, hari ini luar biasa ramai karena para siswi terus saja membicarakan Raefal sang pangeran yang tiba-tiba muncul di kelas mereka.
Raefal hanya tersenyum kecil menanggapi hal tersebut. Raefal justru bingung mengapa para siswi begitu excited melihat dirinya. Ia tahu ia memang tampan, tapi ya tidak seperti itu juga caranya.
Bel istirahat akhirnya berbunyi. Raefal dan Adit segera beranjak dari tempat duduknya untuk menuju kantin.
Namun ... kedua langkah kaki Raefal terhenti saat ia berada di depan pintu kelas, karena ia merasa ada yang menahan pergelangan tangannya.
Raefal memutar tubuhnya, kemudian ia terdiam sejenak menatap seorang gadis yang tengah tersenyum lebar kepadanya.
Kedua mata bundar dengan pupil berwarna hazel gadis itu mampu membuat Raefal terhipnotis selama beberapa saat. Raefal terpaku dan perlahan debaran jantungnya tak bekerja secara normal seperti biasanya.
Di detik selanjutnya, Raefal akhirnya tersadar dari lamunannya karena gadis itu menjentikan jari tepat di depan wajah Raefal.
"Hey, jangan bengong dong!" Gadis itu menyengir lebar, kemudian ia mengulurkan tangannya kepada Raefal.
"Zea Nayara. Panggil aku Zea, kamu mau jadi teman aku, kan?" Tanya gadis itu dengan senyuman yang belum luntur dari wajah cantiknya.
Raefal membalas senyuman gadis itu, "Zea? O-oke. Sekarang kita teman?" Raefal menyambut uluran tangan Zea dengan senyum lebar yang menghiasi wajah tampannya.
Hangat. Satu kata itu yang bisa mewakili perasaan Raefal saat tangan mungil gadis itu berada di dalam genggamannya.
Zea tersenyum girang, ia melepaskan genggaman tangan mereka. "Yaudah, kamu mau ke kantin kan? hati-hati. Kalau ada yang godain, cuekin aja ya!" Zea kembali tersenyum dan ia kembali menghampiri sahabatnya yang masih duduk manis di bangkunya sambil menggelengkan kepalanya.
"Gerak cepet juga ya, lo. Anak baru langsung di embat. Giliran si Bara ngejar-ngejar aja, selalu lo tolak."
Gadis bernama Zea itu malah menyengir dengan lebar, "Soalnya aku ngga suka sama Bara. Aku sukanya sama Raefal."
Gadis di hadapan Zea menganga tak percaya, ia sama sekali tidak mengerti apa yang berada dalam pikiran Zea, "Aneh lo, Ze. Setengah populasi cewek di sini aja ngejar-ngejar Bara. Nah elo, yang dikejar sama si Bara malah nolak. Ngga bersyukur banget ya emang jadi manusia!" Gadis itu menyentil kening Zea.
Zea mengusap-usap keningnya, sakit juga ternyata sentilan dari sahabatnya itu. "Rayta bawel. Lebih bawel dari Mama aku. Mending Bara buat kamu deh. Aku kan maunya sama Raefal."
Rayta mendengus, "Lah, emangnya Raefal mau sama lo?" Tanya Rayta sarkas.
Zea tersenyum lebar, "Kalau Raefal ngga mau, aku bakalan terus berusaha sampai Raefal mau sama aku." Ucap Zea sangat-sangat percaya diri.
"Terserah lo dah, Ze. Si Bara datang tuh." Rayta melirik ke arah pintu kelas mereka dan Zea mengikuti kemana arah pandangan Rayta tertuju.
Dan benar, Bara sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum dengan sangat manis.
"Ke kantin yuk, Ze!" Ajak siswa dengan name tag di kemeja putihnya yang bernama Bara Nugraha itu kepada Zea.
Zea mengangguk dengan cepat dan Rayta hanya bisa mendengus sebal, "Bakal jadi nyamuk lagi deh gue!" Gumam Rayta, lalu dengan setengah hati, ia pun mengikuti langkah Zea dan Bara menuju kantin.
☆☆☆