bc

Grazie

book_age12+
316
FOLLOW
2.0K
READ
possessive
family
drama
tragedy
sweet
highschool
first love
friendship
chubby
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jadinya jika seseorang yang kita inginkan ternyata tak bisa termiliki sepenuhnya?

Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah kita genggam dengan begitu erat ternyata harus dilepaskan?

Ini tentang Raefal dan Zea. Dua insan yang harus menerima apa-apa yang sudah ditakdirkan oleh semesta.

chap-preview
Free preview
P R O L O G
SELAMAT MEMBACA! ☆☆☆ Isak tangis itu semakin terdengar pilu. Tangis yang selama ini ia pendam, akhirnya ia tumpahkan malam ini seraya mendekap putra kecilnya. "Bunda ... jangan nangis lagi ... Raefal janji deh, ngga akan nakal lagi." Ucap seorang bocah laki-laki berumur tujuh tahun dalam dekapan seseorang yang tadi ia sebut sebagai Bunda. Hanna meleraikan pelukannya dari putra kecilnya itu. Kemudian, dengan air mata yang berlinang, Hanna menciumi putra kecilnya itu dengan penuh kasih sayang. "Iya, sayang ... Bunda ngga akan sedih lagi. Tapi, Raefal mau janji sama Bunda, ya?" Tanya Hanna pada sang putra. Bocah laki-laki itu mengangguk dengan patuh, "Iya, Bunda. Memangnya Raefal harus janji apa sama Bunda?" Hanna tersenyum sembari mengusap kedua pipi mulus milik putra kecilnya itu, "Raefal sekarang sudah tidak punya Ayah. Saat Raefal sudah besar nanti, jangan pernah cari tahu tentang Ayah, oke?" Kedua bola mata bocah laki-laki yang dipanggil Raefal itupun mulai berkaca-kaca, "Memangnya Ayah kemana, Bunda?" Dan kini ... air mata itu sudah membasahi pipi mulus Raefal kecil. "Ayah sudah pergi. Dan satu lagi, cukup kenalkan diri kamu dengan nama Raefal Julian kepada orang lain ya, sayang ..." "Kenapa gitu, Bunda?" Tanya lagi Raefal kecil. “Raefal tahu kan, nama belakang Raefal itu siapa?” Raefal kecil mulai berfikir dan hal itu membuat ia terlihat sangat menggemaskan. “Nama belakang Raefal itu ... nama Ayah, Bunda ...” “Benar. Karena Ayah Raefal sudah pergi, jangan gunakan nama itu lagi. Oke?” Hanna tersenyum seraya mengusap rambut Raefal kecil dengan lembut. “Siap, Bunda! Raefal ngga akan pakai nama Ayah lagi. Tapi  ... Bunda jangan nangis lagi, ya?” Pinta Raefal kecil. Hanna mengangguk kemudian kembali menciumi putra kecilnya itu. "Terimakasih, sayang." Hanna mengusap rambut Raefal dengan lembut. "Bunda ... Raefal mau ice cream!" Raefal kecil mulai merengek dan membuat Hanna kembali melengkungkan bibirnya untuk tersenyum. "Ayok, kita beli ice cream!" Ajak Hanna yang langsung disambut riang gembira oleh Raefal kecil. "Ayok, Bunda!!" Raefal kecil dengan semangat menarik tangan Hanna menuju mobil mereka yang terparkir di halaman rumah. Setelah mengunci pintu rumah, Hanna segera masuk dan mengemudikan mobilnya menuju supermarket yang berada tidak jauh dari rumahnya. Hanna dan Raefal kecil terlihat begitu bahagia, mereka bercanda tawa bersama. Raefal kecil terus saja berceloteh ria menceritakan bagaimana keseruan ia di sekolah hari ini. Namun ... tiba-tiba saja sebuah mobil dari arah yang berlawanan melaju dengan sangat kencang, yang terjadi selanjutnya adalah suara dentuman keras antara dua benda yang saling bertabrakan terdengar begitu nyaring. Mobil yang Hanna kendarai terpental ke bahu jalan. Dan setelah itu, Hanna dan Raefal hanya  merasakan sakit di sekujur tubuh mereka. Dengan sisa tenaga yang masih ada, Hanna bersusah payah untuk membawa Raefal kecil ke dalam dekapannya. "Bunda sayang Raefal ..." Kemudian, kedua mata Hanna terpejam hingga semuanya menjadi gelap gulita. "Bunda ... jangan tinggalin Raefal. Bunda ... jangan pergi ..." Kedua mata itu terbuka dengan lebar. Peluh keringat membasahi tubuhnya. Napasnya tersenggal-senggal dan tubuhnya bergetar begitu hebat. Ia pun kembali mengatur napasnya agar menjadi lebih tenang, setelahnya ia beranjak dari tempat tidurnya. Ia mulai melangkahkan kedua kakinya untuk berjalan menuju jendela besar yang berada di dalam kamarnya. Kemudian, ia menyibakan gorden berwarna cokelat muda yang menutupi jendela besar tersebut. Dan setelahnya, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana bintang-bintang dan bulan yang bersinar menerangi langit malam ini. Kedua bola matanya menatap lurus satu bintang yang paling terang di antara yang lainnya, kemudian ia tersenyum tipis. "Bunda apa kabar? Raefal kangen sama Bunda ... " Ucapnya dengan begitu lirih sambil terus menatap satu bintang itu. "Bunda tahu? Mama dan Papa Raefal itu baik banget. Raefal merasa jadi orang yang paling beruntung karena bisa berada di tengah-tengah mereka. Raefal sayang mereka, Bunda." Ia terus berucap sambil menatap bintang di langit itu. "Raefal janji Bunda, Raefal akan membuat Mama dan Papa bangga. Raefal janji ngga akan kecewain mereka." Ia menarik napasnya dengan panjang, "Bunda ... baik-baik ya di sana. Raefal janji ngga akan nakal." Ia terkekeh, mengingat waktu dulu ia pernah mengucapkan kalimat yang serupa. "Sudah dulu ya, Bunda. Soalnya Raefal ngantuk lagi." Ia menguap dengan lebar hingga di kedua sudut matanya terdapat sedikit air mata. "Selamat malam, Bunda." Ucapnya lagi sambil tersenyum menatap langit, mengakhiri percakapannya malam ini. Ia menutup gordennya dan kembali menyeret langkah kakinya menuju tempat tidur.  Setelah itu, ia membaringkan tubuhnya kembali  di sana. Tak butuh waktu yang lama, kedua matanya sudah terpejam begitu rapat dan ia kembali menjelajahi alam mimpinya. ☆☆☆

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

MENGGENGGAM JANJI

read
484.2K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
39.9K
bc

MANTAN TERINDAH

read
10.0K
bc

I Love You, Sir!

read
270.3K
bc

Symphony

read
184.7K
bc

Saklawase (Selamanya)

read
69.7K
bc

Bukan Calon Kakak Ipar

read
146.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook