Keluarga?

788 Words
Lydia menatap jengah Alden yang tengah memilih mi instan. Ketiganya tengah berbelanja di sebuah supermarket. Seperti kesepakatan, nanti malam Lydia tinggal di rumah Alden. "Kenapa beli banyak?" Lydia membuka suara. "Ini makanan penting untukku Li." "Kau tak makan nasi?" tanya nya lagi. "Terkadang, kalau go-food. Biasanya aku hanya makan dua mie instan." Lydia yang tengah menggendong Aspen yang sudah nyenyak pun mendekati trolly dan mengembalikan semua mi instan yang sudah Alden pilih sedari tadi ke rak nya semula. "Kau gila!? Aku memilihnya sudah hampir setengah jam!" kata Alden kesal namun Lydia malah menatapnya tak takut. "Kalau kau mau aku menjaga Alpen. Taati perintahku, Bapak CEO yang terhormat." "Kau gila!? aku yang majikanmu disini." Lydia menggedikkan bahunya. "Kalau kau tak mau, aku juga tak mau menjaga Aspen." ujar Lydia menatap Alden yang langsung membungkam mulutnya. Lydia mengelus kepala Aspen lembut, sembari tersenyum penuh kemenangan pada Alden. "Baiklah. Apa maumu?" pasrah Alden memilih mengalah. Aspen hanya mau pada Lydia, jadi ini satu satu nya kesempatan Alden. Agar ia bisa tidur nyanyak bebas dari rengekan Aspen tengah malam dan pergi tanpa dikira sebagai seorang Ayah. Tapi terkadang itu bagus juga untuk menghindar dari perempuan perempuan gatal. "Tidak boleh ada mi instan di rumah. Aku yang akan masak untukmu." "Kau gila? aku sudah lama memakan itu setiap harinya. Aku tak bisa." Lydia mengangguk, benar saja. Alden pasti sangat sulit menghilangkan kebiasaan buruknya itu. "Oke, aku perbolehkan kau beli sepuluh bungkus." "lima belas." tawar Alden. "sepuluh." kekeuh Lydia. "Li- baiklah" Alden langsung menuruti perintah wanita yang menatapnya tajam itu. "Sudah?" Alden mengangguk lalu pria itu membuntuti Lydia yang berjalan di depan. "Sialan! kenapa aku seperti babunya?" umpat Alden. "Aku bisa mendengar nya Alden." kata Lydia membuat Alden mengumpat tanpa suara. Namun tak urung juga pria itu membuntuti Lydia di belakang. Alden di belakang yang melihat Aspen tertidur pulas di gendongan Lydia tersenyum senang. Terbayang malam nanti ia akan tertidur pulas tak seperti setahun belakangan. "Anaknya ganteng." kata seorang ibu ibu yang melihat Aspen tertidur pulas. Lydia hanya tersenyum. "Oh, kayak bapaknya. Nanti kalau anaknya cewek pasti cantik kayak ibunya." Alden dan Lydia saling bertatapan. Lalu keduanya hanya tersenyum pada ibu ibu itu. Setelah ibu ibu itu pergi Lydia dan Alden hanya saling bertatapan geli. "Perlengkapan Aspen, bahan makanan, sabun..." Alden diam kala Lydia kembali mengecek barang belanjaan mereka. "Oke, ayo bayar." Lagi lagi Alden hanya mengangguk, menuruti perintah wanita itu. Sampai dirumah. Sore tadi, sebelum ke supermarket Lydia sudah datang dan merapikan barang barangnya. Masih ada beberapa barang di rumahnya, namun itu tak penting jadi Lydia memutuskan untuk tidak membawanya. "Buka pintunya, aku akan bawa masuk barang barang tadi." Lydia mengambil kunci yang Alden berikan. Lalu Lydia membuka pintu dan masuk meninggalkan Alden yang tengah membuka bagasi. Lydia langsung berjalan ke sebuah kamar yang di himpit dua ruangan. Kamar Alden dan kamar Lydia. Tengahnya adalah kamar Aspen. Entah kenapa bisa pas begitu, kata Alden memang ia yang meminta desain nya seperti itu. Lydia membuka pintu ruangan dan nampaklah interior Marvel dan mainan mainan yang terpajang. Pelan pelan gadis itu meletakkan Aspen di ranjang ukuran orang dewasa itu. Kenapa? karena Aspen tidur tidak bisa diam dan Alden suka menemani balita itu tidur. Lydia mengelus kepala Aspen pelan lalu membentengi nya dengan guling di kedua sisinya. "Kau mau mandi?" Lydia terkejut kala Alden sudah berdiri di ambang pintu. "Tidak." Alden mengangguk. "Baiklah." ujar pria itu lalu pergi Lydia mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur sebelum pergi dari kamar Aspen. Lydia menatap jam, sudah pukul 21.03. Lydia lalu pergi ke dapur dan merapikan barang barang yang tadi di beli. Lydia menggeleng kala melihat isi kulkas hanya minuman minuman kaleng. Lydia mengeluarkan minuman minuman itu, lalu memasukkan sayur dan buah buahan yang tadi di beli. Lydia akhirnya memutuskan untuk memasak daging tuna sembari menanak nasi. Saat Lydia membuka magic com, ia menggeleng. Magic com itu sangat bersih, Lydia duga pasti ini pertama kalinya di buat untuk menanak nasi. Dengan telaten gadis berkacamata itu meracik bumbu dan memasak. Tak lama, Alden yang keluar dari kamar mandi langsung di suguhkan wangi yang membuatnya langsung lapar. "Kau memasak Li?" tanya Alden. "Ya, aku sudah bilang." balas Lydia tanpa berbalik menatap lawan bicara. "Aku boleh makan?" "Tentu saja, ini kan rumah mu. Kenapa kau bertanya pada- AAAAAAA!" Lydia berteriak kala berbalik dan menatap Alden hanya berbalut handuk dan telanjang d**a. "Kau kenapa?" heran Alden kala Lydia memilih berbalik lagi. "Kau gila!? aku perempuan. Mataku ternodai!" "Maksudmu tubuhku?" tanya Alden. "Hanya telanjang d**a saja kau heboh, bagaimana kalau aku telanjang badan." "KAU MAU MATI!?" JANGAN LUPA IKUTI I*STAGRAM @SUCIDIANN__ DAN WAT**AD DEE @QUEENAADEE(QUEENDEE) DOAKAN DEE YA BISA MENJADI PENULIS TERKENAL SUATU SAAT NANTI. AAMIIN AAMIIN. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA DEE. MAAF JIKA TIDAK SESUAI EKSPETASI KALIAN. DANK U ALL SUKSES SELALU
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD