Malam pertama

816 Words
Lydia menutup mulutnya yang menguap. Gadis itu terus menepuk b****g Aspen di gendongan nya. Sudah pukul sebelas lebih dan Aspen masih terjaga. Alden? pria itu pamit rapat dan entah kenapa belum pulang. "Mama...." "Iya sayang Mama disini." kata Lydia mengelus kepala Aspen yang mulai mengantuk. Alden sudah bercerita. Tentang Aspen yang selalu mengatakan Mama kala mengingau atau di bawah sadar kala dia mengantuk. Lydia melirik ke arah tugasnya lalu menghela napas berat. Tugas nya harus di kumpul besok dan ia belum mengerjakan sama sekali. Aspen terus meminta di gendong membuatnya tak bisa mengerjakan tugas nya. Lydia memutuskan untuk berjalan sembari menggendong Aspen. Gadis itu mengajak Aspen mengelilingi rumah. Sampai di pojok ruangan, Lydia memutuskan masuk karena tak ada pintu di ruangan itu. Lydia menatap takjub poster poster dan lukisan di ruangan itu. Tapi kebanyakan lukisan itu seorang balita yang Lydia tau siapa, Aspen. "Kau belum tidur?" "EH!?" Lydia terkejut kala Alden tiba tiba ada di belakangnya. "Kapan kau masuk? aku tak mendengar kau pulang?" Lydia menatap Alden penuh takut. Ia punya pengalaman mengerikan ketika di rumah kecilnya. Ia tinggal sendiri, namun saat ia tidur seseorang duduk membelai rambutnya. "Aku sudah pulang dari tadi, tapi merokok di depan." Lydia mendengus. "Tugas ku belum selesai, aku menunggu mu pulang. Aspen tak mau tidur." "Mana tugasnya?" tanya Alden melihat raut lelah Lydia. "Sudahlah, nanti aku tak akan tidur." putus Lydia. Percuma ia memberikan nya pada Alden. Toh pria itu nantinya pasti juga cuma melirik tak bisa mengerjakan. "Biar aku saja." Alden akan menarik Aspen dari gendongan Lydia agar wanita itu bisa mengerjakan tugasnya. Namun saat Lydia akan memberikan Aspen pada Alden, balita itu malah merengek. "Sudahlah tak apa, biar aku saja." Lydia lalu keluar dari ruangan itu. Namun entah kenapa Lydia berjalan mundur lagi. "Kau jangan tidur, temani aku." Alden menghela napasnya lalu mengangguk. "Baiklah. Aku tau kau penakut." Lydia mendesis namun tak melakukan protes karena memang itu kenyataan. Akhirnya Alden makan malam padahal sudah jam sebelas malam sembari menemani Lydia yang terus berjalan mengelilingi meja makan dengan menggendong Aspen yang mulai terlelap. "Kalau kau makan sekarang, kau minimal tidur jam satu nanti." kata Lydia. "Kenapa?" tanya Alden. Ia selalu makan berantakan, selagi Aspen tidur ia selalu memanfaatkan waktu luang nya untuk makan. Jadi persetan dengan jam makan. Alden nyatanya tak pernah sakit. "Tak baik untuk kesehatan mu." Lydia menatap tajam Alden yang mengangguk tak meyakinkan. Alden yang tengah memakan masakan Lydia langsung berhenti. "Baiklah, aku tak akan mengulangi nya lagi puas?" Lydia mengangguk. "Apa semua lukisan itu kau yang melukisnya?" "Kau pikir Aspen?" balas Alden membuat Lydia mencibir. "Mungkin saja." balas Lydia. "Kalau begitu Aspen bayi ajaib." Lydia mengangguk tak perduli. Lydia lalu menatap Alden yang malah memilih makan di tikar sembari menonton tayangan tinju di televisi. Layaknya bapak bapak, Alden melipat satu kakinya sembari mengangkat piring nya. "Kenapa kau tak sekalian makan dengan tangan?" kata Lydia melihat pose makan Alden. "Aku malas cuci tangan." balas Alden. Lydia lalu menatap Alden sembari bergidik. Orang orang di luar sana pasti gila, karena mengira Alden adalah pria dingin, tampan, berkharisma. Padahal tampilan nya dirumah layaknya bapak bapak pengangguran. Lydia? dia tak kaget. Dia juga sudah mengira Alden tak berkharismatik seperti di luar sana ketika di rumah. "Gila." lirih Lydia kala melihat Alden ikut bersorak gembira sembari menonton tayangan tinju di depannya. ******** Alden masuk ke kamar Lydia. Dilihatnya Aspen yang malah ikut tidur bersama nya. Alden mendekat lalu mengambil kacamata Lydia yang masih di pakainya pelan pelan agar Lydia tidak terbangun. Lalu Alden menyelimuti dua orang yang sudah pulas itu. Setelah menyelimuti, Alden berjalan ke meja belajar Lydia. Aneh memang, Lydia tak meminta meja rias malah meminta meja belajar pada Alden. Namun karena Alden baik hati dan tidak sombong, Alden belikan juga meja rias untuk Lydia. Bahkan tanpa sepengetahuan Lydia. Kamar tidur untuk babysitter Aspen dulu bukan di kamar itu. Mereka ada di kamar belakang yang sekarang menjadi gudang. Kamar Lydia adalah bekas kamar bermain Aspen. Alden merombaknya untuk Lydia karena Lydia istimewa. Lydia yang di pilih oleh Aspen dari sekalian banyak mbak mbak, tante tante dan emak emak. Alden mengambil sebuah buku yang terbuka dan nampak beberapa soal yang sama sekali belum di kerjakan. Alden tersenyum simpul. Lydia bilang akan begadang untuk mengerjakan nya. Namun gadis itu malah pulas tertidur. Alden lalu mengeluarkan ponselnya. "Carikan jawaban itu, kirim padaku secepatnya. Ku naikkan gajimu tiga kali lipat." titah Alden pada seseorang di seberang sana. Pria itu lalu mencopot kemeja putih nya dan menampakkan d**a telanjang nya yang putih menggoda. Alden lalu duduk standby di meja belajar Lydia. Sembari menunggu jawaban, Alden terlihat mengotak atik ponselnya. "Eunghhh..." Alden terkekeh melihat Lydia melenguh, terlihat sangat kecapekan. "Kau harus bersyukur memiliki majikan seperti ku " JANGAN LUPA IKUTI I*STAGRAM @QUEENDEEII DAN WAT**AD DEE @QUEENAADEE(QUEENDEE) DOAKAN DEE YA BISA MENJADI PENULIS TERKENAL SUATU SAAT NANTI. AAMIIN AAMIIN. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA DEE. MAAF JIKA TIDAK SESUAI EKSPETASI KALIAN. DANK U ALL SUKSES SELALU
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD