Majikan baik

1115 Words
Lydia melenguh dari tidurnya. Perlahan Lydia bangun membenarkan posisi tidur Aspen. Lydia duduk mengumpulkan kesadaran nya yang belum pulih. Sampai tiba tiba Lydia melotot kala jam menunjukkan pukul empat pagi. "Tugasku..." kata Lydia langsung gusar. "Sudah selesai..." sahut seseorang, Lydia langsung menoleh mendapati Alden yang ternyata tidur di sebelah Aspen. Dalam arti lain, ketiganya tidur dalam satu ranjang bak keluarga kecil. "Kau!? kenapa kau tidur disini?" histeris Lydia. Alden hanya menatap Lydia tak berniat menjawab "Tidur lah, masih pagi Li" sahut Alden. "Kau punya banyak sekali tenaga, bisa bisanya teriak pagi buta begini" lanjut Alden lalu memeluk Aspen dan kembali memejamkan matanya. Lydia terdiam sebentar, sebelum akhirnya kembali mengingat tentang tugas nya. Cepat cepat Lydia meraih buku nya, namun saat ia berniat untuk duduk dan mengerjakan, Lydia membeku di tempat. Seperti yang sudah Alden katakan, tugas nya sudah selesai. Lydia langsung meraih kacamata nya, seperti nya ia salah melihat. Namun tidak. Setelah Lydia memakai kacamata juga tetep sama. Semua soal yang sudah di tulisnya, sudah terjawab. Lydia langsung membalikkan badannya dan menatap Alden. "Kau yang mengerjakan ini?" "Bukan, seperti nya hantu" balas Alden. Lydia nampak tak kesal, gadis itu langsung kembali ke ranjang dengan wajah senang. "Terimakasih" seru Lydia. "Sudah ku bilang bukan aku yang mengerjakan tugasmu" Lydia nampak tak perduli Gadis itu kembali merebahkan dirinya dengan santai, membuat Alden membuka mata nya. "Kau tidak takut ada aku disini?" tanya Alden membuat Lydia yang tengah mesam mesem menatap langit langit kamar langsung menoleh. "Kenapa aku harus takut?" "Ya... aku pria dan kau wanita" balas Alden "Lalu?" bingung Lydia membuat Alden berdecak. "Apa kau sungguh tidak tau? aku bisa saja melakukan hal tidak pantas padamu" "Seperti?" tanya Lydia membuat Alden mendelik. Apa wanita itu benar benar polos? batin Alden. "Seperti ciuman mungkin" jelas Alden. Lydia terkikik geli lalu melepas kacamata nya. "Aku tak pernah takut dengan pria, karena pria yang takut denganku." Alden mengernyitkan dahi "Banyak anak menggosipkan aku ini itu, bahkan para cowok di kampus terlihat menghindari ku.Aku tidak cantik, tidak seksi, tidak seperti kebanyakan gadis gadis di luar sana. Jadi untuk apa aku takut pria?" jelas Lydia lalu kembali memeluk Aspen yang mendekat padanya. Lydia menepuk b****g Aspen sembari kembali memejamkan mata. Tak sadar jika Alden menatap nya sembari tersenyum. ***** Alden melenguh, perlahan membuka matanya dan tidak menemukan siapa siapa. Lalu Alden melirik jam, sudah menunjukkan pukul setengah enam. Tapi dirinya masih mengantuk, tadi malam ia tidur pukul satu menunggu jawaban tugas Lydia dari anak buah nya, lalu ia menyalin nya ke buku Lydia. Bukankah dia majikan yang sangat baik Alden sudah bersiap untuk kembali pergi ke mimpi indah nya, sebelum tiba tiba sesuatu yang berat terasa diperutnya. "Papa..bangun" kata Lydia sembari mendudukkan Aspen diperut Alden. Bukannya bangun, Alden malah memeluk Aspen dan mengajak nya kembali tidur. "Kau akan terlambat kalau tidak segera bangun" "Eungh....lima menit lagi Li" kata Alden sembari menarik selimut. "Tidak ada satu atau lima menit, cepat bangun. Aku akan memandikan Aspen dan kau juga mandi" "Cepat, akan ku hitung sampai tiga kalau tidak mau bangun aku mengundurkan diri"ancam Lydia. "Satu...dua.." "Iya iya!" Alden bangkit dari tidurnya, duduk masih dengan mata yang terpejam sembari memeluk Aspen yang bingung melihat Alden. "Cepat mandi, aku akan memandikan Aspen juga" kata Lydia. Alden terlihat mengedip ngedipkan matanya pelan. "Kau sudah mandi?" tanya Alden kala Lydia sudah rapi dengan blouse ungu dan celana jeans nya. Tak lupa dengan kacamata uang bertengger di hidung nya yang tinggi. "Tentu saja, bagaimana bisa aku belum siap siap. Apa kau mau membawa Aspen yang belum mandi?" Alden tentu saja menggeleng kan kepala nya. "Yasudah, cepat lah kembali ke kamar mu." Alden menatap kesal ke arah Lydia yang sudah pergi. "Padahal ini rumahku, kenapa dia mengusirku?" kesal Alden. Namun tak urung juga pria dengan rambut acak acakan yang malah membuatnya terlihat seksi itu bangkit dan berjalan keluar dari kamar Lydia. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Alden nampak excited kala mencium aroma sedap. Pria itu berjalan sembari mengancingkan kemeja nya. "Kau yang memasak ini?" tanya Alden kala melihat ada sayur dan lauk diatas meja. "Kau kira aku delivery makanan?" sewot Lydia yang tengah menyuapi Aspen. "Ck! kenapa kau tak ada sopan sopannya padaku? padahal aku majikanmu" sungut Alden lalu menarik kursi dan mengambil piring. "Kau sendiri yang memaksaku, aku tidak pernah mengajukan pekerjaan padamu" sahut Lydia membuat Alden mendesis kesal. Tapi memang itulah faktanya. "Enak.." kata Alden kala ia menyuapkan satu sendok kemulut nya. Lydia nampak senang dengan pujian Alden, ya walau hanya satu kata. "Ternyata kau bisa memasak juga" "Cih, apa yang tidak ku bisa? aku sudah hidup mandiri sejak lama" kata Lydia membuat Alden mengangguk. "Ya, tapi sekarang kau tidak akan hidup sendirian lagi karena ada aku" "Kenapa kau?" heran Lydia. "Ya karena aku tidak akan melepaskan mu" xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx Lydia melambai pada Aspen yang berada di pangkuan Alden. "Mama..." rengek Aspen mengulur kan tangannya pada Lydia. Lydia tersenyum. "Nanti ya? Aspen sama Papa dulu ya ganteng?" "Kalau sudah selesai kabari aku" "Kenapa?" "Aku akan menjemput mu" "Tidak usah. Aku akan naik ojek saja" "Kalau ku bilang akan dijemput ya pasti ku jemput. Tak usah bantah perkataan ku, kabari aku" Lydia mengangguk sembari mengerucut kan bibirnya kesal. "Aku pergi" Lydia mengangguk. "Dadaah Aspen..." lambai Lydia. Seiring mobil Alden menjauh, senyum diwajah Lydia juga perlahan menyusut. Kembali ke Lydia yang awal. Sosok gadis dengan wajah flat yang tak pernah bicara dan tersenyum. Lydia terus berjalan sampai tiba tiba beberapa orang mendekatinya. "Hei, apa kemarin itu benar benar suamimu?" "Ya, apa pria tampan itu suami mu? dan dia anakmu?" Lydia memutar bola mata nya malas. Dasar, kalau ada mau nya saja mendekati Lydia. "Bukankah kau masih lajang?" "Kalau dia bukan suamimu bisakah kau memberikan nomor nya pada kami?" "Ya, dia anakku" jawab Lydia membuat gadis gadis itu membeku di tempat mendengar jawaban Lydia. Lydia lalu kembali berjalan. Bukankah benar? kata Alden, Aspen sekarang adalah anaknya. Jadi bukan salah Lydia jika menjawab seperti barusan. Salah Alden, karena Alden yang mengatakan itu. xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx JANGAN LUPA IKUTI I*STAGRAM @QUEENDEEII DAN WAT**AD DEE @QUEENAADEE (QUEENDEE) DOAKAN DEE YA BISA MENJADI PENULIS TERKENAL SUATU SAAT NANTI. AAMIIN AAMIIN. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA DEE. MAAF JIKA TIDAK SESUAI EKSPETASI KALIAN. DANK U ALL SUKSES SELALU
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD