Chapt 4. Almost

3179 Words
“Syefa! Kau baik-baik saja?!” “Syefa!” Spontan Gaza melirik ke arah mereka. Keningnya berkerut. “Syefa?? Ada apa??” ujar seorang wanita yang juga mengenalnya, dia membantu Syefa untuk duduk kembali. Sebagai seorang pemimpin divisi, dia tidak segan membantu bawahannya untuk duduk di kursi. Apalagi masih ada pemimpin utama mereka di ujung sana.             Jihan dan Keysha tampak khawatir dengan Syefa, sebab wajahnya sedikit pucat. “Kau baik-baik saja, Syefa?? Wajahmu pucat sekali??” ujar Keysha membantu Syefa untuk mengambil semua barang-barangnya.             Sedangkan Jihan, dia mengambil tissue untuk Syefa. “Kau berkeringat, Syefa. Sepertinya kau—” ucapan Jihan berhenti ketika tangannya menyentuh lengan Syefa yang terasa dingin sekali. Deg! ‘Astaga! Kau sakit, Syefa??’ bathin Jihan melihat Keysha dan atasannya bergantian.             Gaza kembali melirik ke arah mereka walau tangannya masih bergerak, membolak-balik berkasnya. “Baiklah, ayo kita keluar. Kita akan panggilkan Dokter,” ujar wanita itu.             Syefa mengangguk kecil. “Iya, Bu. Saya baik-baik saja,” ujar Syefa mulai beranjak dari duduknya.             Keysha membawa semua barang-barang Syefa. “Biar aku yang membawa barang-barangmu. Ayo,” ujar Keysha.             Jihan membantu Syefa untuk berjalan. Dia sedikit bingung kenapa Syefa berjalan sambil memegang perutnya. “Apa perutmu sangat sakit?” tanya Jihan berbisik padanya.             Syefa tersenyum kecut sambil menggeleng kecil. “Tidak, Jihan. Aku baik-baik saja,” balas Syefa berusaha menyembunyikan rasa sakit pada perutnya. Sungguh, dia sangat khawatir sekali jika saja kehamilannya ini diketahui oleh rekan kerjanya yang lain. Dia mungkin bisa dicepat tanpa diberi pesangon. Mereka berjalan keluar ruangan tanpa melihat ke arah sana. Sebab mereka sangat segan bila harus mengucapkan maaf atas peristiwa yang tidak disengaja ini, yang mungkin saja sedikit mengganggu pemimpin mereka. Wanita yang berprofesi sebagai seorang atasan, dia melirik ke arah pemimpin tertinggi di perusahaan ini. “Maaf jika kejadian tadi sedikit mengganggu, Tuan.”             Gaza meliriknya dan mengangguk kecil. “Tidak masalah,” balasnya dengan ekspresi dan nada bicara datar. “Saya permisi, Tuan.” Wanita itu tersenyum dan sedikit mengangguk hormat. Dia lalu keluar dari sana, mengikuti langkah kaki mereka yang masih berjalan lambat.             Jihan dan Keysha berjalan mendampingi Syefa yang susah berjalan dengan lancar. “Pelan-pelan saja, Syefa.” Wanita itu memberi pengertian. “Terima kasih, Bu.”             Sesekali, Gaza melihat mereka yang masih berjalan menuju pintu ruangan. Dia pikir, apakah pekerjaan mereka sungguh berat hingga kelelahan seperti itu.             Bukankah semua pekerja Althafiance selalu diberi multivitamin serta dicek kesehatan secara berkala. Sungguh, Gaza tidak suka bila melihat pekerjanya sakit lalu memaksakan diri untuk bekerja. Sebab keadaan sakit tidak akan pernah menciptakan kinerja kerja yang efektif. Dia sudah menerapkan itu di perusahaan Altahfiance sejak masa jabatannya aktif. Bahkan peraturannya ini berlangsung dan juga diterapkan di seluruh anak cabang perusahaan mereka. “Tuan? Ini berkas yang baru saja saya terima,” ujar Clave menyadarkan lamunan Tuan Besarnya.             Gaza langsung melepas pandangannya dari sana, dan kembali melanjutkan kegiatannya. Namun, saat dia berusaha fokus. ‘Baik-baik di perut Mama ya, Sayang. Bantu Mama bekerja hari ini ya? Jangan sakit seperti ini, Mama mohon.’ Deg!             Satu kalimat itu membuat Gaza kembali melihat ke arah pintu ruangan yang mulai ditutup rapat oleh penjaga ruangan. Ceklek… Kalimat itu sangat ambigu di telinganya. Dia tahu bahwa yang mengatakan itu adalah wanita yang hampir terjatuh tadi.             Clave, dia merasa bingung dengan sikap pria ini sejak kejadian tadi. “Tuan? Apa ada masalah?” tanyanya hati-hati, dia masih duduk tepat di sisi kanannya.             Gaza menghela panjang napasnya, lalu kembali mengalihkan pandangannya pada berkas yang tengah ia pegang. Selama beberapa detik ia diam sejak Clave melontarkan pertanyaan itu. “Apa program kesehatan pekerja masih terlaksana?” tanya Gaza tanpa melihat Clave yang kini meliriknya. Satu tangannya terus membolak-balik berkas yang akan ia tandatangani.             Clave mengangguk kecil. Dia paham lalu membuka program sistematis yang ada di Ipad, yang tengah ia pegang sekarang. “Masih, Tuan.” Tidak butuh waktu lama bagi Clave untuk membuka program yang dimaksud oleh Tuan Besarnya ini. Dia langsung menyodorkan Ipadnya di depan pria ini, menunjukkan perjalanan program yang dimaksud. “Ini, Tuan. Ini program menyeluruh di seluruh anak cabang.”             Gaza melihat Ipad yang dimaksud oleh Clave. Dia memperhatikan tanda merah dan kuning disana. “Angka kesakitan sekitar 6% dan angka kematin 8%. Selebihnya adalah angka kesehatan pekerja. Dan ini adalah informasi untuk bulan lalu,” jelas Clave memberitahu.             Clave pikir, apakah Tuan Besarnya ini masih memikirkan kondisi wanita tadi. Mungkinkah jika ia berpikir kalau program tidak dilaksanakan dengan baik dan dimanfaatkan oleh beberapa bagian yang tidak mau memberikan data dengan benar. “Apa ada hal lain yang harus saya jelaskan, Tuan?” tanya Clave kembali menegaskan.             Gaza hanya diam saja, tapi matanya masih memerhatikan Ipad milik Clave. Jemari kanannya terus menggeser layar disana untuk melihat perkembangan kesehatan serta penurunan angka kesakitan dan kematian di perusahaannya.             Dia mengamati dengan cermat, alasan dibalik angka kesakitan dan kematian yang paling dominan. “Aku berharap semua data ini benar, Clave.” Gaza kembali fokus pada berkasnya.             Clave langsung mengangguk kecil. “Tentu saja benar, Tuan. Sebab pernah terjadi beberapa kali, mereka memalsukan data dan membuat para pekerja sakit lalu dikeluarkan dengan sengaja. Padahal pekerja itu sehat dan seharusnya masih bisa berproduktif di salah satu anak cabang perusahaan. Setelah ditelusuri, ada motif lain dari pemimpin yang tidak bertanggung jawab.”             Gaza melirik Clave sekilas. “Tapi dia sudah dipecat 8 bulan yang lalu, Tuan. Dan pekerja yang dikeluarkan paksa, dia dipanggil kembali untuk bekerja dan bertahan sampai sekarang.”             Dia mengangguk, mendengarkan semua penjelasan Clave. Lalu, kenapa ada wanita yang sakit tadi. Apakah sakitnya tiba-tiba saja sehingga tidak bisa diprediksi oleh Tim Medis mereka, pikirnya. “Kapan program kesehatan dilakukan?” tanya Gaza lagi sambil membereskan semua berkasnya.             Clave ikut menyusun semua berkas yang ada disana. Dia paham kalau Tuan Besarnya ini memberi isyarat untuk keluar ruangan. “Setiap akhir bulan, Tuan. Pemberian multivitamin juga dilakukan di tanggal yang sama, Tuan. Semua dijalankan sesuai tanggal masing-masing.”             Gaza memahaminya, dia segera beranjak dari duduknya sambil mengancingkan kembali jas hitam pekatnya. “Baiklah. Terima kasih informasinya, Clave. Aku mau kau memberi pesan baru untuk semua, jangan biarkan pekerja yang sakit untuk datang bekerja. Siarkan pesan itu secepatnya,” ujarnya seraya memberi pesan. Dia mengambil ponsel dan satu map tipis diatas meja rapat itu. “Baik, Tuan. Saya akan siarkan setelah jam makan siang,” ujar Clave sedikit menunduk hormat. Clave segera membereskan semua barang-barang yang ada disana, lalu membawa beberapa map penting. Ia mengejar langkah kaki Tuan Besarnya yang hendak berjalan keluar dari ruangan. Dia sengaja meninggalkan semua barang-barang yang tersisa di meja rapat itu agar dibereskan oleh sekretaris kantor. Tentu saja akan dibawa kembali ke ruangan Tuan Besarnya.             Seiring dengan langkah kakinya, Gaza kembali membuka suara. “Sore nanti kita singgah ke Diskotik. Aku mau mengecek semua berkas.” “Baik, Tuan. Yel Yuan sudah menyiapkan semua dokumennya di ruangan kerja Tuan Arash.” “Kau tahu informasi kapan Arash kembali ke New York?” “Tidak, Tuan. Saya akan tanyakan itu pada Yel Yuan nanti.”             Clave tetap berjalan di belakang pria berseragam hitam itu. Dia mengambil ponsel dari balik jas hitamnya, lalu segera mengirim pesan kepada orang yang ia tuju. ..**..             Selama bekerja satu harian, Syefa tidak lagi mengalami kejang di perutnya. Tadinya, setelah mereka kembali ke ruangan divisi, atasannya sudah memanggil Dokter pribadi perusahaan mereka.             Namun, Syefa menolak keras dan mengatakan jika ia baik-baik saja. Tentu saja Syefa sudah ketakutan jika saja kehamilannya diketahui oleh atasannya. Bisa dipastikan jika ia akan dipecat nanti.             Syefa beralasan jika dia baik-baik saja dan tadi hanya bagian betisnya yang terasa sakit. Kedua teman kerjanya, Jihan dan Keysha merayunya agar mau diperiksa oleh Dokter             Tapi Syefa mengatakan jika Dokter perlu memeriksa bagian kakinya saja. Sikap Syefa tidak begitu dicurigai oleh atasan dan kedua teman kerjanya.             Di hadapan mereka, Dokter memberikan resep obat yang bisa ditebus di apotek tertentu yang bekerja sama dengan Althafiance. Yah, apotek yang memang diperuntukan untuk para pekerja Althafinace, sehingga mereka tidak perlu lagi membayar biaya tebus obatnya.             Setelah selesai mengurus Syefa, atasan mereka dan Dokter itu kembali keluar dari ruangan divisi desain. Saatnya mereka menikmati makan siang di kantin kantor seperti biasanya.             Kantin kantor sangat penuh. Walaupun begitu, setiap lantai memiliki kantin yang sangat luas, sehingga cukup untuk menampung semua pekerja di lantai tersebut.             Ketika para pekerja Althafiance masih menikmati sarapan di kantin masing-masing, muncul siaran penting melalui alamat surat elektronik masing-masing. Berita yang disiarkan secara khusus itu membuat geger semua pekerja Althafiance.             Dimana berita siaran itu berisikan informasi dan peraturan baru yang sudah ditanda tangani oleh pemimpin mereka, Gaza Abisatria Althaf. Informasi itu menjelaskan mengenai peraturan baru bagi pekerja yang sakit wajib mengajukan cuti diri selama 1 minggu. Tentu saja setelah menyodorkan bukti keterangan sakit dari Dokter yang bersangkutan.             Cuti yang dilakukan tidak akan dikenakan pemotongan gaji apapun. Minimal cuti sakit adalah 3 hari, dengan maksimal cuti 14 hari.             Cuti kerja akibat sakit diberikan bila pekerja mengalami sakit yang serius. Tim medis mereka akan melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum memberikan surat izin cuti sakit sesuai yang disarankan.             Tidak ada satu pekerja yang berhak bekerja di kantor dalam kondisi sakit. Bila hal itu ditemukan, maka pekerja yang bersangkutan akan diberi sanksi tegas berupa potongan gaji sesuai peraturan.             Itulah sebabnya para pekerja wajib memproteksi diri dengan rajin mengecek kesehatan secara berkala. Lalu, tidak lupa meminum multivitamin yang sudah disarankan dan difasilitasi oleh perusahaan. Namun sebaliknya, bila terdapat kebohongan atas cuti sakit yang diberikan. Dengan kata lain jika ada kerja sama antara Tim Medis dengan pekerja yang bersangkutan, maka keduanya akan diberi sanksi berat dengan pasal kebohongan. Selain dipecat, mereka juga tidak akan mendapatkan pesangon apapun. Lalu dipastikan bagi pelakunya, namanya tidak akan lagi diterima bekerja di perusahaan manapun. Baik di perusahaan cabang ataupun perusahaan anak cabang Althafiance, maupun di perusahaan yang memiliki lisensi kerjasama dengan Althafiance. Sebenarnya, peraturan ini sudah lama diterapkan. Bahkan sejak masa pemimpin terdahulu mereka, Abraham Althaf. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, peraturan yang ada kembali direvisi dan diperbaharui dengan sistem baru, lalu ditandatangani dengan pemimpin yang baru. Yah, begitu ketat peraturan di perusahaan Althafiance. Informasi itu sudah tidak asing lagi di dunia bisnis Internasional. Walaupun begitu, banyak sekali pelamar untuk tidak bosan melamar pekerjaan di perusahaan Althafiance. Terutama bagi para lulusan baru dengan nilai dan prestasi terbaik, mereka akan selalu mengincar Althafiance sebagai perusahaan pertama untuk melamar pekerjaan. Bagaimana tidak, perusahaan Althafiance merupakan salah satu perusahaan yang menjamin kesejahteraan para pekerjanya. Tidak hanya gaji besar, tetapi mereka menjamin kehidupan mereka dengan memberikan kelayakan tempat tinggal khusus bagi para pekerja tetap yang sudah mengabdi lebih dari 4 tahun dengan persyaratan tertentu. Informasi resmi yang sudah menyebar luas, membuat mereka yang masih berada di kantin mulai membicarakannya termasuk mereka bertiga. Lalu, Jihan dan Keysha merasa jika hal ini mungkin berkaitan dengan kejadian tadi siang. Syefa sempat berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh kedua temannya itu adalah benar. Dia jadi merasa khawatir bila itu benar lalu ia dipanggil oleh atasannya untuk diperiksa lebih lanjut, dan hal ini akan mengancam pekerjaannya. Dia menjadi tidak nyaman saat makan siangnya belum selesai. Tapi, sebisa mungkin Syefa tidak menunjukan ekspresi gelisahnya. Tidak lama dari menyebarnya informasi itu, hanya selang 30 menit saja. Syefa dihubungi oleh atasannya agar datang ke ruangan kepala divisi desain seelah jam makan siang. Dia benar-benar gelisah hingga Jihan dan Keysha sedikit aneh melihat Syefa. Mereka mengatakan jika Syefa tidak perlu khawatirkan apapun jika saja benar ia akan diberikan surat cuti sakit dan diperiksa oleh Dokter.             Setelah selesai jam makan siang, Syefa langsung pergi ke ruangan kepala divisi bagian desain. Dia banyak berdoa agar Tuhan bisa meluruskan jalannya dan bisa melindunginya demi bayi yang sedang ia kandung.             Pertemuan Syefa dengan atasannya, membuat ia tidak bisa banyak bicara. Syefa hanya diam mendengarkan semua penjelasan wanita yang merupakan atasannya itu.             Atasannya mengatakan jika Syefa diharuskan beristirahat selama 7 hari atas izin cuti sakit sebab kakinya yang cedera. Penjelasan Dokter mengatakan bahwa itu bisa saja karena Syefa selalu memakai heels setinggi 7 cm setiap harinya.             Dia juga menjelaskan jika Syefa tidak perlu melakukan rontgen bila ia tidak mau. Sebab Dokter sudah memberikan surat izin sesuai dengan keluhan Caca dan respon di tubuhnya yang pucat pasi dan berkeringat dingin menahan sakit.             Syefa menghela napas lega saat mendengarkan semua penjelasan dari atasannya. Ia membaca baik-baik surat izin cuti sakit itu sebelum menandatanganinya.             Setelah selesai menandatangai surat izin cuti sakit, Syefa diberi resep obat yang harus ia tebus selama masa cuti sakit dan sampai nyeri di kakinya menghilang. Tidak ada penjelasan lain dari atasannya selain menjelaskan detail mengenai izin surat cuti sakit untuknya.             Dia juga diizinkan untuk pulang lebih awal hari ini, lalu segera menebus resep obat yang diberikan. Tentu saja Syefa memahami itu, dia izin untuk keluar dari sana.             Syefa keluar dari ruangan itu sambil memegang d**a, berucap syukur. Dia kembali ke ruangannya dan duduk kursi kerjanya.             Jihan dan Keysha sangat penasaran dengan hasil pembahasan antara Syefa dengan atasan mereka. Lalu, Syefa menjelaskan semuanya sesuai dengan apa yang ia dengar tadi.             Dia juga menunjukan surat izin cuti sakit selama 7 hari yang ditujukan atas namanya. Mereka berbisik jika peraturan baru ini mungkin karena kejadian tadi siang saat di ruangan rapat. Dimana pemimpin mereka, Gaza Abisatria Althaf melihat kejadian itu dan berpikir bahwa pekerja yang sakit wajib beristirahat dan tidak boleh bekerja sampai benar-benar pulih.             Syefa juga menceritakan hal itu pada Jihan dan Keysha bahwa ia tadi sempat menanyakan hal itu pada atasan mereka. Tapi atasan mereka tidak memberikan jawaban apapun atas pertanyaannya.             Setelah membahas itu, Jihan berkata kalau ia akan merindukan Syefa nanti. Lalu Keysha mengusulkan sebuah ide agar mereka menghabiskan waktu untuk sore ini sebelum akhirnya akan memulai cutinya esok hari.             Tadinya Syefa mengatakan tidak perlu berlebihan, tapi Jihan justru memaksanya. Dia tidak bisa menolak lagi dan mengiyakan ajakan mereka. *** The Levent Coltar Discotic, Dubai, Uni Emirat Arab., Cafe., Sore hari.,             Mereka masih berada disana. Seperti biasa jika penat dari pekerjaan kantor dan waktu senggang, mereka bertiga akan menghabiskan waktu bersama di salah satu kafe terkenal yang hanya ada di diskotik ini. Diskotik yang juga menjadi bagian dari perusahaan Althafiance. Namun, perusahaan besarnya terletak di Dubai. “Kau yakin, Syefa?? Apa Farhat benar-benar meninggalkanmu??” cecar Jihan yang sejak tadi sangat penasaran dengan pernyataan Syefa bahwa ia telah putus dengan kekasihnya, Farhat Saddam. “Tapi kau baik-baik saja, bukan??” sambung Jihan lagi.             Syefa mengangguk kecil sambil menyeruput minuman jus jeruknya. Dia tersenyum tipis, membayangkan bagaimana sikap Farhat terhadapnya selama ini. Pria itu benar-benar berengsek dan melupakannya.             Keysha menatap lekat Syefa. “Kau harus kuat, Syefa. Pria di dunia ini bukan hanya dia. Aku yakin kau pasti kuat,” ujar Keysha menyemangatinya.             Tidak ada yang bisa Syefa lakukan selain tersenyum menanggapi ucapan kedua temannya ini. ‘Aku pasti kuat. Dan harus kuat demi bayiku,’ bathin Syefa seakan membalas ucapan mereka.             Yah, sudah beberapa menit berlalu setelah mereka sampai di kafe ini. Mereka bertiga membalas segala hal, mulai dari masalah pekerjaan, masalah keuangan dan kenaikan gaji, lalu masalah percintaan.             Giliran Syefa yang tidak tahan bila mereka terus membahas perihal percintaan. Karena pada akhirnya, Syefa tidak mampu memendam semua masalahnya seorang diri.             Memang, dia selalu memuntahkan semua isi hatinya ketika bersujud. Tapi, rasanya dia memang belum lega bila tidak seorang pun mendengar segala keluh kesahnya.             Dia memang menceritakan kisah percintaannya dengan Farhat kepada Jihan dan Keysha. Tapi dia tidak menceritakan jika dia dan Farhat telah menikah siri beberapa tahun silam dan dirinya tengah hamil muda sekarang. “Aku pasti kuat. Lagi pula, dia sudah pergi jauh bersama kekasih barunya. Yang paling penting, aku masih aman karena dia tidak mengganggu hidupku lagi,” ujarnya sambil tersenyum tipis.             Jihan beranjak dari duduknya, lalu mendekati Syefa. Dia duduk di sisi kiri Syefa, lalu memeluknya.             Begitu juga dengan Keysha, dia melakukan hal yang sama lalu memeluk Syefa. “Terima kasih banyak. Kalian memang keluargaku. Maaf kalau selama ini kalian selalu aku repotkan,” ujar Syefa tersenyum dan hendak meneteskan air matanya.             Keysha menggelengkan kepalanya. “Tidak, Syefa. Kau sahabat terbaik kami. Kita bekerja sama dan sudah mengenal lama. Jangan pernah anggap kami orang lain,” ujar Keysha.             Jihan mengangguk kecil. “Iya, Syefa. Jangan merasa kalau kau merepotkan kami. Justru kami sangat bahagia kalau kau membutuhkan kami. Kita sama-sama merantau di Negara ini. Kami tahu rasa sakitnya menahan rindu terhadap keluarga. Kita satu perjuangan yang sama, Syefa.” Jihan hendak menangis.             Syefa sangat bersyukur dengan kehadiran Jihan dan Keysha yang selalu ada untuknya. Yang selalu menghiasi hari-harinya di kantor.             Walau Syefa sering merasa tidak kuat. Kakinya seperti lelah untuk melangkah ke depan. Dirinya merasa tidak memiliki kemampuan hidup lagi.             Keluarga yang sudah tidak menganggap dirinya ada, bahkan enggan menerimanya untuk kembali lagi sebab ia lebih memilih Farhat. Tapi sekarang, Farhat justru mengkhianatinya.             Pria itu justru pergi bersama wanita lain dan tidak lagi memerhatikan kondisinya yang kian hari kian memburuk. Sekarang, Syefa harus bertahan sekali lagi karena Tuhan telah mengirimkan malaikat kecil di rahimnya.             Dia tidak tahu apa rencana Tuhan. Disaat kondisinya sesulit ini, Tuhan justru memberikan titipan manis di rahimnya.             Tentu saja Syefa bahagia karena ia merasa akan memiliki keluarga baru yang sudah pasti akan menerima dirinya apa adanya. Walau disisi lain, Syefa merasa sedih sebab bayi yang tengah ia kandung disia-siakan oleh ayahnya sendiri. …             Di sisi lain, seorang pria berseragam hitam pekat baru saja masuk ke dalam diskotik mewah berbintang lima di kota ini. Dia dan sekretaris pribadinya berjalan menuju lift khusus yang ada disana.             Namun, seiring dengan langkah kakinya, matanya tidak sengaja melirik ke arah sana. Sebuah kafe yang terletak di ruangan ujung sana.             Matanya berkerut melihat beberapa orang wanita yang ada disana. Langkah kakinya yang melambat, membuat pria yang berjalan di belakangnya membuka suara. “Apa ada masalah, Tuan??” tanya Clave menatap ke arah yang sama.             Yah, Gaza memerhatikan wanita yang ada disana. Dia mengenali seragam mereka. “Sepertinya mereka pekerja Althafiance, Tuan.” Clave memberitahu hal yang ia lihat, yang mungkin juga dipikirkan oleh Tuan Besarnya ini.             Gaza mengangguk kecil dan kembali melanjutkan langkah kakinya. Walau matanya masih melirik ke arah yang sama. ‘Bukankah itu wanita yang di rapat tadi?’ bathin Gaza sedikit penasaran.             Dia sudah menyuruh Clave untuk memberikan surat cuti untuk wanita itu. Tapi kenapa dia justru singgah ke kafe ini, di diskotik ini. Bukankah ia sedang sakit, pikirnya bertanya-tanya.      Ting! “Silahkan masuk, Tuan.” Clave berusaha menyadarkan Tuan Besarnya.             Gaza mengangguk kecil dan melangkah masuk ke dalam lift diikuti Clave di belakangnya. Ting!             Pintu lift tertutup kembali. *** The Margara Apartment, New York, USA., Ruang tamu., Malam hari.,             Syefa sudah kembali ke apartemennya sejak 10 menit yang lalu. Dia beristirahat sebentar sebelum ia berniat membereskan dapur dan menyapu lantai.             Namun, saat ia tengah duduk sambil mengusap lembut perutnya dan mengajak calon bayinya berbicara sejak tadi. Pintu apartemennya berbunyi. Ting!             Syefa mengerutkan kening. “Siapa yang datang malam-malam begini?” gumamnya bertanya-tanya sambil beranjak dari duduknya. Ting!             Dia melangkahkan kakinya menuju pintu utama apartemen. Tanpa melihat siapa yang datang dari balik cermin kecil di pintu, Syefa langsung saja membuka pintu disana. Sebab dibalik pintu terdapat pintu besi yang kokoh. Ting! Ceklek…             Syefa membuka pintu apartemennya. Deg!             Dia terdiam melihat seseorang yang datang ke apartemennya malam begini. “Assalamu’alaikum …” sapa pria itu pada Syefa yang masih diam membeku. * * Novel By : Msdyayu (Akun Dreame/Innovel, IG, sss)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD