Part 1

1243 Words
“monggo ibu-ibu dicicipi hidangannya, made in anak saya lho. Nanti kalau di rasa enak & minat bisa langsung order. Hehehe” nyerocos aja umy syafa promoin kue buatan hulya. “ini pasti buatan hulya ya jeng, yang kuliah di surabaya jurusan culinary itu?” tanya salah satu jama'ah “iya jeng, gimana rasanya?” tanya umy syafa antusias “kalau kata anak muda jaman sekarang mantul jeng, endulita banget pokoknya” “hehehe... Kalau mau order langsung saja ke Amanah Bakery & Chatering jeng itu punya hulya” umy syafa menoleh kebelakang melihat kedatangan putri ke dua nya “lha ini dia pemiliknya. Sini sayang, duduk sebelah umy” sebelum memapahkan pantatnya di sebelah umy syafa, terlebih dahulu hulya menyalami ibu-ibu jama’ah. Tidak banyak, hanya sekitar 30 an saja. “jeng hulyanya sudah ada yang punya belum?” tanya bu melsa “masih belum” jawab umy syafa, hulya hanya menunduk saja “kalau gitu saya tidak jadi pesen kuenya, tapi saya mau pesen hulyanya aja buat dijadiin mantu. Kalau sudah dapat hulya otomatis kan dapat kuenya juga. Hihihi” goda bumelsa dengan cengiran kuda “ah, bisa saja jeng” jawab umy syafa “saya terserah hulya kalau masalah itu. Iya kan sayang?” hulya hanya tersenyum malu dibalik cadarnya Setelah pertemuandi majlis ta’lim, bu melsa sering sekali datang ke toko kue hulya. Dari yang memesan kue, nongkrong, atau bahkan hanya untuk mengobrol ringan seperti saat ini. "hulya sejak kapan rilis Toko kue ini?" tanya bu melsa "setelah hulya lulus kuliah tante, awalnya hulya jual online. Ternyata Alhamdulillah peminatnya banyak & aby mengusulkan untuk menyuntikkan modal untuk hulya buka toko kue ini. Awalnya ragu sih, setelah mendapat dukungan dari aby umy InsyaAllah hulya yakin pasti bisa. Ya jadilah toko kue ini sekarang tan. Bangga juga sudah bisa mengembalikan modal dari aby" hulya tersenyum bangga, bu melsa hanya mengangguk-angguk menanggapi. "maaf ya tante, hulya tidak bermaksud ujub (membanggakan diri). "tante kagum deh sama kamu hulya, masih muda sudah memiliki usaha sendiri. Tante akan sangat bangga jika kamu yang menjadi menantu tante" "bisa saja tante ini" jawab hulya malu-malu "kapan-kapan deh tante bawa anak tante kesini, dia cakep kok. Pasti kalian bakal cucok meong kalau bersanding di plaminan" hulya hanya tersenyum tidak terlalu menanggapi ucapan bu melsa. "sudah sore, tante pulang dulu ya sayang" bu melsa memeluk hulya, Lantas hulya pun mencium punggung tangan bu melsa. Setelah kepergian bu melsa, hulya kembali masuk ke ruangannya. Memikirkan tentang pembicarannya dengan bu melsa membuat hulya tersenyum. 25 tahun dia hidup, belum pernah rasanya memikirkan tentang lawan jenis. Yang ada di hati hulya hanya Allah, Rasulullah, aby & umy. Masalah jodoh biarlah Tuhan yang menghendaki. Author ceritakan sedikit tentang hulya, hulya anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakaknya Hilwa ikut suaminya tinggal di Surabaya, sedangkan Hilda adiknya sedang mengikuti jejaknya di pesantren Sidogiri. sejak lulus sekolah dasar hulya sudah dikirim ke pondok pesantren ternama di Sidogiri – Jawa Timur. Semua santri disana diwajibkan bercadar, setelah lulus Aliyah hulya memutuskan untuk kuliah jurusan culinary di surabaya. Teman kuliahnya ada yang pernah menaruh hati padanya, namun hulya abaikan. Karna prinsipnya, jika memang sudah serius pasti akan mendatangi orang tuanya. Lebih tepatnya hulya tidak ingin mendekati zina. Siapapun nantinya laki-laki yang dipilih orang tuanya sebagai suami, InsyaAllah hulya terima. Hulya bersiap untuk pulang kerumah, sebelum jam pulang kerja orang-orang kantoran tiba. Karna sudah bisa dipastikan jalanan metropolitan akan macet. *** Senja telah menampakkan keindahannya, bu melsa terlihat gelisah menunggu kedatangan putra sulungnya, beberapa hari terakhir bu melsa terus saja mepetin hulya dan keluarganya. bu melsa sangat bersih kekeuh ingin menyatukan hulya dengan vian. Setelah menunggu hampir setengah jam, terdengar suara mobil memasuki pekarangannya. ‘ah coba aku cek, siapa yang datang. Mas Rama atau vian?’ dengan terburu-buru bu melsa membuka pintu, dan ternyata keduanya datang bersamaan. “Assalamu’alaikum ma” serentak keduanya berucap salam “wa’alaikum salam, tumben kalian pulang bareng?” tanya bu melsa penasaran, secara perusahaan suami dan anaknya berbeda. “tadi papa ke kantor ma, jadi sekalian aja kita pulang bareng” jawab vian jujur “lha pak rusli dimana?” “tadi pak rusli ditelfon mendadak, istrinya mau lahiran. Jadi sekalian saja mobilnya papa suru pak rusli bawa. Terus papa nebeng ke kantor vian” jelas rama “oh gitu, ayo kita masuk. Habis sholat magrib kita langsung makan malam ya, mama sudah masak masakan kesukaan kalian & ada yang ingin mama bicarakan juga pada kalian” ucap bu melsa tidak sabaran. Vian melirik ke arah papanya meminta penjelasan lewat indra penglihatannya, tapi papanya yang juga tidak paham atas topik yang akan diangkat istrinya jadi rama hanya menaikkan kedua bahunya lantas bergeleng pelan. Vianpun naik ke lantai 2 menuju kamar, vian merebahkan tubuhnya di sofa kamar. meeting hari ini cukup melelahkan karna terjadi perdebatan-perdebatan kecil yang cukup membuat vian melapangkan kesabarannya untuk tidak ikutan emosi. tapi Alhamdulillah akhirnya vian yang memenangkan tender. Vian mencoba memejamkan mata sejenak, namun dering ponsel mengganggu ketenangannya. “Bella call’s” “hallo sayang,,,, sudah nyampek rumah belum” cicit bella tanpa jeda “salam dulu bel” vian menghembuskan nafas kasar, setiap telfon bella jarang berucap salam. Kalau diingatkan baru mau ucap salam. “iya iya maaf, Assalamua’alaikum vianku sayang” ucapnya dengan dibuat semanis mungkin “wa’alaikum salam warahmatullah, aku sudah sampai rumah” jawab vian pelan “vian, nanti jam 20.00 temani aku ke acara soft opening café temenku ya. Please!!!” rengeknya “hhhhh… iya nanti aku temenin” vian paling tidak bisa menolak ajakan bella, bella memang kelewat manja padanya. Tapi vian menerimanya dengan senang hati, saat ini bella terlalu berkuasa di hati vian. “yeeaayyyyy….. makasih sayang. Nanti set 8 aku tunggu dirumah ya, bye sampai jumpa nanti ya” tanpa menunggu jawaban vian, bella langsung saja memutuskan sambungan. ‘kebiasaan tidak mengucap salam’ gumam vian mengerutuki kebiasaan bella. Lantas Vian beranjak dari sofa untuk melakukan ritual mandinya. *** Dimeja makan telah tersaji gurame bakar, udang saos asam manis, & ayam koloke kesukaan 2 lelaki yang dicintai bu melsa. “papa, vian ayo turun kita makan malam” teriak bu melsa, lantas dua lelaki yang dipanggilnya datang. “wah kesukaan vian ini, makasih ya ma” vianpun memeluk sayang mamanya. “yuk makan, jangan lupa baca doa” pesannya pada anak dan suaminya. “vian” panggil bu melsa “iya ma?” “makannya kok gak pakek nasi?” “habis ini vian mau keluar ma, mau ke soft opening temen vian” “pasti sama si bella-bella itu ya?” vian hanya menunduk mendengar praduga mamanya “mama tidak suka kamu dengan dia, mama malah punya niatan untuk jodohin kamu sama anak temen mama” yang rencananya ingin dibicarakan setelah makan terkuak sudah. “hhh…. Vian sudah ada bella ma, lagian vian sudah dewasa sudah bisa cari pasangan hidup sendiri. Vian tidak mau dijodoh-jodohin” “cari pasangan itu yang mampu ngambil hati orang tua, kalau bikin orang tua terus-terusan kesel berarti itu belum bisa” “ma, makan dulu nanti saja bahasnya” akhirnya pak rama mengeluarkan suara “lagian vian cari pacar kok ya gak lihat-lihat dulu, cewek bajunya mesti kurang kain gitu dipacarin” bu melsa masih saja ngomel, sedangkan vian masih menunduk. Setelahnya merekapun makan dalam keadaan hening. “vian” bu melsa mengawali pembicaraan “iya ma” “mama & papa ingin memberikan yang terbaik untuk kamu, untuk hidup kamu. Pilihlah sesuatu yang diridhoi kami, karna hidup tidak akan berarti tanpa ridho Tuhan dan kedua orang tua. & kami yakin InsyaAllah jika kamu memiliki ridho keduanya hidupmu akan bahagia nak” sejenak bu melsa menjeda perkataannya “kami memang bukan orang alim, bukan orang yang tanpa dosa. Tapi kami hanya tidak ingin kamu bersama dengan wanita yang dia sendiri tidak bisa menjaga auratnya untuk suaminya. Dengan bangganya membeberkan belahan dadanya, pamer ketiak, pamer paha untuk disantap mata lelaki yang bukan mahromnya. Dari situ coba kamu pikir vian! kami lebih setuju kamu dengan hulya. Mama mohon kamu mau ya kami jodohkan dengan hulya!” ‘dari dulu aku selalu menuruti kemauan mama, tapi kali ini tentang hati. Haruskah ku korbankan hatiku demi kebahagiaan mama? tapi hatiku tiada artinya dibanding jasa mama yang melahirkanku ke dunia’ “vian pikirkan dulu ya ma” putus vian lantas pergi bersiap untuk menemui pujaan hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD