Part 2

1171 Words
Suasana cafe nampak begitu ramai, tentu saja para pengunjung tak mau melewatkan diskon 50% untuk mencicipi semua menunya. Terkecuali dua sejoli Ini yang kedatangan mereka merupakan tamu undangan Special bagi si pemilik cafe. "makanannya enak banget ya yan" bella benar-benar menikmati setiap hidangan yang di sajikan. Menurut si empunya cafe, menu yang diberikan kepada bella & vian adalah menu special di cafe ini. "iya" jawab vian singkat "kamu kenapa sih dari tadi diem mulu, Sekalinya ngomong cuma seadanya aja. aku kamu kacangin?" bella menatap vian dengan bibir manyun. Mendengar bella merajuk, vian menatap kekasih hatinya dengan tersenyum "siapa yang kacangin kamu sih?" vian mengusap lembut puncak kepala kekasihnya "kamu lah, dari tadi diem mulu" jawab bella sambil mengunyah steak dimulutnya 'sanggupkan jika aku tanpamu? Hari-hariku terlalu indah saat bersamamu. Disisi lain aku menghormati setiap permintaan mama, selama ini aku tidak pernah sekalipun membantahnya. Beliau wanita pertama yang aku cintai, aku tidak ingin mengecewakannya. Sunggu aku menyesali pertemuan diantara kita. Kenapa kita harus dipertemukan jika akhirnya kita tidak dipersatukan?' batin vian sambil mengelus rambut lembut bella. "ini tambah ngelamun?" protes bella menyadarkan lamunan vian "ah enggak kok” vian menatap jam tangannya untuk mengalihkan pertanyaan bella “sudah jam setengah 10. Selesai makan kita pulang ya!" "Okey, tapi beneran kamu gak apa-apa?" tanya bella memastikan "hum... " jawab vian lantas melanjutkan acara makannya. Sepulang mengantarkan bella, pikiran vian semakin berkecamuk. Apapuk keputusan vian nantinya pasti akan mengecewakan salah satu dari wanita yang dia cintai. *** Pagi ini Kabut hitam menyelimuti kota jakarta, gerimis sisa hujan semalam membuat siapapun ingin bermalas-malasan untuk bangun. Dengan malasnya vian terjaga lantas menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Udara dingin membuat vian tak ingin berlama-lama di kamar mandi, cukup dengan waktu 10 menit vian sudah keluar dari kamar mandi. Vian telah siap dengan baju kantornya, sebelum melangkah keluar kamar vian memastikan kembali jawaban apa yang akan dia putuskan. Karna tidak menutup kemungkinan mamanya akan menanyakan jawaban vian tentang tawarannya semalam. Setelah memastikan jawabannya vianpun keluar kamar menuju ruang makan. “vian” panggil bu melsa setelah melihat vian menuruni tangga “selamat pagi ma” ucap vian seraya memeluk mamanya “papa kemana ma?” tanya vian karna tak melihat rama di meja makan “papa sudah berangkat dari tadi jam 5, soalnya mau keluar kota” jawab bu melsa “sama siapa ma? Memangnya pak rusli sudah masuk?” “iya, papa sama pak rusli” “o…” vian membeo, lantas keduanya sarapan sebelum bu melsa kembali mengingatkan tentang tawarannya yang ingin menjodohkan vian dengan wanita impiannya. “gimana? Apa kamu sudah punya jawaban atas tawaran mama? mama yakin kamu tidak akan mengecewakan mama kan sayang?” “hmmm… akan vian coba ma” dengan berat hati vian menjawab “beneran? mama gak salah denger kan sayang? Berarti kamu mau mama jodohkan dengan wanita pilihan mama?” vian mengangguk pelan, rasanya benda berat tak kasat mata telah menindih lehernya “terima kasih ya sayang” ucap bu melsa lantas memeluk serta mencium puncak kepala putra sulungnya. “besok kan weekend tu… temenin mama ketoko kue ya. Senin alvin bakal datang bawa temen-temennya jadi mama mau nyambut kedatangan mereka” sekali lagi vian hanya mengangguk Selesai sarapan vian langsung pamit ke mamanya berangkat ke kantor dengan perasaan galauable-nya. Masalah satu terselesaikan sekarang tinggal bagaimana dia menjelaskan keputusannya pada kekasih tercintanya. *** Di tempat lain hulya sedang sibuk menata etalase dengan roti yang masih hangat, bau harumnya membuat perut keroncongan. Keadaan toko sepagi ini lumayan ramai, banyak para pekerja yang membeli roti untuk sekedar mengganjal perut. “mbak, mau chocolate croissant nya 2, milky chesee nya 2, banana tigress 2, fire floss 2, roll cakes choco mocha 1 sama roll cakes pandannya 1 ya mbak” ucap seorang pembeli setelah melihat daftar menu di toko hulya “baik mas, tunggu sebentar ya” ucap arumi, karyawan hulya Hulya yang sedang menata kue mendengar suara yang tidak asing ditelinganya lantas tertarik untuk memperhatikan sesorang yang sedang memesan kue di tokonya, wajahnya sangat familiar. karna dirasa mengenali seseorang tersebut akhirnya hulya nekat mendekat. “permisi, apakah anda pak firman?” hulya memastikan praduganya “iya benar, maaf anda siapa?” tanya seorang lelaki dihadapan hulya. “aku hulya, Ingat gak?” “masyaAllah hulya, beneran ini kamu? Apa ini toko kue kamu?” “iya, ini toko kue aku” jawab hulya malu “kamu tinggal di jakarta?” tanya nya mengintrogasi “iya, baru setahun ini sih” “Kerja dimana?” tanya hulya antusias “di hotel Four Seasons” “MasyaAllah keren banget, bangga deh. Gak salah kamu ditetapkan sebagai yang terbaik” “kamu bisa aja” “maaf pak, ini pesanannya total Rp 176 ribu pak” arumi memberikan pesanan laki-laki yang bernama firman. “oh iya sebentar ya mbak” jawab firman lantas mengeluarkan uang dari dalam dompet “sudah tidak usah fir, free for you”ucap hulya “ah jangan gitu, sungkan aku. Banyak lho pesananku” “aku tidak butuh uangmu, kalau sungkan kapan-kapan tuker aja kue ku dengan chesee cake buatan kamu yang super lembut” hulya nyengir kuda dibalik cadarnya “okey, aku terima tantangan yang kamu berikan” lantas keduanya tertawa “ ya sudah aku pamit ya, lain kali aku kembali” “okey” “assalamu’alaikum hulya, mbak” pamit firman pada hulya & arumi “wa’alaikum salam warahmatullah” jawab hulya dan arumi bersamaan “arum, aku ke ruangan dulu ya mau cek laporan keuangan bulan ini” “okey” jawab arumi santai, lantas keduanya kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Hulya dan arumi lebih terlihat seperti sahabat dari pada atasan dan karyawan, karna memang usia mereka yang terpaut sama. Tak jarang mereka saling tukar pendapat, bisa dibilang selera mereka juga banyak yang sama. Hulya tengah asyik didepan laptop memandangi angka-angka, namun tiba-tiba ponselnya berdering. Firman call’s “Assalamu’alaikum” “Wa’alaikum salam warahmatullah hulya, aku ganggu nggak?” disebrang firman menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal “nggak juga, kenapa emangnya?” “rindu aja” “Allahu akbar, belum ada satu jam lho kita ketemu” “hehehe… “ disebrang firman nyengir kuda, hulya tidak tahu saja bahwa alasan firman tinggal di kota metropolitan ini demi ingin dekat dengan hulya. Kedatangannya ke toko kue hulya pun bukan karna kebetulan, memang secara sengaja firman mendatanginya berpura-pura menjadi pembeli. Sebenarnya kalau memang pengen roti firman bisa saja buat sendiri, tapi demi sosok hulya dia rela menjadi pembeli walau pada akhirnya free. Setahun lamanya firman mencari kabar tentang hulya, namun baru sekarang bisa menemukan gadis pujaan hatinya. Flashback on “hulya, ini buat kamu” firman memberikan chesee cake kesukaan hulya “terima kasih firman, tahu aja aku suka chesee cake” hulya mengambilnya dari tangan firman “buat aku mana fir?” tanya arin yang saat ini berada didekat hulya, tapi sama sekali tidak firman hiraukan “hhhh… dicuekin” arin mendengus kesal “hulya” “iya?” “boleh kita bicara berdua?” Tanpa ada yang memberi kode pada arin, arin beranjak sendiri dari tempat duduknya. Tahu diri lha ya… xixixi  “ya sudah hulya, aku duluan ya. Aku tunggu di kelas” pamit arin pada hulya. “boleh aku ngomong serius?” firman langsung saja tidak sabaran ingin mengungkapkan isi hatinya. walau berada dibalik cadarnya, dari mata hulya sudah bisa dibaca kalau hulya sedang kebingungan “aku, aku menyukaimu” spontan hulya menoleh ke arah firman, tambah bingung mau nanggepin ungkapan firman gimana. “aku suka kamu, mengagumimu, & ntah jantungku selalu berdebar saat berada didekatmu. Aku merasa cintapun telah berlabuh di hatiku padamu” firman menjeda ucapannya “aku tidak ingin memaksamu membalas rasaku, aku hanya ingin kamu tahu. Jika setelah kelulusan kita berpisah & tidak dapat bertemu kembali, setidaknya aku sudah tidak lagi memendam rasa ini sendiri” “terima kasih, aku menghargainya. Kita serahkan semuanya pada yang Esa, jika memang kita berjodoh suatu saat kita pasti akan dipersatukan” ucap hulya lembut agar tidak menyinggung perasaan firman juga tidak memberi harapan. “aku akan berusaha memantaskan diri untuk bersanding denganmu hulya” jawab firman mantap Flashback off
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD