Prolog

324 Words
Darah mengalir bagai anak sungai penderitan. Bukan merah pertanda kehidupan melainkan hitam seperti kecemburuan. Segala rasa tercurah dalam setiap tetes. Cairan kental akibat racun patah hati terus menggerus jiwa; memaksa udara terpompa ke luar dari rongga d**a, menekan lambung dan mendorong cairan pekat bercampur asam, kemudian satu demi satu fungsi hidup pun akan padam.  Padam. Seperti lilin rakus yang melahap sumbu waktu tanpa menyisakan kesempatan bagi siapa pun.  “Aku tidak bersalah!”  Terbatuk. Darah hitam kian deras memeras energi. Wanita itu tidak memiliki pilihan sebab Pangeran telah menjatuhkan hukuman mati baginya. Adapun yang ia dapatkan hanyalah ruang tanpa jendela. Pencahayaan hanya berasal dari obor dan anglo. Tikus-tikus bersembunyi di balik jerami busuk, menunggu kesempatan menggit daging segar narapidana malang. Udara terasa pengap lantaran aroma jamur yang turut membaur. Gambaran neraka dunia bagi penjahat dan tahanan sial. “A-aku tidak rela ... mati,” tutur si wanita. Tersuruk, tangan menangkup muntahan darah. Tubuh tiada memiliki daya. Dahulu rambutnya amatlah indah seperti mawar merah, tetapi kini warna itu justru tampak menyedihkan. “Aku tidak bersalah.” Sipir dan prajurit yang menyertai eksekusi tersebut hanya terdiam. Mereka tidak mampu memahami jalan pikiran Pangeran. Seburuk-buruknya mati, mati diracuni merupakan hukuman paling j*****m, terlebih bila tangan terpidana sendirilah yang harus melakukannya. Dinding-dinding menjadi saksi bisu saat terakhir seorang wanita menjemput ajal. “Seharusnya kau berpikir dua kali sebelum memutuskan,” kata Pangeran. Nada suaranya terdengar dingin, tidak ada emosi yang bisa dirasakan baik murka maupun penyesalan. “Kau tidak pantas hidup.” Batuk hebat melanda. Kali ini tubuh wanita itu terguncang sembari memuntahkan darah beserta sisa napas kehidupan. Jemari mencengkeram tali hidup yang kian pudar ... menipis, kemudian lenyap. Akhirnya ajal membawa wanita itu menuju akhir. “Pembunuh....” Pangeran berbalik, meninggalkan mayat yang kini disambut para tikus.  Si pencemburu akhirnya mendapatkan balasan atas kejahatan yang selama ini dia atas namakan cinta. Tidak ada lagi duka yang harus dipikul sebab sang pecinta telah memutuskan tambatan bagi kelana hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD