2 ARINA SIDE STORY: PEREKRUTAN ANGGOTA GENG TENGKORAK

1184 Words
Arina duduk menyandar ke tembok dengan tampang malas sambil mengetuk-ngetukkan jarinya. Jumlah calon anggota baru yang mendaftar untuk menjadi anggota Geng Tengkorak totalnya jauh lebih banyak dari beberapa bulan yang lalu. Naik dua kali lipat malah. Kepopuleran mereka sebagai geng jalanan nomor satu di area pesisir barat ini memang mencapai puncaknya tahun ini. Mereka terkenal solid, beringas saat menghajar musuh-musuh mereka tanpa ampun, dan juga sangat kaya. Terima kasih untuk semua transaksi illegal yang sudah mereka lakukan sejauh ini. Dimulai dari pengantaran paket gelap yang seringkali berisi narkoba dan ganja, lalu tawuran gelap antar geng yang ujung-ujungnya berakhir dengan kemenangan di pihak mereka. All thanks to Arina!! Mesin pembantai nomor satu di Geng Tengkorak dan sekaligus kandidat terkuat sebagai calon ketua mereka berikutnya setelah Dicky Valdez. Malam ini adalah malam inisiasi. Dan seperti biasa, Arina sudah bersiap untuk melakukan tugasnya seperti biasa. Memberikan tonjokan sepenuh hati kepada para calon anggota baru tersebut. Biasanya, dari dua puluh orang yang kebagian bogem mentah Arina, hanya satu atau dua orang yang masih bisa tegak berdiri setelah menerima serangannya. Dan, jika hal itu yang terjadi, berikutnya adalah…. Lulus!!! Ya, langsung lulus!!! Selamat!! Anda telah menjadi anggota keluarga baru Geng Tengkorak!!! Semudah itu? Tentu tidak….. Para korban tonjokan Arina biasanya harus langsung dilarikan ke rumah sakit dan menginap setidaknya sebulan penuh di sana. Jadi, bisa kau bayangkan betapa kuat efek serangan dari gadis ini kan? Sekarang, malam ini, semuanya sudah berkumpul. Dicky Valdez, sang ketua juga sudah hadir bersama mereka sekarang. Sante dan teman-temannya yang juga merupakan anggota senior dari Geng Tengkorak, sudah ada di sana. Di dalam kelompok itu, Arina adalah satu-satunya anggota perempuan yang mampu berdiri setara diantara para kaum adam yang mengerumuninya. Badannya mungil dan garis wajahnya keras walaupun ia cantik. Sebagai satu-satunya wanita, ia tetap memiliki pesonanya sendiri tapi karena kemampuan bela dirinya yang luar biasa, tak ada seorangpun yang berani menggoda bahkan mengajaknya main ‘kuda-kudaan’. Nah…. Tau sendiri seberapa mengerikannya perempuan ini kan? Belum lagi kalau ia sedang PMS…. Hmmm, mantap…. “Jadi, semuanya sudah siap??” tanya Dicky sambil melirik Arina yang sedang duduk tak jauh darinya. Arina hanya menjawab kode lirikan tersebut dengan sebuah anggukan kecil. Tapi begitu ia bangkit berdiri, beberapa puluh pemuda spontan melangkah mundur ke belakang. Wajah mereka memelas takut. Kehadiran Arina sendiri sudah seperti sosok iblis di mata mereka.  Begitu perempuan itu maju ke tengah ring, beberapa pemuda langsung lari terbirit-b***t ke belakang. Maju lagi selangkah, beberapa mulai ngompol di celana mereka. Maju lagi selangkah, kini sebagian lutut dari para pemuda tersebut mulai gemetaran dan tidak bisa berdiri tegak. Sebuah senyum dingin mengembang di wajah cantiknya, kepopulerannya ternyata sudah meningkat tajam akhir-akhir ini sebagai dewi pembantai kelas atas. “Jadi? Siapa yang mau maju duluan??” tanya Arina sambil memicingkan matanya ke arah para pemuda tersebut. Semuanya langsung terdiam. Tidak ada yang berani bergerak. Bahkan menahan nafasnya. Takut jika mereka berani mengeluarkan suara sedikit saja, maka Arina akan langsung menunjuk salah satu dari mereka untuk menghadapinya. Setelah ia menunggu sendirian selama kurang lebih 30 menit, Arina lalu berkata dengan gaya menantang ke arah kumpulan pemuda di hadapannya. “Ok, tidak berani maju sendirian??” “Baiklah…..” “Maju semuanya kalau begitu….” Dengan langkah gemetar, satu persatu dari para anggota baru tersebut lalu mulai melangkahkan kakinya dan memasuki arena. Satu, dua, tiga, empat, lima… dan seterusnya. Total ada sekitar 28 orang yang sudah memasuki ring di saat bersamaan. Membentuk lingkaran yang rapat di sekitar Arina. Tanpa adanya celah untuk kabur sama sekali. Tapi ekspresi Arina tetap tenang dan datar. Seakan-akan ia sudah memprediksi hal itu sebelumnya. Melihat kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu, Sante lalu bertanya pada sang ketua, Dicky yang kebetulan sedang duduk di sebelahnya. “Bos? Apa perlu kita kasih sedikit bantuan??” “Bukankah jumlah mereka sedikit terlalu banyak…” Dicky hanya tersenyum kecil sambil menepuk pundak Sante. “Tidak apa-apa..” “Kalau Arina, aku yakin dia bisa mengatasinya….” Baru saja Dicky selesai mengatakan kalimat tersebut, sebuah suara teriakan mengagetkan mereka. Beberapa pemuda sudah tersungkur jatuh sambil melolong nyeri dan memegangi bagian tubuhnya yang kesakitan. Beberapa pemuda lainnya malah terpental ke belakang dan menabrak drum-drum kosong bekas minyak yang memang berada di sekitar area tersebut. Dari dulu Geng Tengkorak memang menggunakan lahan pembuangan drum bekas minyak kelapa tersebut sebagai lokasi inisiasi anggota baru mereka. Letaknya di luar kota. Sepi. Tidak terjamah dan sangat luas. Area ini juga sekaligus digunakan sebagai lokasi markas besar mereka. DUAGG!!! DUAGGG!!! DUAGGG!!! DUAGG!!! Beberapa suara tendangan dan pukulan yang berikutnya mulai terdengar lagi tanpa henti. Satu pukulan, satu lolongan. Satu tendangan, satu teriakan kesakitan. Sekarang, beberapa malah terkapar pingsan tanpa daya. Sante dan teman-temannya hanya bisa menggaruk-garuk kepala mereka dengan serba salah. Sepertinya… malam ini…. Mood perempuan tersebut benar-benar jelek. Aishhhhh…. Betapa malangnya nasib kalian, wahai cacing-cacing kecil debu tanah…. Sampai akhirnya, teriakan terakhir selesai dan suara pukulan itu pun terhenti. Dua puluh delapan orang pria dewasavsudah terbaring di atas tanah sambil berselimut debu dalam keadaan semaput. Sementara yang tidak ikut bertarung, hanya mengamati adegan tersebut dengan ekspresi ngeri dari kejauhan. Arina lalu melepas jaket kulitnya, menampilkan tubuh mungilnya dengan lengan ramping yang sedikit berotot dan tubuhnya yang ramping. Lekukan payudaranya sedikit terlihat dari atasan tanktop hitam yang dipakainya. Keringat bercucuran di tubuhnya. Menandakan kalau ia baru saja selesai melakukan sedikit “pemanasan”. Ia lalu melirik jam tangannya. “Lima menit..pas…” Total pendaftar 100 orang. Para penantang 28 orang. Pemenang nol. “Hasilnya??” tanya Dicky tenang. “Sampah….” desis Arina kesal sambil merapikan rambutnya yang diikat ponytail ke belakang. “Mereka datang dari mana sih??? Berani-beraninya mendaftar jadi anggota geng kalau bertarung gini aja ga becus!!!” Dicky menghela nafas panjang. “Bukan tak becus, kau saja yang terlalu kuat untuk mereka…” Arina tidak mengatakan apapun. Besok adalah hari pentingnya dan ia harus bersiap-siap untuk itu. “Terserah, tapi untuk besok. Aku minta kau benar-benar mempersiapkan diri baik-baik…” Salah satu sudut mulut Dicky terangkat naik ke atas. “Pasti….” Arina lalu berbalik, mengenakan helmnya dan segera memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan mereka semua. “Ia benar-benar tak berubah dari dulu…” desis Dicky sambil terkekeh geli. Matanya lalu beralih pada sekumpulan pria malang yang masih mengaduh kesakitan dan tersungkur pasrah di atas tanah. “Panggil ambulans….” “Kita pergi sekarang…..” perintah Dicky tegas sambil menuju ke arah motornya yang langsung diikuti oleh anggukan para anak buahnya. Termasuk Sante. Mereka semua harus pergi secepatnya dari tempat tersebut sebelum iring-iringan mobil polisi dan ambulans datang. Malam masih panjang. Mereka masih punya waktu untuk bersenang-senang. Dan Arina pasti ada di tempat itu. .............................................................................................................. Note:  Ongoing 1000 love ya, gengs!!! Tengkyuu bwat yang udah ngikutin ceritanya ampe sejauh ini. Untuk visualnya, saya lagi buat dulu. Nanti kalian bisa cek di IG : rockinglady69 Bakalan terus diupdate setiap hari antara pukul 11.00 - 13.00 Jangan pelit2 kasih komentar juga, gengs...thx all..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD