My Team?

891 Words
    Enam orang terlihat sedang berdiri dalam satu ruangan yang didominasi oleh cat putih. Sesekali mereka bercanda dan saling mencela satu sama lain. Jika orang yang tidak mengenal mereka mungkin akan menebak kalau akhirnya mereka akan saling memukul karena merasa tersinggung atau marah. Tersinggung mungkin tapi marah sampai harus memukul tidak akan pernah terjadi. Paling hanya mendengus kasar atau mengomel yang akan berakhir dengan derai tawa. Derai tawa itu seketika terhenti saat seseorang masuk.     Pria  itu tampak mengenakan seragam dan mengenakan pangkat dimasing-masing bahunya. Pangkat-pangkat itulah yang memperlihatkan jabatan tinggi pria tersebut. Dengan wajah tegas dan pandangan tajam dia menatap kearah  enam orang yang berdiri didepannya.     “Kalian pasti sudah bisa menebak apa yang akan aku katakan.” pria yang tidak lain adalah atasan mereka yaitu Kapten Handy, mulai berbicara.                Ke enam orang didepannya tetap terdiam dengan pikiran masing-masing. Tentu saja mereka sudah tahu kearah mana pembicaraan ini. Pasti mengenai kelompok mafia terbesar dan terkejam yang berpusat di Jakarta.       “MAP!” Kapten Handy diam sesaat sebelum melanjutkan. “Peta! Bukan tanpa alasan, mereka menamai kelompoknya dengan sebutan itu. Memiliki kekuasaan penuh atas semua wilayah yang ada di Asia, adalah ambisi besar mereka. Pimpinannya…” Kapten Handy melempar sebuah foto keatas meja kerjanya yang memperlihatkan seorang pria paruh baya yang dikawal beberapa orang dibelakangnya.     “…Jhon Jacob. Yang sampai saat ini tidak ada satu pun bukti yang bisa menyeret dia masuk kedalam sel kita. Dia selalu ada beberapa langkah didepan kita, bahkan saat kita belum menyadari kalau dia terlibat. Tapi sekarang aku tidak akan membiarkan dia melangkah lebih jauh lagi. Kita harus secepat mungkin ‘memotong’ kakinya”. Kapten Handy membuka laci mejanya dan mengambil sebuah sebuah amplop coklat berukuran besar  dan kembali melemparnya keatas meja.     “Bukalah!” perintahnya. Salah satu dari mereka mengambil amplop tersebut, membukanya dan mengambil isinya. Seketika matanya terbelalak melihat beberapa lembaran foto yang berada ditangannya.     “Kapten, ini…” suara bergetar itu memancing rasa penasaran yang lain. Salah satu dari mereka mendekat dan mengambil satu foto yang ada ditangan rekan pertamanya tadi.     “Ya Tuhan!” seru kaget seorang wanita yang tidak lain adalah Chip saat melihat foto tersebut. Tanpa sadar ia sampai menutup mulutnya dengan tangan. Terlihat didalam foto itu anak-anak yang diseret paksa masuk kedalam sebuah truk. Bahkan ada yang wajahnya sampai terluka dan berdarah-darah. Sungguh kejam.     Kapten Handy kembali bersuara dan menjelaskan kalau itu adalah bisnis baru kelompok MAP. Human Trafficking. Dan parahnya lagi korban kali ini adalah anak-anak. Foto-foto itu adalah jepretan yang berhasil diambil salah-satu agen mereka. Yang kemudian ditemukan dipinggiran kota dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Untunglah gambar-gambar itu langsung ia kirimkan ke Kapten Handy melalui ponselnya.     “Ini membuktikan kalau mereka sudah tahu keberadaan kita. Tapi aku tidak akan menghentikan misi ini. Kita berhenti maka anak-anak malang itu akan mati atau malah berharap mati karena mereka pasti akan menderita. Dan aku memanggil kalian kesini sebagai tim yang akan menyelesaikan misi ini. Jika kalian tidak sanggup, maka keluarlah sekarang juga.” Kapten Handy menatap langsung ke beberapa pasang mata yang ada diruangan itu. Hening.     Namun Kapten Handy yang memiliki intuisi tajam merasa kalau ada seseorang yang ragu dalam pembentukan kelompok ini, tapi dia menunggu sampai orang itu sendiri yang maju. Dan benar saja sesaat kemuadian terdengar suara langkah kaki seseorang.     “Kapt…” ucap pria itu ragu     “Val, kau ikut atau tidak?” tanpa basa-basi Kapten Handy bertanya     “Kapt…” ragu-ragu pria itu melanjutkan. “…Maaf…Istri saya hamil. Dan baru kemarin malam kami mengetahuinya. Setelah dua belas tahun menunggu akhirnya Tuhan percaya pada kami. Aku hanya tidak ingin dia sam…” kata-katanya langsung berhenti saat tangan Kapten Handy terangkat diudara. Menghentikannya.     “Kau adalah salah satu agen terbaikku. Aku tanya sekali lagi, Kau ikut atau tidak?”     Valeri  terdiam dan kemudian menatap yakin kepada Kapten Handy. Ya, dia sudah bersama dengan atasannya ini selama lebih dari enam tahun, dan Kapten Handy tidak pernah mengecewakannya. Menutup mata dan menghembuskan nafasnya pelan, Valeri memantapkan hatinya.     “Saya ikut, Kapt!” jawabnya mantap. Dan disusul dengan jawaban serentak dari rekan yang lain.     “KAMI SIAP, Kapt!” ucap mereka serentak.     Tersungging senyum tipis diwajah pemimpin itu saat melihat keberanian anggota timnya. Rasa bangga memenuhi hatinya. Kali ini misi mereka adalah antara hidup dan mati.     “Kita susun rencana!”     “SIAP!”     Kapten Handy melihat sekali lagi kearah foto anak-anak yang terserak dimejanya.     Perang akan segera dimulai     “Valeri, Alex! Kalian berdua akan memantau segala tindakan dan kegiatan kelompok-kelompok mafia yang memiliki jalur langsung ke MAP. Laporkan semua informasi yang kalian dapatkan sekecil apapun kepadaku. Terserah kalian akan mencari langsung kelapangan atau dari jaringan komputer, aku hanya menerima informasi yang akurat dan tidak ada kata ‘mungkin’. Kalian berdua mengerti!”     “Siap!”     “Aris, Anggi!” Kalian akan menyusup ke kelompok mafia yang akan aku tentukan berdasarkan informasi dari Val dan Alex. Berusahalah untuk menjadi orang yang dipercaya pemimpin-pemimpin kelompok itu. Tugas kalian ini sangat berbahaya, Berhati-hatilah!”     “Siap!”     “Dan untukmu, Chipmunk! Tugasmu adalah mengarahkan dan mengatur strategi kepada rekan setimmu, dengan kata lain kau adalah ketua tim pada misi kali ini. Nyawa mereka ada ditanganmu. Aku harap kita tidak akan mengulangi kesalahan sebelum ini. Dan satu lagi, aku me-non aktifkan nama sandimu. Aku percayakan misi ini padamu, Dilla!”     “Baik,Kapt!”   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD