Bab Dua

1088 Words
Pagi ini Kennard's family baru saja menyelesaikan rutinitasnya di setiap pagi, kecuali Kaynan Revano, laki-laki 21 tahun itu belum keluar dari kamarnya. Sementara Kala sudah menunggu, karena seperti biasa, dia selalu diantar oleh Vano, karena Biru tak pernah mau berangkat dengannya. Karena Vano belum juga muncul, akhir Kala langsung ke kamar Vano, dan menuju toilet yang ada di kamar. Saat Kala membuka toilet terlihata Vano yang sedang mencukur bulu-bulu halus di sekitar wajahnya. Ia menatap ke arah Kala.  "Kala, kok langsung masuk? Kalau Abang lagi telanjang gimana? Untung pakai handuk." Kala mendelikkan matanya. "Enggak nafsu juga, Bang. Biar Kala tebak kalau itunya abang kecil terus pendek." Vano melotot, enak saja diremehkan seperti itu. "Sok tahu kamu, La. Kamu berangkat sama Biru dulu pagi ini, Abang masih lama, nanti kamu telat." Kala melirik jam di pergelangan tangan kirinya sudah setengah 7, sementara gerbang akan ditutup jam 7 tepat, belum lagi jalanan yang macet. Kala menghela napas. "Ya udah deh, semoga Birunya belum berangkat." Saat Kala sampai di ruang tamu, terlihat Biru yang lagi memakai sepatu. "Ru, aku bareng kamu ya." Biru menggeleng. "Enggak, apa kata orang-orang nanti." "Kala, minta antar ayah aja." Tak lama kemudian muncul Kennard yang menenteng tas kerjanya. "Apa salahnya berangkat bareng Kala, Biru. Sana berangkat, sebelum terlambat." "Enggak bisa, Yah." Kennard mengangguk. "Oke, Kala berangkat sama Ayah, tapi semua fasilitasnya kamu Ayah sita, termasuk mobil, motor, ATM, Ps—" Belum sempat Kennard melanjutkan ucapannya, Biru langsung menyela. "Oke, Kala berangkat sama Biru." Kalau ancamannya sudah seperti itu, Biru akan ciut, dan itu ancaman yang selalu Kennard dan Kejora katakan saat Biru membantah. Tak berlama-lama lagi, Kala dan Biru langsung berangkat ke SMA Edelweiss. Untung saja pagi ini tidak terlalu macet, jadi mereka sampai di sekolah lebih awal. Saat Kala keluar dari mobil, tiba-tiba ia berpapasan dengan kedua sahabatnya Biru. "Lo Kala anak IPA 1, kan?" tanya cowok yang bernama Tirta itu, yang diangguki oleh Kala. "Kok bisa lo berangkat bareng Biru?" "Jangan-jangan kalian pac—" Belum sempat Alde melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Biru langsung menyela. "Kebetulan dia lagi nunggu bus di halte, berhubung gue baik hati, jadi ditumpangin," ujar Biru yang membuat Kala kesal. Tanpa berpamitan kepada 3 cowok itu, Kala langsung ke kelasnya yang berada di 12 IPA 1. Kala merupakan siswi berprestasi, sering memenangkan dalam bidang akademik. Setelah sampai dia langsung dihadapkan dengan ketiga perempuan yang Kala enggak kenal. "Eh cewek pincang!" ujar salah seorang siswi yang bername tag Cherly Kusuma itu. "Lo ada hubungan apa sama gebetan gue, hah?" Oh sekarang Kala paham, perempuan ini adalah salah satu dari sekian banyak yang menginginkan Biru di sekolah ini. "Dan tadi kok lo bisa semobil sama Biru, hah?" Kala tersenyum manis. "Mau aku ada hubungan sama Biru, mau aku semobil sama Biru, aku rasa enggak ada hubungannya sama kamu. Cuma gebetan kan? Bukan pacar apalagi istri." Saat Cherly ingin melayangkan tamparannya kepada Kala, tiba-tiba sebuah tangan menahan tangannya, ternyata adalah Biru. Entah kapan Biru melihat aksi itu. "Biru, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Cherly. "Cukup buat dengar semua pembahasan kalian." Biru menatap Cherly. "Jangan main tangan, apalagi ini sekolah!" "Kamu ada hubungan apa sama Kala?" Biru menatap Kala sekilas. "Enggak ada." Lalu Cherly mengeluarkan ponselnya, yang memperlihatkan foto Kala dan Biru yang berada di sebuah rumah makan. "Ini apa?" Biru masih bersikap tenang. "Dan satu lagi, apa pun hubungan gue sama Kala, enggak ada urusannya sama lo." Setelah itu, Biru langsung mengajak kedua sahabatnya untuk ke kelas mereka yang di 12 IPA 4. Sebelum Cherly pergi, ia berkata sesuatu. "Urusan kita belum kelar." Setelah itu terdengar bunyi bel yang menggema di seluruh penjuru SMA Edelweiss, membuat semua murid berbondong-bodong masuk ke dalam kelas, ada yang berlari, ada yang berjalan santia, bahkan ada yang berjalan sambol makan cilok. *** Vano yang sedang menunggu dosen pemmbing, mengirim pesan kepada Kala. Kaynan Revano: La, nanti pulang sekolah Abang yang jemput, ya. Tak lama kemudian seorang cewek yang telah menjadi sahabat Vano dari semester satu dafang menghampiri. "Bapaknya kapan datang?" tanya Abel, saat duduk di sebelah Vano. "Enggak tahu, katanya sih jam 10." Vano melirik jam di tangannya. "Masih ada 15 menit lagi." "Van, nanti sehabis dari kampus, jalan yuk, gue lagi pegin ke gramed, cari novel terbaru." Vano menggeleng. "Next time ya, Bel. Gue mau jemput kala." Di dalam sebuah hubungan pertemanan laki-laki dan perempuan, jarang ada yang murni. Sudah sekian lama cewek yang bernama lengkap Kristabel Anyelir itu menyimpan rasa kepada Vano, tapi Vano hanya menganggapnya teman. Dan Abel juga tidak ingin jujur, takut Vano akan menjauh setelah tahu. Tak lama kemudian muncul balasan dari Kala. Kalaylovyu: oke, Bang. Ini kala lagi istirahat pertama, nanti jemputnya pas istirahat kedua aja ya, sekitar jam 11, soalnya guru rapat nanti. Belum ada sedetik, Vano langsing membalas pesannya abang. Kaynan Revano: sip, adeknya Abang, nanti Abang mau ajak kamu ke suatu tempat. Tak lama kemudian Bapak Budi yang menjadi dosen pembimbing Vano pun muncul. "Gue duluan, Bel," pamitnya kepada Abel. "Sip, good luck ya, semoga langsung diacc." *** Setelah bel pulanh berbunyi, Biru langsung mengeluarkan ponselnya. Biru Terang: La, pulang bareng gue? Tak lama kemudian muncul balasan. Kalamprettt: enggak, Ru, Abang yang jemput Biru langsung ke rooftop menemui Tirta dan Alde yang lebih dulu berada di sana. SMA Edelweiss mempunya rooftop yang menjadi tempat favorit untuk nongkrong, kalau jam istirahat, banyak yang ke sini untuk pacaran, atau bawa jajanan kantin ke sini. "Eh, Ru, jadi lo kemarin batalin janji sama kita, karena jalan sama Kala?" tanya Tirta penasaran. "Hm." "Kala emang cantik, pinter lagi, cuma ya gitu, pincang, gue rasa kalau dia enggak cacat pasti banyak yang mau sama dia," timpal Alde. Biru menghela napas. "Gue balik dulu." "Buru-buru amat kayak anak perawan," ujar Alde. Biru berbisik kepada Alde sebelum meninggalkan tempat itu. "Jangan hina fisik seseorang." *** Saat Kala keluar dari toilet, ia melihat Cherly dan kedua temannya. Cherly langsuny merebut tongkat kruk dari Kala dan membungnya ke ke sudut. Kala pun terjatuh ke lantai, karena tanpa alata penyangga itu, ia tidak bisa berdiri. "Lemah kayak gitu, mau sok-sokan lawan gue," ujar Cherly dengan tatapan sinis. "Balikin tongkatnya aku." ujar Kala dengan nada naik satu oktaf. "Key, Ndy, seret dia ke dalam toilet." Kedua cewek yang bernama Keysa dan Indy pun langung menyeret Kala ke dalam toilet, dan menyiramnya dengan air hingga basah kuyup. "Jangan macam-macam, Sayang," ujar Cherly. Setelah itu ia kelur dari toilet dan berpapasan dengan Biru. Biru curiga dengan ketiga cewek ini, akhirnya ia pun langsung masuk ke dalam toilet. Biru melihat Kala yang sedang merangkak untuk mengambil tongkat yang ada di sudut ruangan.  Biru langsung mengambil tongkat itu, dan membantu Kala untuk berdiri. "Lo basah, La, dalaman lo kecetak jelas," ujar Biru, yang membuat Kala langsung menatapnya. Biru terkekeh pelan. "Sini gue buka kancing serangam lo." "Jangan, Ru." "Kita itu saudara, udah sering mandi pas kecil." "Sekarang kan udah gede." Setelah selesai membuka serangam, hanya terlihat tanktop hitam yang pas di badan Kala. Kemudian Biru membuka seragamnya, dan memakaikan kepada Kala. "Sedang apa kalian?" tanya seorang guru yang tiba-tiba masuk ke dalam, membuat Biru dan Kala sama-sama terkejut. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD