Tampar

1035 Words
"Ga mau dan ga akan pernah, lo fikir lo siapa? minta nyium gue seenak jidat? Kenal juga enggak!!" bantah Raya dengan beraninya seraya menatap tajam ke arah mata Mondy. "Ok," singkat Mondy seraya tersenyum miring menatap Raya. Perlahan Mondy melepaskan tangan Raya dari lehernya dan hendak menurunkan tubuh Raya dari gendongannya. "Ok ok, please." kata Raya sedikit memohon,ia menyerah. Mondy tersenyum saat melihat Raya yang menghela nafasnya kasar, menatap sinis ke arahnya dengan hati yang mungkin terus memaki-maki namanya. "Cups." Raya mengecup pipi Mondy sekilas dengan menutup matanya, rasanya benar-benar akan sangat memalukan jika dirinya memaklumi semua itu. "Bukan disana darling, tapi disini." ucap Mondy seraya menunjuk bibir nya dengan senyuman devilnya yang mampu membuat wanita manapun terpesona. Tapi sayangnya senyuman itu tidak mampu meluluhkan hati Raya. Justru senyuman itu yang malah bikin raya merasa ilfeel, bisa-bisanya ada laki-laki yang kurang ajar seperti itu pada perempuan, meskipun nggak menampik kalau ayahnya sendiri juga seperti itu sih. "Lo gila ya?" teriak Raya tepat di depan wajah Mondy, membuat semua pengunjung pantai menatap ke arah keduanya dengan intens, Raya benar-benar kesal dan benci dengan laki-laki ini. Raya merapatkan tubuhnya ke tubuh Mondy, menutupi aset tubuh atasnya dengan d**a bidang milik Mondy saat melihat beberapa pengunjung pantai mulai menikmati ketelanjangannya. Raya malu, tapi dirinya juga nggak bisa nurutin kemauan Mondy yang mau di pikir bagaimanapun tetep nggak masuk di akal. "Gue salah apa sih sama lo? Kenapa lo giniin gue?" bisik Raya lirih tepat di telinga Mondy. Mendengar bisikan Raya yang entah kenapa membuat Mondy sedikit luluh, Mondy sedikit memundurkan kepalanya, berusaha untuk melihat wajah Raya, namun Raya tetap menyembunyikan wajahnya di ceruk leher miliknya tanpa ragu. Mondy menghela nafasnya pelan, ia tahu dirinya sudah cukup keterlaluan, meskipun ini menjadi pertama kalinya dirinya merasa seperti itu. "Lo nangis?" tanya Mondy memastikan dengan nada yang sedikit khawatir. Bukan apa, ini adalah pengalaman pertama Mondy melihat wanita yg di cumbunya menangis. Bukan, lebih tepatnya wanita yang ia suruh untuk menciumnya dengan sedikit ancaman, Mondy yang memang sudah biasa mendapat pujaan dari hampir semua wanita tentu saja merasa aneh dengan semua itu. Lalu Mondy membawa Raya ke tepian pantai, kearah pepohonan yang rindang, dan itu semakin membuat Raya mengeratkan pelukannya di leher Mondy, menumpukan dagunya di bahu kekar milik Mondy. "Lo mau bawa gue kemana?" tanya Raya saat melihat sekitar yang terlihat sepi, hanya ada pohon-pohon cemara yang berdiri menjulang dan rimbun. "Apa lo belom puas bikin gue malu di depan semua temen gue?" tanya Raya lagi dengan pelan saat tak mendapat jawaban dari Mondy, Mondy terus memilih untuk diam, dan membuat Raya berpikir yang tidak-tidak. Mondy berhenti melangkah, di tatapnya mata Raya yang kini juga menatapnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca. Mata indah yang penuh dengan cahaya yang membuat hatinya berdetak pelan. Di usapnya pipi Raya pelan, membuat Raya secara refleks memejamkan matanya perlahan, Mondy tersenyum tipis melihatnya, ia memajukan wajahnya hingga bibirnya menyatu dengan bibir Raya. Raya masih diam memejamkan matanya saat Mondy sudah melepas ciumannya. Ciuman yang bahkan tidak pantas di katakan ciuman, karena nyatanya hanya kecupan beberapa detik yang langsung berakhir. "Sekarang, pasang bikini lo, tenang aja gue gak akan liat kok, biar gue ngadep ke belakang" bisik Mondy seraya menurunkan Raya dengan mata terpejamnya, membuat Raya membuka matanya yang sempat terpejam. Raya pun memasang bikini nya hati-hati, sesekali ia menoleh ke belakang melihat apa Mondy melihatnya atau tidak, ia bersyukur karena Mondy tak berbalik sedetikpun untuk menoleh dan mengintipnya. "Plak" satu tamparan cukup keras mendarat dipipi Mondy karena emosi Raya, membuat Mondy membuka matanya dengan wajah yang berpaling ke samping. "Makasih, karna lo udah bikin gue malu didepan temen gue, makasih juga udah anggap gue cewek murahan hanya karna liat pakaian gue" maki Raya penuh emosi, dan berlari meninggalkan Mondy sendirian yang memegangi pipinya yang terasa panas. Sepeninggal Raya, Mondy bener-bener merasa kacau, entah kenapa hatinya terluka melihat Raya yang berlari menjauh, jangan lupakan juga dengan makian Raya yang penuh dengan tatapan kecewa. "Baru kali ini gue di tampar." lirih Mondy seraya menegangi pipinya yang terasa panas karena tamparan Raya. Walaupun emang dasarnya Mondy players, suka mainin cewek sesuka hatinya, tapi baru kali ini dia bener-bener merasa salah karena udah merlakuin Raya segitunya, padahal sama cewek lain Mondy bisa lebih parah dari pada itu, main cium ditempat umum tanpa ijin pun pernah, entahlah Mondy merasa kacau sekarang. "Abis ena ena lu Mond?" Tanya Leon diiringi kekehan nya melihat Mondy yang berjalan kembali tanpa Raya. "Gue capek, mau istirahat" ujar Mondy seraya pergi meninggalkan temen-temennya, membuat berbagai pertanyaan hadir di kepala teman-temannya. "Kenapa tuh si Mondy?" Tanya Rio menatap ke arah Leon. "Mana gue tau" jawab Leon seraya menaikkan dua bahunya. "Mending kita lanjutin mainnya" tantang Rio seraya melihat ke arah wanita-wanita yang ada di sekitarnya. "Yoai" seru Leon dengan senyum miringnya. ***** Raya mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, ingatannya tentang kejadian tadi masih terus berputar begitu saja di kepalanya, sapuan benda kenyal yang menempel beberapa detik di atas bibirnya, serta makian darinya yang tak mendapat tanggapan dari laki-laki itu. "Gue salah apa sih sama tuh cowok, kenapa gue diperlakuin serendah itu sama dia?" tanya Raya sendiri seraya memukul stir mobilnya, benar-benar sial. "Neh air mata juga kenapa ga mau berhenti sih, cengeng banget sih gue. Gue emang nakal tapi gue gak murahan seperti yang dia pikirin" kata Raya lagi seraya mengusap air matanya dengan kasar. ******* Di tempat lain Mondy merenung. Mengingat kembali ekspresi kecewa dengan mata berkaca-kaca yang tadi ia lihat dengan jelas. "Bodoh bnget sih gue, harusnya gue nggak gitu, apalagi kita belum kenal" umpat Mondy seraya berguling ke kanan kiri di kasur empuknya. "Ah, masak gue harus minta maaf? ya kali aja, lagian gue juga nggak kenal" lagi-lagi Mondy terus bergumam sendiri. "Emttt, tapi cantik juga tuh cewek" gumam Mondy lagi dengan senyuman di bibirnya. "Rugi banget tadi nggak bisa lihat, harusnya kan gue lihat, orang udah kebuka juga." kata Mondy lagi. "Mana kenyal banget laki pas kena d**a gue,." Lanjut Mondy menyentuh dadanya pelan, mengingat-ingat bagaimana benda kenyal itu menempel dengan erat di dadanya. "Gila" desis Mondy seraya menutup kepalanya dengan bantal, mungkin dia merasa gila sekarang karena bayangan tubuh seksi Raya saat ada di bawah tindihannya. Dan lebih gilanya lagi miliknya berhasil berdiri hanya karena membayangkan semua itu. Tbc...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD