Itu bukannya?

1034 Words
Raya mematikan mesin mobilnya, bejalan keluar dari mobil setelah berhasil membuka pintu, dilangkahkannya kakinya untuk memasuki rumah. "Plakk." Suara tamparan yang menggema membuat Raya memejamkan matanya, menatap kearah ayahnya dengan nyalang, pasalnya di dalam sana bundanya sudah terduduk dengan isakannya setelah mendapat pukulan dari ayahnya. Raya kembali keluar, dibantingnya pintu rumahnya dengan kasar, persetan dengan ayahnya yang akan marah karena ulahnya, ia sudah muak melihat kejadian itu. Raya sudah muak dengan sikap kasar ayahnya, sebenarnya kurang apa bundanya itu? Bahkan bundanya sekarang sudah lumpuh kenapa ayahnya masih menyiksa bundanya seperti itu?  ******* Raya mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, membuat beberapa kendaraan lain ikut tersulut kesal karena ulah Raya yang mengendarai mobilnya ugal-ugalan. Bukan tanpa alasan Raya melakukan itu semua, semua itu terjadi karena tanpa sengaja ia melihat sebuah mobil mengikutinya dari belakang, dirinya sudah tahu siapa pelakunya, tentu saja anak buah ayahnya. Ini juga bukan kali pertama dirinya di ikuti oleh anak buah ayahnya, karena jika Raya bisa menghitungnya tentu saja Raya akan mual melihat jumlahnya. Raya menggebrak stir mobilnya dengan keras, rasa kesal sekaligus benci sama ayahnya semakin bertambah, apalagi melihat bagaimana sikap ayahnya selama ini padanya dan bundanya. Ayahnya benar-benar ayah terburuk yang Raya punya Pernah sekali Raya terus merasa iri saat melihat keluarga teman-temannya yang sangat harmonis, bahkan Raya benar-benar sangat menginginkan keluarga yang seperti itu, mulai dari ayahnya yang memanjakan putrinya dan bunda yang juga ikutan perhatian padanya. Air mata Raya terus saja mengalir, mengingat kembali sikap kasar ayahnya tadi, ia selalu penasaran, apa yang sudah membuat ayahnya berubah seperti itu?. Raya memelankan laju mobilnya saat ponselnya yang ada di tasnya berbunyi, matanya melihat kearah kaca tengah, melihat ke belakang, di mana kejaran mobil di belakangnya sudah tak terlihat lagi oleh penglihatannya. Raya menggeser icon hijau yang ada di hpnya tanpa ragu setelah berhasil menahan amarahnya dengan helaan nafas, di angkatnya telpon dari temannya tadi, nada khawatir dari temannya terdengar jelas di telinga Raya. "Gue udah di jalan nih, yah cuma gue lagi stres, banyak pikiran." keluh Raya dengan senyum masam di bibirnya, dengan konsentrasi yang terbagi Raya harus menyetir dengan hati-hati. "Halah, sok banget, kayak punya pikiran aja Lo." Selaan yang terdengar dari sebrang telponnya membuat Raya tersenyum tipis. "Lhah anjir, gue juga manusia, ya kali nggak punya pikiran." Kata Raya tertawa menanggapi ejekan temannya yang suka berbicara asal. "Gue kira Lo nggak bisa mikir kayak bokap Lo" kata sahabat di seberang sana "Ahahahha, gue gini juga turunan dia tapi bedanya gue masih punya ot*k buat mikir." tawa Raya pecah gitu aja. "Gue sama Lesta mau ke bar nih, Lo mau ikut nggak?" Tanya Lesta membuat Raya melotot tak percaya mendengarnya. "Hah? gila? baru setengah tujuh nih, ya kali kita ke bar sekarang?" kata Raya melirik jam tangan yang melingkar rapi di pergelangan tangannya. "Halah, biasanya juga gimana." Kata Lesta di sebrang sana. "Kuy lah, gue ke mall dulu ya, nggak bawa baju ganti soalnya." Jawab Raya yang akhirnya setuju. "Jangan lupa pakai yang seksi." Kata Lesta menggoda. "Siap, seksi pokoknya" jawab Raya sekenanya. Raya menutup sambungan telpon dengan tawa bahagianya. Di putarnya musik Dj yg ada di mobilnya, mengangguk-anggukkan kepalanya bebas seraya menginjak gasnya dengan kecepatan tinggi. Bodo amat tentang bokapnya. ****** Raya keluar dari mall dengan pakaian super seksi nan ketatnya, dengan kaca mata yang bertengger manis di hidungnya, menutupi sinaran matanya yang berkilau indah, dentuman heels yang ia kenakan membuat semua mata menatap ke arahnya dengan penuh pesona. Raya mulai memasuki dunia seperti itu saat bundanya sakit dan di nyatakan lumpuh, saat itu Raya hanya bisa lari ke sana dengan alasan menenangkan diri, dan dirinya semakin tak terkendali saat ayahnya mulai membawa wanita simpanannya pulang ke rumah untuk menikmati kebejatannya, Raya selalu merasa dirinya butuh sesuatu untuk menenangkan pikirannya dan berakhir dengan candu alkohol yang sering ia minum untuk menghilangkan pikiran buruknya. Di bukanya mobil merah kesayangannya dengan pelan, berjalan masuk dan melesat jauh dengan kecepatan rata-rata. Raya menatap pantulan dirinya di cermin yang selalu ia bawa setiap harinya, di ambilnya lipstik merah yang selalu tersimpan di dalam tasnya, bibirnya mengecap menggoda untuk meratakan lipstik merahnya. Di tariknya karet rambut yang sedari tadi mengikat rambutnya ke atas, memperlihatkan leher jenjangnya hingga rambutnya yang kini bebas menutupi lehernya. Di bukanya pintu mobil yang ia tumpangi, membuat semua laki-laki dari kalangan remaja sampai tua menatap Raya dengan tatapan ingin menelanjangi tubuh Raya. Raya berjalan dengan eloknya, bongkahan p****t yang naik turun seiringan kaki jenjangnya yang melangkah dengan sempurna. Balutan dress mini sebatas paha membuat Raya semakin terlihat menggoda, di bukanya kaca mata hitam yang sedari tadi menutupi matanya dengan terus melangkah memasuki area club, dentuman suara dj yang terdengar, serta lampu kerlap-kerlip yang berhasil menyilaukan matanya, tak lupa dengan bau alkohol yang sangat menyengat. "Minum?." tawar seorang lelaki dengan paras coolnya yang menyodorkan wine ke arah Raya yang baru saja duduk di meja bar. Raya menerima wine dengan senyuman di bibirnya, sebenarnya ia tak berniat untuk mabuk malam ini. "Ting" suara gelas yang beradu membuat keduanya tersenyum seraya menegak wine dengan satu tenggakan. Raya memutar matanya mencari keberadaan teman-temannya dengan kepala yang terantuk-antuk mengikuti irama dj yang terdengar, tak lupa dengan kaki yang bersilang dengan suara ketukan heels yang ia kenakan seolah ikut menari ria. Raya berdiri dan berjalan ke tengah-tengah keruman yang ada di sana, di goyangkan tubuhnya mengikuti dj yang terdengar menghentak-hentak, menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan strees yang ada di pikirannya, di tambah pengaruh wine yang membuat kepalannya sedikit pusing. Raya terus tertawa dengan menggoyangkan seluruh badannya, di sekitarnya terdapat berbagai laki-laki yang menatapnya dengan penuh nafsu, lampu yang berkerlap-kerlip warna warni membuat Raya semakin tak fokus dan tak bisa melihat dengan jelas. Berjoget tanpa beban dengan di kelilingi banyak laki-laki membuat kesan tersendiri bagi yang melihat keadaan itu. "Lo lihat deh cewek seksi yang di sana!" Seru seorang laki-laki dengan setelan amburadulnya. "Itu bukannya...????" ******* Drrrtttt drtttt drtttt. Mondy mencoba meraba-raba dengan mata terpejamnya, mencari ponsel yang dengan lancang mengganggu aktifitas tidurnya. Ingin sekali ia marah pada orang yang sudah mengganggu tidurnya. "Hallo." suara khas bangun tidur terdengar menggoda dari bibir Mondy. "...….." "Sial,gue kesana." sentak Mondy langsung membuka matanya dan pergi begitu saja dengan muka bantalnya, tak lupa jaket yang ia sambar dengan kilat lalu berlalu pergi begitu saja. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD