Lo Perk*sa Gue?

1212 Words
Raya masih berjoget dengan bebasnya, tak menghiraukan puluhan pria yang sudah melingkari dirinya dengan tatapan penuh nafsunya. Ia terus melompat-lompat di tengah laki-laki itu dengan riangnya, seolah beban fikirannya hilang terbawa dentuman musik dj yang terdengar. Sesekali Raya menerima gelas demi gelas wine dari lelaki yg mengelilinginya, di minumnya dengan sekali tenggak sampai tandas tak tersisa, ia tak peduli gimana yang akan terjadi nanti, yang pasti sekarang saatnya bahagia dan tanpa beban apapun yang tersisa. Sorakan-sorakan terus terdengar seiring gelapnya malam, bar yang mulanya cukup sepi kini terlihat semakin ramai seiring waktu berlalu begitu saja. Semakin malam semakin ramai pula pengunjung, Raya masih terus berjoget sempoyongan karena pusing yang sudah melanda kepalanya, jika di ingat-ingat sudah ada belasan wine yang ia minum dan masuk ke perutnya, membuat semua tubuhnya terasa ringan tanpa beban, karena pengaruh alkohol yang di minumnya ***** Mondy membanting pintu mobilnya dengan keras, ia berlari memasuki ruangan yang sudah tak asing baginya, matanya menelanjangi setiap orang yang ada di ruangan berisik nan memabukkan itu. Ia sedikit berdesak-desakan dengan orang untuk menuju teman-temannya yang sudah menunggu di meja bar. Kabar yang ia dengar tadi benar-benar membuat pikirannya kacau, nggak tau apa dan kenapa ia peduli saat mendengarnya. "Woy" teriak Mondy tepat di telinga temannya yang asik tersenyum menatap ke arah lain tanpa mengetahui keberadaannya. "Anjiiir, kaget gue" sahut teman Mondy mengulurkan segelas wine ke arah Mondy. Mondy menerimanya dan menenggaknya dengan habis. Mondy menoleh ke sana kemari, mencari seseorang yang ingin ia temui, Rio tersenyum tipis melihatnya. "Tuh, lihat seksi kan?." Mondy mengikuti arah tunjuk temannya, di mana ada seorang wanita yang berjoget dengan bebasnya di kelilingi puluhan pria dengan nafsunya. "Dia kan cewek yang tadi siang, gila liar bener tuh cewek, gue aja nafsu lihatnya." kata teman Mondy dengan tertawa menatap Raya yang masih berjoget ria dengan laki-laki yang masih mengelilinginya. Mondy menatap dengan seksama ke arah Raya, di mana kerlap-kerlip lampu sedikit menghalangi penglihatannya. Pose berdiri sambil bersandar di meja bar dengan kedua tangan yang ia kantongi membuat wanita di sekitarnya berharap untuk one night stand dengannya. "Kembarannya kali." celetuk Mondy asal, seraya menatap Raya yang masih asik dengan dunianya. "Masak sih? tapi kok mirip banget?." tanya teman Mondy kembali menimpali seraya ikutan menatap ke arah Raya. "Lo tadi apain tuh cewek?." tanya Bayu menatap selidik ke arah Mondy yang masih setia dengan arah pandangnya. "Nggk gue apa-apain." jawab Mondy menghisap ***** yang ada di cepitan jari telunjuk dan tengahnya, menghisap dan meniupnya ke atas menghasilkan kepulan asap ke atas dengan bebas. Mondy memutar matanya menatap sahabatnya satu lagi, senyumnya terukir saat melihat Rio yang asik terbaring di sofa dengan beberapa wanita yang mengelilinginya, jujur jika di bandingkan sama dirinya, Rio emang rajanya mempermainkan wanita. "Bentar, bentar, dia nggak lagi mabok kan?" teriak Bayu yang langsung membuat Mondy kembali memutar matanya. Di tatapnya Raya yang semakin liar dalam gerakannya, di tambah tangan-tangan lelaki yang sudah sengaja menyenggol-nyenggol lengan, p****t, serta pinggang ramping Raya. Mondy mematikan putung rokoknya dengan injakan sepatunya setelah menjatuhkan rokoknya begitu saja, tatapan marah ia arahkan ke arah Raya yang seolah tak peduli dengan berbagai p****************g di sekitarnya. "Dasar, tadi pas sama gue sok suci, nggak maulah, apalah." geram Mondy pelan seraya berjalan menghampiri di mana Raya yang masih berjoget dengan liarnya "Misi-misi, cewek ini udah punya saya." kata Mondy sopan kepada laki-laki yang ada di sekitar Raya, tangannya bergerak cepat menarik pinggang ramping Raya. "Huuuuu" sorakan tak terima dari puluhan pria itu membuat Mondy tersenyum kemenangan. Di tatapnya Raya yang masih terus bergerak liar di tengah tangannya yang melingkar di pinggangnya. "Huh." Mondy mengeluh pelan seraya menonyor jidat Raya asal, membuat Raya yang memang sudah mabuk berat hanya tertawa garing karena tonyoran yang di berikan Mondy padanya. "Anjiiir, kaki gueeee" teriak Mondy saat Raya masih melompat-lompat nggak jelas, hingga heels tinggi nan lancipnya jatuh terkena kaki Mondy yang di lapisi sepatu tipis. "sia*** emang." geram Mondy antara ingin marah dan percuma saja. Dengan gemas Mondy menggendong Raya keluar club tanpa memperdulikan teriakan Bayu yang selalu kepo dengan urusan percintaannya. ****** Mondy membanting tubuh ringan Raya ke ranjang apartemennya, di lepasnya jaket yang melekat di tubuhnya, di pandanginya Raya yang masih menggeliat tak sadar seolah menggoda Mondy untuk menidurinya. Mondy duduk di samping ranjang dengan senyum devilnya, di usapnya wajah Raya dengan hati-hati tanpa perlu membangunkannya, hingga tangan mungil Raya yg menggenggam erat pergelangan tangannya dengan mata yang terbuka. "Hahaha, kenapa? Ayah mau nampar Raya? iya? tampar, tampar" kata Raya mengigau tak jelas seraya memukul-mukulkan tangan Mondy ke pipinya dengan asal, membuat pipi yang mulanya sudah merah karena mabuk menjadi tambah merah karena gerakannya tadi. "Oh, atau ayah mau mencabuli anak ayah sendiri? kelihatan dari wajah ayah, ayah nggak pernah puas kan sama simpanan ayah? iya kan?." teriak Raya tertawa miris, keluarga yang selama ini ia dambakan kehangatannya di hancurkan begitu saja oleh tingkah kasar ayahnya. "Oh yaaa, Raya bukan anak ayah lagi, Raya cuma punya bunda, dan ngygk pernah punya ayah yang errrrrr errrrr errrr" kata-kata Raya terhenti saat nafasnya sudah kembali beraturan dan matanya yang kembali terpejam, menandakan gadis yang di bawanya sudah lelah akan pikirannya. "Sial, nafsu gue ilang tiba-tiba" kata Mondy mendesis dan berdiri menjauhi Raya ******* "Hoammmm" Raya merentangkan tangannya seraya membuka matanya saat sebuah percikan air mengenai mukanya. Di lihatnya dengan detail laki-laki yang ada di depannya, laki-laki yang berdiri dengan setelan kolornya tanpa baju, yang berarti betelanjang d**a, dengan pose tangan yang bergerak mengusap-usap rambutnya yang basah setelah selesai mandi. "Lo perkosa gue?" tanya Raya antara sadar dan tidak. "Heh gue nanya sama lo" teriak Raya kesal saat tak ada sahutan dari lawan bicaranya "Lo nanya sama gue?" tanya laki-laki itu membuat Raya menggigit bibirnya sendiri. "Iyalah siapa lagi" jawab Raya ketus. "Emang lo telanjang? sampai gue perkosa lo? atau ada bercak darah di daleman lo? atau lo udah nggk perawan kali" jawab Mondy asal, menjatuhkan pantatnya di sofa yang menghadap ke arah ranjang yang di tiduri Raya. Raya mencebikkan bibirnya kesal,di bukanya selimut yg menutupi tubuhnya, di intipnya pakaian yang ia kenakan. "Gue telanjang" teriak Raya duduk dan menutupi dadanya dengan selimut. "Coba buka gue mau lihat, kalau bicara yang bener" kata Mondy melirik ke arah kaki polos Raya. "Anjiiir, mata loo" teriak Raya kesal. "Gue nggak telanjang sih, tapi tetep aja gue cuma pakai daleman doang, terus baju gue kemana?" tanya Raya. "Lhah, siapa suruh lo malem-malem ngigau kepanasan, ya gue lepas lah", jawab Mondy asal. "Gila" desis Raya geram "Gue mainin bentar juga" goda Mondy yang langsung mendapat lemparan bantal dari Raya. "Enggak lah, ya kali gue main sama cewek mabuk, enakan juga sadar sama sadar" kata Mondy lagi. "Syukur deh" kata Raya bersyukur seraya berdiri merentangkan tangannya untuk merenggangkan otot-ototnya, membuat Mondy melotot tak percaya ke arah Raya, di mana ia bisa melihat tubuh polos Raya yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. "Lo gila!!! tutup" teriak Mondy melemparkan bantal tadi ke arah Raya. "Bodo amat, setelah gue lihat-lihat lo nggak nafsu deh sama gue" kata Raya lagi dengan senyum devilnya. "Gue manusia normal bodoh" teriak Mondy lagi. "Hahh bodo amatlah" kata Raya lagi dan membanting dirinya sendiri untuk kembali tidur tengkurap tanpa selimut yang menutupi tubuhnya. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD